Showing posts with label Hadits. Show all posts
Showing posts with label Hadits. Show all posts

22 Hadits Tentang Adzan

22 Hadits Tentang Adzan
22 Hadits Tentang Adzan
AlQuranPedia.Org – Jika Nasrani menggunakan lonceng dan Yahudi menggunakan terompet untuk memanggi orang untuk ibadah, maka lain halnya dengan Islam. Islam mensyariatkan adzan, yakni seruan untuk memanggil orang-orang agar sholat berjama’ah di masjid. Adzan memiliki banyak sekali keutamaan, baik itu yang mengumandangkannya dan yang mendengarkannya. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan bagi para muadzin (tukang adzan).


Pada tulisan kali ini blog Al-Quran Pedia akan membahas mengenai hadits-hadits yang beraitan dengan adzan. Simak selengkapnya di bawah ini.

1
Dari Mu’awiyah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari Kiamat.” (HR. Muslim)

2
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah bin ‘Abdirrahman bin Abi Sha’sha’ah Al-Anshari kemudian Al-Mazini dari ayahnya, dia mengabarkan bahwa Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu berkata kepadanya, “Sungguh aku melihat engkau menyukai kambing dan gurun (pedalaman). Jika engkau berada di antara kambingmu atau di gurunmu, maka adzanlah untuk shalat dan keraskanlah suaramu dengan seruan itu. Karena sesungguhnya tidaklah jin, manusia, dan lain-lain mendengar suara muadzin melainkan mereka akan memberikan kesaksian baginya di hari Kiamat.” Abu Sa’id melanjutkan, “Aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan An-Nasa'i)

3
Dari ‘Abdullah bin Zaid bin ‘Abdi Rabbih radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah sepakat untuk menabuh lonceng, padahal beliau membencinya karena menyerupai kaum Nasrani, aku bermimpi berpapasan dengan seorang pria di malam hari. Ia mengenakan dua pakaian hijau sambil membawa lonceng. ‘Aku berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, apakah engkau menjual lonceng?” Ia bertanya, “Apakah yang kau perbuat dengannya?” Aku menjawab, “Kami menggunakannya untuk menyeru shalat.” Dia berkata, “Maukah kau kutunjuki (cara) yang lebih baik dari itu?” Aku berkata: “Tentu.” Dia berkata, “Katakanlah:

أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ الله.

أَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله، أَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ.

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ.

أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ. لاَ اِلهَ إِلاَّ الله.

Agak lama kemudian dia melanjutkan, “Kemudian jika engkau hendak mendirikan shalat (mengumandangkan iqamat) engkau mengucapkan:

أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ الله، أَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ.

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ.

أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ، لاَ اِلهَ إِلاَّ الله.

Ketika pagi tiba, aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kuberitahukan kepada beliau tentang apa yang telah kulihat (dalam mimpi). Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ini adalah mimpi yang benar insya Allah.” Kemudian beliau menyuruh adzan. Dan Bilal budak yang dimerdekakan oleh Abu Bakar mengumandangkan adzan dengan (lafazh tersebut). (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, hadits ini hasan shahih)

4
Dari Abu Mahdzurah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarinya adzan, di dalamnya terdapat lafazh, “Hayya ‘alal falaah, hayya ‘alal falaah. Ash-Shalatu khairun minan nauum, Ash shalatu khairun minan nauum.” Pada (adzan) awal Shubuh. (Lalu dilanjutkan dengan) “Allaahu akbar, Allaahu akbar. Laa ilaaha illallaah.” (HR. An-Nasa'i, hadits ini shahih)

5
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Bilal adzan jika matahari telah tergelincir, dan dia tidak mengurangi (sedikit pun dari lafazh adzan). Dan dia tidak iqamat hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar. Jika beliau keluar, maka dia mengumandangkan iqamat ketika melihatnya.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad)

6
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Bilal adzan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum adzan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

7
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma menceritakan, "Kaum muslimin, dahulu ketika datang ke Madinah berkumpul, lalu memperkirakan waktu shalat, tanpa ada yang menyerunya. (Hingga) pada suatu hari, mereka berbincang-bincang tentang hal itu. Sebagian mereka berkata “gunakan saja lonceng seperti lonceng Nashara”. Dan sebagian menyatakan “gunakan saja terompet seperti terompet Yahudi”. Maka Umar berkata: “Tidakkah kalian mengangkat seseorang untuk menyeru shalat?” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Wahai, Bilal. Bangun dan serulah untuk shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

8
Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama beberapa orang dari kaumku, kemudian kami tinggal di sisinya selama 20 hari. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang dermawan dan sangat lemah lembut. Ketika Beliau melihat kerinduan kami kepada keluarga, maka Beliau berkata : “Pulanglah kalian dan tinggallah bersama mereka, dan ajarilah mereka (agama Islam) serta shalatlah kalian. Apabila datang waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian beradzan. Dan orang yang paling dituakan mengimami shalat kalian”. (HR. Bukhari dan Muslim)


9
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada tiga orang di satu desa yang tidak ada adzan dan tidak ditegakkan pada mereka shalat, kecuali setan akan memangsa mereka." (HR. Ahmad)

10
Di dalam hadits Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Bilal. "Sesungguhnya Allah mencabut ruh-ruh kalian kapan (Dia) suka, dan mengembalikannya kapan (Dia) suka. Wahai, Bilal! Bangun dan beradzanlah untuk shalat." (HR. Bukhari)

11
Seorang wanita dari Bani Najjar menyatakan, "Rumahku, dahuku termasuk rumah yang tertinggi di sekitar masjid (nabawi), dan Bilal, dulu beradzan fajar di atas rumah tersebut." (HR. Abu Dawud dan dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil)

12
Dari Abu Juhaifah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Aku melihat Bilal beradzan dan memutar mulutnya ke sana dan ke sini serta kedua jarinya di telinganya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Imam Tirmidzi mengatakan, bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al-Albani menshahihkannya di dalam Irwa’ Al-Ghalil)

13
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah mendengar suara muadzin bagi jin dan manusia serta (segala) sesuatu, kecuali memberikan kesaksian untuknya pada hari Kiamat. (HR. Bukhari)

14
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kalian mendengar adzan, maka jawablah seperti yang disampaikan muadzin”. (HR. Bukhari dan Muslim)

15
Tsa’labah bin Abi Malik menceritakan, "Mereka dahulu berbincang-bincang pada hari Jum’at dan Umar duduk di atas mimbar. Jika muadzin selesai adzan, maka Umar bangun dan tak seorangpun berbicara. (HR. Asy-Syafi’i dalam Al-Umm, dan dishahihkan An-Nawawi, sebagaimana dijelaskan Syaikh Albani dalam Tamamul Minnah, hlm. 339)

