Showing posts with label Pengetahuan Islam. Show all posts
Showing posts with label Pengetahuan Islam. Show all posts

Al-‘Imran Atau Ali ‘Imran?

Al-‘Imran Atau Ali ‘Imran?
Al-‘Imran Atau Ali ‘Imran?
AlQuranPedia.Org – Mungkin banyak kaum muslimin yang masih bingung dan bertanya-tanya, sebenarnya nama surah ketiga di Al-Quran itu apa? Bagaimana cara membacanya? Apakah Al-‘Imran ataukah Ali ‘Imran? Yang benar adalah Ali ‘Imran. Apa alasannya?

(Baca Juga : Islam Itu Luas Bro)

Pertama. Hal ini ditegaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam firman-Nya:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى ءَادَمَ وَنُوحًا وَءَالَ إِبْرَاهِيمَ وَءَالَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (Q.S. Ali ‘Imran : 33)

Kedua. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang menamakan surat tersebut dengan nama surat Ali ‘Imran. Dari Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyallahu ‘anhu, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

Bacalah Al-Quran karena Al-Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa'at) bagi yang membacanya. Bacalah Az-Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al-Baqarah dan Ali 'Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat Al-Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya.” (HR. Muslim no. 1910)

Ketiga. Jikalau dinamakan surat Al-‘Imran maka tidak tepat, seharusnya ‘Imran saja karena itulah nama yang ditakdirkan Allah untuknya. Sama halnya seperti Adam, Idris, Maryam, ‘Isa, Muhammad, Dzulqarnain, Luqman, tidak ada yang menggunakan lafadz “Al”. Kita tidak pernah mendengar Al-Adam, Al-Idris, Al-Maryam, Al-Luqman dan lain sebagainya. Karena nama-nama mereka memang sudah ditakdirkan dan ditetapkan demikian.


Keempat. Kalau dinamakan Al-‘Imran maka kurang tepat. Karena di dalam surat Ali ‘Imran tidak disebutkan 1 ayat pun tentang ‘Imran, yang disebutkan adalah keluarganya, yakni istrinya, anaknya (Maryam), cucunya (‘Isa), saudaranya (Zakariyya), keponakannya (Yahya). Maka dari itu yang tepat adalah Ali ‘Imran yang berarti keluarga ‘Imran.

Kisah istri ‘Imran dimulai pada ayat ke-35

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Ali ‘Imran : 35)

Kisah anak ‘Imran, yakni Maryam dimulai dari ayat 42

Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (Q.S. Ali ‘Imran : 42)

Kisah saudara ‘Imran, yakni Zakariyya ‘alaihissalam dimulai dari ayat 37

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." (Q.S. Ali ‘Imran : 37-38)

Kisah keponakan ‘Imran, yakni Yahya ‘alaihissalam disebutkan pada ayat 39

Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (Q.S. Ali ‘Imran : 39)

Kisah cucu ‘Imran, yakni ‘Isa ‘alaihissalam dimulai pada ayat 48

Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. (Q.S. Ali ‘Imran : 48)

Jadi jelaslah bahwa yang benar adalah surah Ali ‘Imran sehingga diharapkan kaum muslimin tidak salah lagi dalam menyebutkannya. Itulah pembahasan singkat kita mengenai surat Ali ‘Imran. Semoga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan agama kita semua.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 19 Muharram 1440 Hijriyah/29 September 2018 Masehi.

Inilah Lokasi Wafatnya Nabi Musa

Inilah Lokasi Wafatnya Nabi Musa
Inilah Lokasi Wafatnya Nabi Musa
AlQuranPedia.Org – Nabi Musa ‘alaihissalam adalah nabi yang paling banyak disebut namanya di Al-Quran, yakni sebanyak 136 kali. Kisah beliau ‘alaihissalam juga cukup panjang lebar dijelaskan Allah dalam banyak surat seperti Al-Baqarah, Al-A’raaf, Thaahaa, Al-Qashash dan Asy-Syu’araa’. Beliau ‘alaihissalam bersama saudaranya yakni Harun ‘alaihissalam diutus kepada Bani Israil. Nabi Musa ‘alaihissalam juga memiliki banyak mukjizat seperti dapat berkomunikasi dengan Allah secara langsung, tongkatnya dapat berubah jadi ular, tongkatnya dapat membelah lautan, dan lain sebagainya.