16
Di dalam riwayat lain, Tsa’labah bin Abi Malik berkata, "Aku menjumpai Umar dan Utsman; jika seorang imam keluar (menuju masjid), maka kami meninggalkan shalat, dan bila berbicara (berkhutbah), maka kami meninggalkan perbincangan. (HR. Ibnu Abi Syaibah dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Tamamul Minnah, hlm. 340)

17
Dari 'Abdullah bin 'Amru bin Al-‘Ash radhiyallahu 'anhuma, ia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian mendengar muadzin, maka jawablah seperti apa yang ia katakan, kemudian bershalawatlah untukku, karena barangsiapa yang bershalawat untukku, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintakanlah kepada Allah untukku al-wasilah, karena ia adalah satu kedudukan di surga yang tidak sepatutnya, kecuali untuk seorang hamba Allah; dan aku berharap, (bahwa) akulah ia. Barangsiapa yang memohonkan untukku al wasilah, maka akan mendapat syafaatku. (HR Muslim)

18
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila diserukan adzan untuk shalat, syaitan pergi berlalu dalam keadaan ia kentut hingga tidak mendengar adzan. Bila muadzin selesai mengumandangkan adzan, ia datang hingga ketika diserukan iqamat ia berlalu lagi.” (HR. Bukhari no. 608 dan Muslim no. 1267)

19
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala yang didapatkan dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak dapat memperolehnya kecuali dengan undian niscaya mereka rela berundi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 980)

20
Ibnu ’Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Diampuni bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap yang basah atau pun yang kering yang mendengar adzannya akan memintakan ampun untuknya.” (HR. Ahmad 2: 136. Syaikh Ahmad Syakir berkata bahwa sanad hadits ini shahih)

21
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan para imam dan muadzin, ”Ya Allah berikan kelurusan bagi para imam dan ampunilah para muadzin.” (HR. Abu Dawud no. 517 dan Tirmidzi no. 207. Hadits ini dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 217)

22
Dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Imam adalah penjamin sedangkan muadzin adalah orang yang diamanahi. Semoga Allah memberikan kelurusan kepada para imam dan memaafkan paramuadzin.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya no.1669, dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 239)

Itulah berbagai hadits yang menyebutkan tentang adzan. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 2 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/14 Agustus 2018 Masehi.

20 Hadits Tentang Hutang

20 Hadits Tentang Hutang
20 Hadits Tentang Hutang

AlQuranPedia.Org – Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menjelaskan mengenai hutang piutang, bagaimana adabnya, bagaimana ancaman bagi mereka yang berhutang tapi berniat tidak membayarnya, bagaimana nasib mereka yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang, bagaimana sikap kita jika orang berhutang kepada kita, dan lain sebagainya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu juga pernah berhutang kepada seorang Yahudi adapun jaminannya adalah baju perang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hutang itu pada asalnya boleh jika memang dibutuhkan, kalau tidak maka hukumnya haram. Rasulullah saja senantiasa berdoa meminta perlindungan dari hutang di setiap akhir shalat beliau.

Dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).” Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang?” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397)

Maka dari itu hendaknya kita betul-betul memperhatikan masalah hutang-piutang ini. Bagi si penghutang agar tidak bermudah-mudahan berhutang dan sesegera mungkin melunaskannya. Dan bagi si pemberi hutang hendaknya memberi keringanan bagi yang berhutang dan mencatat hutang tersebut. Karena ini hisabnya sangatlah besar wahai saudara-saudaraku


Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkaitan dengan hutang-piutang. Simak selengkapnya di bawah ini.

1
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)

2
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana Shohih wa Dho’if Sunan At-Tirmidzi)

3
Dari ‘Ali, ada seorang budak mukatab (yang berjanji pada tuannya ingin memerdekakan diri dengan dengan syarat melunasi pembayaran tertentu) yang mendatanginya, ia berkata, “Aku tidak mampu melunasi untuk memerdekakan diriku.” 'Ali pun berkata, “Maukah kuberitahukan padamu beberapa kalimat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkannya padaku yaitu seandainya engkau memiliki utang sepenuh gunung, maka Allah akan memudahkanmu untuk melunasinya. Ucapkanlah doa,
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”
[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut Tirmidzi, begitu pula hasan kata Syaikh Al-Albani)

4
Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

5
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

6
Dari Shuhaib Al-Khoir radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

7
Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, "Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?”. Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.” Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, “Shalatkanlah dia!” Beliau bertanya, “Apakah dia meningalkan sesuatu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)

8
Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886)


9
Dulu Maimunah radhiyallahu 'anha ingin berhutang. Lalu di antara kerabatnya ada yang mengatakan, “Jangan kamu lakukan itu!” Sebagian kerabatnya ini mengingkari perbuatan Maimunah tersebut. Lalu Maimunah mengatakan, “Iya. Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi hutang tersebut di dunia”. (HR. Ibnu Majah no. 2399. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih kecuali kalimat fid dunya –di dunia-)

10
Dari ‘Abdullah bin Ja’far radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

12
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah merahmati seseorang yang bersikap mudah ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih haknya (utangnya).” (HR. Bukhari no. 2076)

13
Dari Abul Yasar radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa ingin mendapatkan naungan Allah ‘azza wa jalla, hendaklah dia memberi tenggang waktu bagi orang yang mendapat kesulitan untuk melunasi hutang atau bahkan dia membebaskan utangnya tadi.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shohih)

14
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan untuk melunasi hutang atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah.” (HR. Muslim no. 3006)

15
Abu Qotadah mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memberi keringanan pada orang yang berutang padanya atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapatkan naungan ‘Arsy di hari kiamat.” Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih. (Lihat Musnad Shohabah fil Kutubit Tis’ah dan Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada tafsir surat Al Baqarah ayat 280)

16
Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya, “Barangsiapa memberi tenggang waktu pada orang yang berada dalam kesulitan, maka setiap hari sebelum batas waktu pelunasan,  dia akan dinilai telah bersedekah. Jika utangnya belum bisa dilunasi lagi, lalu dia masih memberikan tenggang waktu setelah jatuh tempo, maka setiap harinya dia akan dinilai telah bersedekah dua kali lipat nilai piutangnya.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, Ibnu Majah, Thabrani, Hakim, Baihaqi. Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah no. 86 mengatakan bahwa hadits ini shahih)

17
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dulu ada seorang pedagang biasa memberikan pinjaman kepada orang-orang. Ketika melihat ada yang kesulitan, dia berkata pada budaknya: Maafkanlah dia (artinya bebaskan utangnya). Semoga Allah memberi ampunan pada kita. Semoga Allah pun memberi ampunan padanya.” (HR. Bukhari no. 2078)

18
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada seseorang didatangkan pada hari kiamat. Allah berkata (yang artinya), “Lihatlah amalannya.” Kemudian orang tersebut berkata, “Wahai Rabbku. Aku tidak memiliki amalan kebaikan selain satu amalan. Dulu aku memiliki harta, lalu aku sering meminjamkannya pada orang-orang. Setiap orang yang sebenarnya mampu untuk melunasinya, aku beri kemudahan. Begitu pula setiap orang yang berada dalam kesulitan, aku selalu memberinya tenggang waktu sampai dia mampu melunasinya.” Lantas Allah pun berkata (yang artinya), “Aku lebih berhak memberi kemudahan”. Orang ini pun akhirnya diampuni.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

19
Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beberapa malaikat menjumpai ruh orang sebelum kalian untuk mencabut nyawanya. Kemudian mereka mengatakan, “Apakah kamu memiliki sedikit dari amal kebajikan?” Kemudian dia mengatakan, “Dulu aku pernah memerintahkan pada budakku untuk memberikan tenggang waktu dan membebaskan utang bagi orang yang berada dalam kemudahan untuk melunasinya.” Lantas Allah pun memberi ampunan padanya.” (HR. Bukhari no. 2077)

20
Dari Abu Qatadah Al-Harits bin Rib’i radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah di depan khalayak ramai. Kemudian beliau menyebutkan pada mereka bahwa jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah) dan beriman kepada Allah adalah sebaik-baiknya amalan. Kemudian ada seorang lelaki yang berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau menjawab, “Benar, jika kamu terbunuh fii sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang.” Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang engkau katakan tadi?” Orang itu berkata lagi, “Bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar, jika kamu terbunuh fii sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali kalau engkau memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku.” (HR. Muslim no. 1885)

Itulah berbagai hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan dan membicarakan tentang hutang-piutang. Semoga menambah ilmu, pengetahuan dan wawasan kita tentang agama.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 5 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/17 Agustus 2018 Masehi.

7 Hadits Tentang Ya'juj dan Ma'juj

7 Hadits Tentang Ya'juj dan Ma'juj
7 Hadits Tentang Ya'juj dan Ma'juj

AlQuranPedia.Org – Ya’juj dan Ma’juj adalah salah satu di antara tanda besar hari Kiamat. Ya’juj dan Ma’juj adalah segerombolan manusia yang merusak bumi menjelang Kiamat kelak, mereka adalah keturunan Adam ‘alaihissalam dan bukan dari golongan jin. Mereka sangatlah banyak, sangat rakus dan memiliki kekuatan yang besar. Di dalam Al-Quran ada 2 penyebutan Ya’juj dan Ma’juj yaitu di Surah Al-Kahfi pada kisah Dzulqarnain dan juga pada Surah Al-Anbiyaa’.

“Hingga apabila (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan (apabila) janji yang benar (hari berbangkit) telah dekat, maka tiba-tiba mata orang-orang kafir terbelalaklah. (Mereka berkata): ‘Alangkah celakanya kami, sesungguhnya kami benar-benar lalai tentang ini, bahkan kami benar-benar orang-orang yang zhalim.” (Q.S. Al-Anbiyaa’: 96-97)


Pada tulisan kali ini kita akan membahas hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membahas tentang Ya’juj dan Ma’juj. Simak selengkapnya di bawah ini.

1
Dari Hudzaifah bin Asid radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda: (1) penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) penenggelaman permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) keluarnya asap, (5) keluarnya Dajjal, (6) keluarnya binatang besar, (7) keluarnya Ya’juj wa Ma’juj, (8) terbitnya matahari dari barat, dan (9) api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang meng-giring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam 'alaihissallam.” (HR. Muslim (no. 2901 (40)), Abu Dawud (no. 4311), at-Tirmidzi (no. 2183), Ibnu Majah (no. 4055), Imam Ahmad (IV/6), ini lafadzh Muslim. Imam Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Tahqiq Musnadil Imam Ahmad (no. 16087)

2
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, Allah berfirman, “Wahai Adam. Ia pun menjawab, “Ya, aku memenuhi panggilan-Mu, dan kebaikan ada di tangan-Mu. Allah berfirman, “Keluarkanlah ba’tsun nar!” Ia bertanya, “Apakah ba’tsun nar itu?” Allah berfirman, “Dari setiap 1000 orang, 999 orang sebagai Ba’tsun nar (penghuni neraka). Saat itulah anak kecil menjadi tua. “Dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk. Akan tetapi azab Allah itu sangat keras“. (Q.S. Al Hajj: 2). Mereka bertanya, “Siapakah di antara kami yang termasuk satu orang (yang satu) itu?” Beliau bersabda, “Bergembiralah! Sesungguhnya dari kalian satu orang dan dari Ya'juj dan Ma'juj seribu orang”. (HR. Bukhari no. 6530)

3
Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Mardawaih dari jalur ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma bahwa Ya'juj dan Ma'juj dari keturunan Adam. Di belakangnya adalah tiga ummat. Tidaklah di antara mereka mati melainkan mereka tinggalkan 1000 keturunan berikutnya. Hadits ini dikeluarkan pula oleh ‘Abd bin Humaid dengan sanad shahih dari ‘Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu semisalnya. (Fathul Bari, 13: 107)

4
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj sedang berusaha keras melubangi dinding setiap hari, sampai apabila mereka melihat cahaya matahari, pemimpin mereka berkata: ‘Pulanglah, kalian akan melubanginya besok.’ Kemudian esok harinya mereka kembali melubangi dinding itu dan bekerja lebih kuat dari yang kemarin, sehingga jika waktunya telah tiba, Allah akan mengirimkan mereka kepada manusia sesuai dengan keinginan-Nya. Sehingga apabila mereka melihat cahaya matahari, pemimpin mereka berseru: ‘Pergilah, kalian akan melubanginya besok, insya Allah, -bisa juga kiranya dia mengucapkan kata pujian itu-.’ (Namun ketika) mereka kembali hendak melubanginya, ternyata dinding itu sudah seperti keadaan semula saat mereka tinggalkan (kemarin). Tapi mereka terus melubanginya dan (akhirnya) berhasil keluar menyerbu manusia. Mereka mengeringkan air dan orang-orang berlindung di benteng-benteng. Mereka melepaskan anak panahnya ke langit, lalu anak-anak panah itu kembali dengan berlumuran darah. Mereka berkata dengan sombong: “Kita telah mengalahkan penduduk bumi dan langit.” Kemudian Allah mengirimkan sejenis ulat pada tengkuk mereka hingga mereka mati. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya binatang melata di bumi akan menjadi kenyang dan gemuk karena dapat makan daging dan darah mereka.’” (HR. Tirmidzi (no. 3153), Ibnu Majah (no. 4080), Ahmad (II/510-511), dan Al-Hakim (IV/488). Kata Al-Hakim, “Hadits ini shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim serta disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi.”)


5
Dari Ummu Habibah binti Abi Sufyan, dari Zainab binti Jahsy radhiyallahu anhuma, bahwasanya pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepadanya dengan kaget, beliau berkata, Laa ilaaha illallaah, celakalah orang Arab karena kejelekan telah dekat, hari ini dinding penghalang Ya’juj dan Ma’juj telah terbuka seperti ini.” (Beliau melingkarkan kedua jarinya; ibu jari dan telunjuknya). Zainab binti Jahsy berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa sementara di antara kami masih ada orang-orang yang shalih?’ Beliau menjawab, ‘Ya, apabila kejelekan merajalela.’” (Shahih Bukhari, kitab Al-Anbiyaa’, bab Qishshatu Ya’juj wa Ma’juj (VI/381, Al-Fath), dan kitab al-Fitan (XIII/106, al-Fath), dan Shahih Muslim, kitab Al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/2-4, Syarh An-Nawawi)

6
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, dia berkata, “Ketika malam diisra’kannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berjumpa dengan Ibrahim, Musa, dan ‘Isa 'alaihissalam, lalu mereka membicarakan tentang Kiamat… hingga beliau bersabda, ‘Maka mereka mengembalikan pembicaraan kepada ‘Isa.’ (Lalu beliau (‘Isa) menyebutkan terbunuhnya Dajjal, kemudian berkata,) ‘Selanjutnya manusia kembali ke negeri-negeri mereka, lalu dihadang oleh Ya’juj dan Ma’juj yang berdatangan dengan cepat dari setiap tempat yang tinggi, mereka tidak akan melewati air kecuali meminumnya, tidak juga melewati sesuatu kecuali menghancurkannya, kemudian mereka (para Sahabat ‘Isa) meminta pertolongan kepadaku, lalu aku berdo’a kepada Allah, maka Allah membinasakan mereka. Selanjutnya bumi menjadi bau karena bangkai mereka, kemudian mereka (para Sahabat ‘Isa) memohon kepadaku, lalu aku berdo’a kepada Allah, akhirnya Allah mengirimkan hujan dari langit yang membawa dan melemparkan jasad-jasad mereka ke lautan.” (Mustadrak Al-Hakim (IV/488-489), Al-Hakim berkata, “Sanadnya shahih, akan tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi di dalam kitab Talkhis, Ahmad dalam Musnad (IV/189-190, no. 3556), tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.” Syaikh Al-Albani berkata, “Dha’if.” Lihat Dha’iif al-Jaami’ish Shaghiir (V/20-21, no. 4712). Namun beberapa hadits memperkuat hadits ini sehingga menjadikannya shahih. Wallahu a’lam)

7
Diriwayatkan dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu anhu, di dalamnya diungkapkan, “Ketika Allah mewahyukan kepada ‘Isa, ‘Sesungguhnya Aku telah me-ngeluarkan hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang pun dapat mengalahkan-nya, maka kumpulkanlah hamba-hamba-Ku ke gunung Thur, kemudian Allah mengutus Ya’juj dan Ma’juj, mereka datang dari setiap tempat yang tinggi. Maka kelompok pertama dari mereka melewati danau Thabariyyah, mereka meminum airnya, lalu orang yang belakangan dari mereka berkata, ‘Di danau ini dulu pernah ada airnya.’ Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya dikepung, sehingga pada hari itu kepala seekor sapi lebih berharga daripada seratus dinar milik salah seorang dari kalian. Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya berdo’a kepada Allah, lalu Allah mengutus ulat-ulat pada leher-leher mereka (Ya’juj dan Ma’juj), akhirnya mereka semua mati bagaikan satu jiwa yang mati. Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya turun (dari gunung) ke bumi, dan ternyata mereka tidak mendapati satu jengkal pun di bumi kecuali penuh dengan bau busuk dan bangkai mereka. Selanjutnya Nabiyullah ‘Isa dengan para Sahabatnya berdo’a kepada Allah, maka Allah mengutus sekelompok burung yang lehernya bagaikan leher unta, lalu burung ter-sebut mengambil dan melemparkan bangkai-bangkai itu ke mana saja sesuai dengan kehendak Allah.” (Shahih Muslim, bab Dzikrud Dajjal (XVIII/68-69, Syarh An-Nawawi)

Dalam riwayat lain ada tambahan -setelah ungkapan- (لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ), “Kemudian mereka berjalan sehingga mereka sampai ke gunung al-Khamr, yaitu gunung Baitul Maqdis, lalu mereka berkata, ‘Kita telah membunuh orang-orang yang ada di bumi, marilah kita bunuh makhluk yang ada di langit.’ Lalu mereka melemparkan anak panah mereka ke langit, lalu Allah mengembalikan panah-panah mereka yang telah dilumuri darah.” (Shahih Muslim, bab Dzikrud Dajjal (XVIII/70-71, Syarh An-Nawawi)

Itulah berbagai hadits shahih yang berkaitan dengan Ya’juj dan Ma’juj. Semoga tulisan ini menambah wawasan kita dan menjadikan kita lebih semangat beramal untuk mempersiapkan hari Kiamat.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 29 Dzulqaidah 1439 Hijriyah/11 Agustus 2018 Masehi.

8 Hadits Tentang Bersiwak

8 Hadits Tentang Bersiwak
8 Hadits Tentang Bersiwak
AlQuranPedia.Org - Bersiwak adalah sunnah muakkad, sebagaimana yang disimpulkan oleh para ‘ulama. Hal ini berdasarkan banyaknya hadits-hadits Nabi shallallahi ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sering bersiwak dan memerintahkan umatnya untuk bersiwak. Ada beberapa keutamaan bersiwak, seperti dapat membersihkan mulut dan mendatangkan keridhoan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersiwak hampir di setiap waktu, di pagi hari, petang, bahkan malam hari. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersiwak meskipun dalam keadaan berpuasa. Bahkan, saat menjelang wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempatkan diri bersiwak. Sikat gigi juga bisa disebut sebagai siwak sebagaimana penjelasan para ulama kontemporer, bahkan sebagaimana kata Syaikh 'Utsaimin bahwa sikat gigi bahkan bisa menghasilkan kebersihan gigi yang lebih dibandingkan kayu siwak. Maka dari itu tidak ada alasan bagi kita meninggalkan salah satu sunnah ini.


Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai hadits-hadits sahih yang membicarakan tentang bersiwak.

1
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhaan bagi Rabb”. (HR. Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Hadits di atas menggambarkan keutamaan bersiwak.

2
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudhu”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain,

“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat”. [HR. Bukhari dan Muslim)

Dua hadits di atas menjadi dalil bahwasannya disunnahkan seseorang bersiwak ketika hendak sholat. Ini adalah sunnah yang sudah jarang dikerjakan oleh umat Islam.

3
Dari Syuraih bin Hani radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, “Aku bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dia memasuki rumahnya ?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. (HR. Muslim)

Hadits di atas menerangkan bahwa Rasulullah hampir di setiap waktu bersiwak, bahkan saat pertama kali masuk rumah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersiwak.

4
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. (HR. Bukhari)

Hadits di atas menerangkan kepada kita bahwa Rasulullah ketika bangun dari malamnya, beliau membersihan mulutnya dengan bersiwak.

5
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia sedang bersiwak dengan siwak yang basah. Dan ujung siwak pada lidahnya dan dia sambil berkata “Uh-uh”. Dan siwak berada pada mulutnya seakan-akan beliau muntah”. (HR. Bukhari dan Muslim )

Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersiwak dengan siwak yang basah.


6
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, "Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma menemui Nabi dan Nabi bersandar di dadaku. Abdurrahman bin Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma membawa siwak yang basah yang dia gunakan untuk bersiwak. Dan Rasulullah memandang siwak tersebut (dengan pandangan yang lama). Maka aku pun lalu mengambil siwak itu dan menggigitnya (untuk dibersihkan) lalu aku membaguskannya kemudian aku berikan siwak tersebut kepada Rasulullah, maka beliaupun bersiwak dengannya. Dan tidaklah pernah aku melihat Rasulullah bersiwak yang lebih baik dari itu. Dan setelah Rasulullah selesai dari bersiwak dia pun mengangkat tangannya atau jarinya lalu berkata,

فِي الرَّفِيْقِ الأَعْلَى

Beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian beliau wafat."

Dalam riwayat lain,

‘Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, ”Aku melihat Rasulullah memandang siwak tersebut, maka akupun tahu bahwa beliau menyukainya, lalu aku berkata, "Aku ambilkan siwak tersebut untuk engkau?” Maka Rasulullah mengisyaratkan dengan kepalanya (mengangguk) yaitu tanda setuju”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat di atas menjelaskan bahwa memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amat memerhatikan masalah siwak ini. Sampai-sampai menjelang wafatnya saja beliau menyempatkan untuk bersiwak.

7
Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, memasukkan jarinya (ke dalam mulutnya) ketika (bersiwak saat)berwudhu dan menggerak-gerakkannya”. (HR. Ahmad dalam musnadnya 1/158, shahih)

Hadits di atas menjelaskan mengenai bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersiwak ketika wudhu.

8
Dari Abdurrahman bin Ghanim radhiyallahu 'anhu berkata, “Aku bertanya kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Apakah aku bersiwak padahal aku berpuasa?” Beliau menjawab :”Ya”, Aku berkata : “Di siang hari kapan?”, Beliau berkata :”Di waktu pagi dan sore”. Aku berkata :”Orang-orang membenci (bersiwak) pada sore hari. Dan mereka berkata bahwa Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bau mulutnya orang yang berpuasa sungguh lebih baik di sisi Allah daripada bau misik”. Beliau berkata, "Subhanallah, Rasulullah sungguh telah memerintahkan mereka untuk bersiwak dan tidaklah layak (bagi mereka) atas apa yang telah mereka telah diperintahkan oleh Rasulullah, mereka sengaja membuat mulut mereka menjadi berbau busuk. Tidak ada pada perbuatan mereka itu kebaikan sedikitpun, bahkan kejelekan yang ada pada perbuatan mereka itu.” (HR. Thabrani. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan sanadnya baik)

Hadits di atas menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersiwak di setiap waktu, baik itu pagi hari, siang ataupun sore hari.

Itulah berbagai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai bersiwak. Semoga kita dapat melestarikan salah satu sunnah yang banyak ditinggalkan kaum muslimin saat ini, yakni bersiwak.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 6 Rabiul Akhir 1439 Hijriyah/24 Desember 2017 Masehi.

39 Hadits Tentang Dajjal

39 Hadits Tentang Dajjal
39 Hadits Tentang Dajjal

AlQuranPedia.Org -  Dajjal adalah fitnah terbesar yang akan dihadapi manusia akhir zaman kelak. Dajjal adalah manusia dengan berbagai ciri dan kemampuan yang dikaruniakan Allah Ta’ala kepadanya. Dajjal dapat menurunkan hujan, berpindah-pindah tempat secara cepat, dan berbagai kemampuan lainnya yang akan menguji keimanan manusia. Siapa yang keimanannya benar dan diberi hidayah oleh Allah maka dia akan terhindar dari fitnah Dajjal, tetapi barangsiapa yang kafir dan imannya lemah maka siap-siaplah dia terkena fitnah Dajjal.

Pembahasan mengenai Dajjal disebutkan dalam banyak hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan para ‘ulama mengatakan bahwa hadits-hadits tentang Dajjal adalah mutawatir. Keimanan terhadap Dajjal adalah wajib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mewanti-wanti masalah Dajjal ini. Pada tulisan kali ini blog Al-Quran Pedia akan membahas mengenai hadits-hadits Nabi tentang Dajjal, baik itu ciri-cirinya, fitnahnya, dan juga cara terhindar dari fitnah Dajjal.

1
“Tidak ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal.” (HR. Muslim no. 2946)

2
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah karena memang Dialah satu-satunya yang berhak atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal. Beliau bersabda, “Aku akan menceritakannya kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan telah menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh ‘alaihissalam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta“. (HR. Bukhari no. 3337 dan Muslim no. 169)

3
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwasanya dajjal itu buta sebelah, sedangkan Rabb kalian tidak buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya “KAAFIR”.” (HR. Bukhari no. 7131)
4
Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sungguh tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal di muka bumi ini semenjak Allah menciptakan anak cucu Adam. Tidak ada satu Nabi pun yang diutus oleh Allah melainkan ia akan memperingatkan kepada umatnya mengenai fitnah Dajjal. Sedangkan Aku adalah Nabi yang paling terakhir dan kalian juga ummat yang paling terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah kalian.” (Dikeluarkan dalam Shahih Al-Jaami’ Ash-Shoghir no. 13833. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

5
“Tiga tanda, jika semuanya telah terjadi, maka tidak akan berguna lagi keimanan seseorang sebelumnya, yaitu; keluarnya Dajjal, binatang melata, dan terbitnya matahari dari barat atau dari tempat terbenamnya” (HR. Tirmidzi no. 3072 dan Ahmad 2/445. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

6
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum munculnya Dajjal, adalah waktu yang sangat sulit, di mana manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat, Allah akan memerintahkan kepada langit pada tahun pertama untuk menahan sepertiga dari hujannya, dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan sepertiga dari tanaman-tanamannya. Dan pada tahun kedua Allah akan memerintahkan kepada langit untuk menahan dua pertiga dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan duapertiga dari tumbuh-tumbuhannya. Kemudian di tahun yang ketiga, Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, maka ia tidak meneteskan setetes air pun dan Allah memerintahkan kepada bumi untuk menahan semua tanaman-tanamannya, maka setelah itu tidak dijumpai satu tanaman hijau yang tumbuh dan semua binatang yang berkuku akan mati, kecuali yang tidak dikehendaki oleh Allah.” Kemudian para sahabat bertanya, “Dengan apakah manusia akan hidup pada saat itu?” Beliau menjawab, “Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan.” (Shohihul Jaami’, 7875)

7
Dari ‘Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku tidur, aku bermimpi thawaf di ka’bah, tak tahunya ada seseorang yang rambutnya lurus, kepalanya meneteskan atau mengalirkan air. Maka saya bertanya, ‘Siapakah ini? ‘ Mereka mengatakan, ‘Ini Isa bin Maryam’. Kemudian aku menoleh, tak tahunya ada seseorang yang berbadan besar, warnanya kemerah-merahan, rambutnya keriting, matanya buta sebelah kanan, seolah-olah matanya anggur yang menjorok. Mereka menjelaskan, ‘Sedang ini adalah Dajjal. Manusia yang paling mirip dengannya adalah Ibnu Qaththan, laki-laki dari bani Khuza’ah.'” (HR.  Bukhari no. 7128 dan Muslim no. 171)

8
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shoomit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, aku telah menceritakan perihal Dajjal kepada kalian, hingga aku kawatir kalian tidak lagi mampu memahaminya. Sesungguhnya Al Masih Dajjal adalah seorang laki-laki yang pendek, berkaki bengkok, berambut keriting, buta sebelah dan matanya tidak terlalu menonjol dan tidak pula terlalu tenggelam. Jika kalian merasa bingung, maka ketahuilah bahwa Rabb kalian tidak bermata juling.” (HR. Abu Daud no. 4320. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

9
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda tentang Dajjal, “(Dajjal) buta sebelah, putih dan berkilau, seolah kepalanya adalah (kepala) ular, dan (dia) adalah orang yang paling mirip dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Jika dia itu celaka dan sesat, maka ketahuilah bahwa Tuhan kalian tidaklah buta sebelah.” (HR. Ahmad 1/240. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih li ghoirihi)

10
“Di antara kedua matanya (Dajjal) tertulis KAFIR yang bisa dibaca oleh orang yang membenci perbuatannya atau bisa dibaca oleh setiap orang mu`min.” (HR. Muslim no. 169)

11
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dajjal itu mandul.” (HR. Muslim no. 2927)

12
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada suatu negeri pun yang tidak akan dimasuki Dajjal kecuali Makkah dan Madinah, karena tidak ada satu pintu masuk pun dari pintu-pintu gerbangnya kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan berguncang sebanyak tiga kali sehingga Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafiq daripadanya” (HR. Bukhari no. 1881 dan Muslim no. 2943)

13
“Sesungguhnya bersamanya ada air dan api, apanya adalah air dingin dan airnya adalah api, karena itu janganlah kalian binasa.” (HR. Bukhari no. 7130 dan Muslim no. 2934)

14
“Sungguh aku tahu apa yang ada bersama Dajjal, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Salah satunya secara kasat mata berupa air putih dan yang lainnya secara kasat mata berupa api yang bergejolak. Bila ada yang menjumpainya, hendaklah mendatangi surga yang ia lihat berupa api dan hendaklah menutup mata, kemudian hendaklah menundukkan kepala lalu meminumnya karena sesungguhnya itu adalah air dingin.” (HR. Muslim no. 2934)

15
“Di antara fitnah Dajjal adalah, ia akan berkata kepada seorang Arab, ‘Pikirkanlah olehmu, sekiranya aku dapat membangkitkan ayah dan ibumu yang telah mati, apakah kamu akan bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu? ‘ Laki-laki arab tersebut menjawab, ‘Ya.’ Kemudian muncullah setan yang menjelma di hadapannya dalam bentuk ayah dan ibunya, maka keduanya berkata, ‘Wahai anakku, ikutilah ia, sesungguhnya dia adalah Rabbmu.’” (Shahih Al-Jaami’ Ash Shogir 6/274).

16
 “Ia (Dajjal) mendatangi kaum dan menyeru mereka, mereka menerimanya. Ia memerintahkan langit agar menurunkan hujan, lalu langit menurunkan hujan. Ia memerintahkan bumi agar mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, lalu bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhan. Lalu binatang ternak mereka pergi dengan punuk yang panjang, lambung yang lebar dan kantong susu yang berisi lalu kehancuran datang lalu ia berkata padanya: ‘Keluarkan harta simpananmu.’ Lalu harta simpanannya mengikutinya seperti lebah-lebah jantan.” (HR. Muslim no. 2937)

17
“Dajjal datang dan diharamkan masuk jalan Madinah.  Lantas ia singgah di lokasi yang tak ada tetumbuhan dekat Madinah. Kemudian ada seseorang yang mendatanginya yang ia adalah sebaik-baik manusia atau di antara manusia terbaik, dia berkata, ‘Saya bersaksi bahwa engkau adalah Dajjal yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ceritakan kepada kami.’ Kemudian Dajjal mengatakan, ‘Apa pendapat kalian jika aku membunuh orang ini lantas aku menghidupkannya, apakah kalian masih ragu terhadap perkara ini?’ Mereka menjawab, ‘Tidak’. Maka Dajjal membunuh orang tersebut kemudian menghidupkannya, namun orang tersebut tiba-tiba mengatakan, ‘Ketahuilah bahwa hari ini, kewaspadaanku terhadap diriku tidak sebesar kewaspadaanku terhadapmu! ‘ Lantas Dajjal ingin membunuh orang itu, namun ia tak bisa lagi menguasainya.” (HR. Bukhari no. 7132)

18
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dajjal muncul lalu seseorang dari kalangan kaum mu`minin menuju ke arahnya lalu bala tentara Dajjal yang bersenjata menemuinya, mereka bertanya, ‘Kau mau kemana? ‘ Mu`min itu menjawab, ‘Hendak ke orang yang muncul itu.’ Mereka bertanya, ‘Apa kau tidak beriman ada tuhan kami? ‘ Mu`min itu menjawab: ‘Rabb kami tidaklah samar.’ Mereka berkata, ‘Bunuh dia.’ Lalu mereka saling berkata satu sama lain, ‘Bukankah tuhan kita melarang kalian membunuh seorang pun selain dia.’ Mereka membawanya menuju Dajjal. Saat orang mu`min melihatnya, ia berkata, ‘Wahai sekalian manusia, inilah Dajjal yang disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Lalu Dajjal memerintahkan agar dibelah. Ia berkata, ‘Ambil dan belahlah dia.’ Punggung dan perutnya dipenuhi pukulan lalu Dajjal bertanya, ‘Apa kau tidak beriman padaku? ‘ Mu`min itu menjawab, ‘Kau adalah Al Masih pendusta? ‘ Lalu Dajjal memerintahkannya digergaji dari ujung kepala hingga pertengahan antara kedua kaki. Setelah itu Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh itu lalu berkata, ‘Berdirilah!’ Tubuh itu pun berdiri. Selanjutnya Dajjal bertanya padanya, ‘Apa kau beriman padaku?’ Ia menjawab, ‘Aku semakin mengetahuimu.’ Setelah itu Dajjal berkata, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dilakukan seperti ini setelahku.’ Lalu Dajjal mengambilnya untuk disembelih, kemudian antara leher dan tulang selangkanya diberi perak, tapi Dajjal tidak mampu membunuhnya. Kemudian kedua tangan dan kaki orang itu diambil lalu dilemparkan, orang-orang mengiranya dilempari ke neraka, tapi sesungguhnya ia dilemparkan ke surga.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia adalah manusia yang kesaksiannya paling agung di sisi Rabb seluruh alam.“ (HR. Muslim no. 2938)

19
Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dajjal itu keluar dari bumi sebelah timur yang disebut Khurasan. Dajjal akan diikuti oleh kaum yang wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit”. (HR. Tirmidzi no. 2337 dan Ibnu Majah no. 4072. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

20
Dalam hadits An-Nawas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu yang marfu’ –sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- disebutkan, “Dajjal itu keluar di antara Syam dan Irak. Dia lantas merusak kanan dan kiri. Wahai para hamba Allah, tetap teguhlah”. (HR. Muslim no. 2937)

21
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dajjal akan keluar dari Yahudiyah Ashbahan dan 70.000 orang Yahudi yang memakai mahkota akan jadi pengikutnya.” (HR. Ahmad 3: 224. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan hadits ini hasan)

22
“Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku membiarkan suatu daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam selain Makkah dan Thoybah (Madinah Nabawiyyah). Kedua kota tersebut diharamkan bagiku. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut, malaikat menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Dan di setiap jalan bukit ada malaikat yang menjaganya.” (HR. Muslim no. 2942)

23
“Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: masjid Ka’bah (masjidil Haram), masjid Rasul (masjid Nabawi), masjid Al-Aqsho, dan masjid Ath-Thur.” (HR. Ahmad 5: 364. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan sanad hadits ini shahih)

24
Para sahabat menanyakan pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai berapa lama Dajjal berada di muka bumi. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, berapa lama Dajjal berada di muka bumi?” Beliau bersabda, “Selama empat puluh hari, di mana satu harinya seperti setahun, satu harinya lagi seperti sebulan, satu harinya lagi seperti satu Jum’at (maksudnya: satu minggu, pen), satu hari lagi seperti hari-hari yang kalian rasakan.”  Mereka pun bertanya kembali pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, jika satu hari bisa sama seperti setahun, apakah kami cukup shalat satu hari saja?” “Tidak. Namun kalian harus mengira-ngira (waktunya)”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim no. 2937)

25
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum di mana wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu” (HR. Muslim no. 2912)
26
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga kalian memerangi satu kaum yang sandal-sandal mereka terbuat dari bulu, dan kalian memerangi bangsa Turk yang bermata sipit, berwajah merah, hidungnya pesek, wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit” (HR. Bukhari no. 3587)

27
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara fitnah Dajjal adalah, ia akan berkata pada orang Arab, “Bagaimana menurutmu jika aku membangkitkan ayah dan ibumu, lalu engkau bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu, apakah engkau mau?” “Iya, mau”, jawab orang Arab tersebut. Lalu dua setan menyerupai bentuk ayah dan ibunya lantas keduanya berkata, “Wahai anakku, ikutilah dia (yaitu Dajjal), karena dia adalah Rabbmu”. (HR. Ibnu Majah no. 4077. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini shahih, lihat Shahih Al-Jami’ no. 7875)

28
“Dajjal akan turun ke Mirqonah (nama sebuah lembah) dan mayoritas pengikutnya adalah kaum wanita, sampai-sampai ada seorang yang pergi ke isterinya, ibunya, putrinya, saudarinya dan bibinya kemudian mengikatnya karena khawatir keluar menuju Dajjal”. (HR. Ahmad 2: 67. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

29
“Akan muncul suatu kelompok yang membaca Al-Quran tetapi tidak sampai pada tenggorokan mereka. Setiap kali muncul, mereka dibasmi habis hingga keluar pada pasukan besar mereka Dajjal.” (HR. Ibnu Majah 174 dan dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah 2455)

30
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian melakukan tasyahud, mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal” (HR. Muslim no. 588)

31
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal” (HR. Muslim no. 809)

32
Dari An-Nawas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian mendapati zamannya Dajjal, bacalah awal-awal surat Al-Kahfi” (HR. Muslim no. 2937)

33
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal.” Hajjaj berkata, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi” (HR. Ahmad 6: 446. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih, perowinya tsiqoh termasuk dalam periwayat shahihain -Bukhari dan Muslim- selain Ma’dan bin Abi Tholhah Al-Ya’mari yang termasuk perowi Muslim)
                                                                                                                                                               
34
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah” (HR. Ad-Darimi 2: 546. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471)

35
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at” (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Kubro 3: 249. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470)

36
Dari ‘Imron bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mendengar kemunculan Dajjal, maka menjauhlah darinya. Demi Allah, ada seseorang yang mendatangi Dajjal dan ia mengira bahwa ia punya iman (yang kokoh), malah ia yang menjadi pengikut Dajjal karena ia terkena syubhatnya ketika Dajjal itu muncul” (HR. Abu Daud no. 4319 dan Ahmad 4: 441. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

37
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lalu Allah mengutus ‘Isa bin Maryam seperti Urwah bin Mas’ud, ia mencari Dajjal dan membunuhnya. Setelah itu selama tujuh tahun, manusia tinggal dan tidak ada permusuhan di antara dua orang pun. Kemudian Allah mengirim angin sejuk dari arah Syam lalu tidak tersisa seorang yang dihatinya ada kebaikan atau keimanan seberat biji sawi pun yang tersisa kecuali mencabut nyawanya” (HR. Muslim no. 2940)

38
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika Dajjal telah keluar dan saya masih hidup maka saya akan membela (menjaga) kalian, namun Dajjal keluar sesudahku. Sesungguhnya Rabb kalian ‘azza wajalla tidaklah buta sebelah (bermata satu) dan Dajjal akan keluar di Yahudi Ashbahan hingga ia datang ke Madinah dan turun di tepinya yang mana Madinah pada waktu itu memiliki tujuh pintu. Pada setiap pintu terdapat malaikat yang menjaga, lalu akan keluar (menuju) kepada Dajjal sejelek-jelek penduduk madinah darinya hingga ke Syam tepat di kota palestina di pintu Lud.” Sesekali Abu Daud berkata, “Hingga Dajjal datang (tiba) di Palestina di pintu Lud, lalu Isa ‘alaihis salam turun dan membunuhnya, kemudian Isa ‘alaihis salam tinggal di bumi selama empat puluh tahun dan menjadi imam yang adil dan hakim yang adil.” (HR. Ahmad, 6: 75. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanadnya hasan)

39
Dari Fathimah bintu Qois -radhiyallahu anha-, ia berkata, “Aku pernah sholat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam-. Aku berada di shaff wanita yang berada dekat dengan punggung kaum lelaki. Tatkala Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- telah menyelesaikan sholatnya, maka beliau duduk di atas mimbar sambil tertawa. Kemudian beliau bersabda, “Hendaknya setiap orang melazimi tempatnya”, lalu bersabda lagi, “Tahukah kalian kenapa aku kumpulkan kalian?”

“Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, kata mereka.

Beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidaklah mengumpulkan kalian karena keinginan (dalam membagi ghonimah) dan tidak pula karena takut (terhadap musuh). Akan tetapi aku kumpulkan kalian, karena Tamim Ad-Dariy dahulu seorang yang beragama Nasrani. Kemudian ia datang berbai’at dan masuk Islam. Dia telah menceritakan kepadaku sebuah kisah yang sesuai dengan kisah yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Dia telah menceritakan kepadaku bahwa telah berlayar dalam sebuah perahu besar bersama 30 orang lelaki dari Suku Lakhm dan Judzam. Mereka dipermainkan oleh ombak selama sebulan di lautan. Kemudian mereka berlabuh pada sebuah pulau di tengah lautan ketika terbenamnya matahari. Mereka pun duduk di perahu kecil, lalu memasuki pulau itu.

Mereka dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. Mereka berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Mereka bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Wahai kaum, pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana itu. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”.

Dia (Tamim) berkata, “Tatkala ia (si binatang) menyebutkan seorang lelaki kepada kami, maka kami khawatir jangan sampai binatang itu adalah setan perempuan”. Tamim berkata, “Kami pun pergi dengan  cepat sampai kami memasuki istana tersebut. Tiba-tiba di dalamnya terdapat orang yang paling besar  kami  lihat dan paling kuat ikatannya dalam keadaan kedua tangannya terbelenggu ke lehernya antara kedua lututnya sampai kedua mata kakinya dengan besi”. Kami katakan, “Celaka anda, siapakah anda?” Dia (Dajjal) menjawab, “Sungguh kalian telah tahu beritaku. Kabarkanlah kepadaku siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang Arab. Kami telah berlayar dalam sebuah perahu besar. Kami pun mengarungi lautan saat berombak besar. Akhirnya, ombak mempermainkan kami selama sebulan. Kemudian kami berlabuh di pulau anda ini. Kami pun duduk-duduk di perahu kecil, lalu masuk pulau. Tiba-tiba kami dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. kami berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Kami bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”. Lalu kami menghadap kepadamu dengan cepat, kami takut kepadanya dan tak merasa aman jika ia adalah setan perempuan”. Dia (Dajjal) berkata, “Kabarilah aku tentang pohon-pohon korma Baisan (nama tempat di Yordania)!!”. Kami bertanya, “Engkau tanya tentang apanya?”. Dajjal berkata, “Aku tanyakan kepada kalian tentang pohon-pohon kurmanya, apakah masih berbuah?”. Kami jawab, “Ya”. Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hampir-hampir ia tak akan berbuah lagi”. Dajjal berkata, “Kabarilah aku tentang Danau Thobariyyah!!”. Kami katakan, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalamnya masih ada air?” Mereka menjawab, “Danau itu masih banyak airnya”. Dajjal berkata, “Ingatlah, sesungguhnya airnya hampir-hampir akan habis”. Dajjal bertanya lagi, “Kabarilah aku tentang mata air Zughor!!” Mereka bertanya, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalam mata air itu masih ada air? Apakah penduduknya masih menanam dengan memakai air dari mata air itu?” Kami jawab, “Ya, mata air itu masih banyak airnya dan penduduknya masih bercocok tanam dari airnya”. Dajjal berkata lagi, “Kabarilah aku tentang Nabinya orang-orang Ummi (ummi : buta huruf, yakni orang-orang Quraisy), apa yang ia lakukan? Mereka berkata, “Dia telah keluar dari Kota Makah dan bertempat tinggal di Yatsrib (Madinah)”. Dajjal bertanya, “Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?” Kami katakan, “Ya”. Dajjal bertanya, “Apa yang ia lakukan pada mereka?” Lalu mereka kabari Dajjal bahwa sungguh ia (Nabi itu, yakni Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam) telah berkuasa atas orang-orang yang ada di sekitarnya dari kalangan Arab dan mereka menaatinya”. Dajjal berkata kepada mereka, “Apakah hal itu sudah terjadi?” Kami jawab, “Ya”.

Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hal itu lebih baik bagi mereka untuk menaatinya. Sekarang aku kabari kalian bahwa aku adalah Al-Masih (yakni, Al-Masih Ad-Dajjal). Sungguh aku hampir diberi izin untuk keluar. Aku akan keluar, lalu berjalan di bumi. Aku tak akan membiarkan suatu negeri, kecuali aku injak dalam waktu 40 malam, selain Makkah dan Thoibah (nama lain bagi kota Madinah). Kedua kota ini diharamkan bagiku.

Setiap kali aku hendak memasuki salah satunya diantaranya, maka aku dihadang oleh seorang malaikat, di tangannya terdapat pedang terhunus yang akan menghalangiku darinya. Sesungguhnya pada setiap jalan-jalan masuk padanya ada malaikat-malaikat yang menjaganya”

Dia (Fathimah bintu Qois) berkata, “Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda seraya menusuk-nusukkan tongkatnya pada mimbar, “Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, yakni kota Madinah. Ingatlah, apakah aku telah menceritakan hal itu kepada kalian?” Orang-orang pun berkata, “Ya”. (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Itulah berbagai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan dan menjelaskan tentang Dajjal. Semoga hadits-hadits di atas menjadi renungan bagi kita untuk meningkatkan keimanan dan ilmu agama kita. Mari kita pertebal iman, amal, ilmu agama dan memperbanyak doa agar kita dapat terhindar dari fitnah Dajjal yang mengerikan ini.
Diselesaikan pada 25 Jumadil Akhir 1439 Hijriyah/13 Maret 2018 Masehi.

Semoga bermanfaat.