Pada tulisan kali ini blog Al-Quran Pedia akan mencoba membahas sedikit mengenai lokasi wafatnya nabiyullah Musa ‘alaihi ash-sholatu was salam.

Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُرْسِلَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِمَا السَّلَام فَلَمَّا جَاءَهُ صَكَّهُ فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَقَالَ: أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ. فَرَدَّ اللهُ عَلَيْهِ عَيْنَهُ وَقَالَ: ارْجِعْ فَقُلْ لَهُ يَضَعُ يَدَهُ عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ فَلَهُ بِكُلِّ مَا غَطَّتْ بِهِ يَدُهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ سَنَةٌ. قَالَ: أَيْ رَبِّ، ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: ثُمَّ الْمَوْتُ. قَالَ: فَالْآنَ. فَسَأَلَ اللهَ أَنْ يُدْنِيَهُ مِنَ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ رَمْيَةً بِحَجَرٍ. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ فَلَوْ كُنْتُ ثَمَّ لَأَرَيْتُكُمْ قَبْرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ

Malaikat Maut diutus kepada Musa ‘alaihissalam. Ketika dia mendatanginya, beliau menamparnya. Malaikat itu kembali kepada Rabbnya, lalu berkata, “Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menyukai maut.”

Kemudian, Allah mengembalikan matanya dan berkata, “Kembalilah dan katakan kepadanya, supaya meletakkan tangannya di lambung seekor sapi jantan, lalu dia berhak pada setiap bulu yang ditutupi tangannya adalah satu tahun.”

Musa berkata, “Wahai Rabbku, kemudian apa lagi?”

Allah menjawab, “Kemudian adalah maut.”

Musa berkata, “Maka sekaranglah,” beliau pun memohon kepada Allah agar mendekatkannya ke Tanah Suci sejauh lemparan batu.

Kata rawi, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Seandainya aku di sana, sungguh, pasti akan aku perlihatkan kepada kamu kuburannya di samping jalan dekat bukit merah.'” (HR. Bukhari no. 1339 dan Muslim no. 2372)


Semua para nabi diberi pilihan oleh Allah sebelum wafatnya, apakah ingin diwafatkan ataukah ditunda sekian waktu. Sebagaimana hal ini juga dialami baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum wafatnya. Dan beliau ketika itu memilih berjumpa dengan Allah (yakni wafat). Dan pada hadits di atas diceritakan bahwa Nabi Musa diberi pilihan apakah ingin diwafatkan atau ditunda dahulu. Akhirnya beliau memilih untuk diwafatkan.

Kita fokus kepada ujung hadits bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam memohon kepada Allah agar diwafatkan di dekat Tanah Suci. Maksud Tanah Suci tersebut adalah Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha. Allah pun mengabulkan doa beliau ‘alaihissalam. Dan di akhir hadits disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang letak kuburan nabi Musa, yaitu di samping jalan dekat bukit merah. Inilah lokasi wafat dan kuburannya nabi Musa ‘alaihissalam. Lokasi tersebut juga dipertegas dengan hadits lain,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada malam aku diisra’kan, aku melewati Musa di dekat bukit pasir merah, dia sedang berdiri shalat di dalam kuburnya." (HR. Muslim no. 164)

Jadi itulah pembahasan singkat kita mengenai lokasi wafatnya Nabi Musa ‘alaihissalam. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Muharram 1440 Hijriyah/30 September 2018 Masehi.

Kapan Rasulullah Menangis?

Kapan Rasulullah Menangis?
Kapan Rasulullah Menangis?
AlQuranPedia.Org – Orang mukmin sejati, dia akan lebih banyak menangis daripada tertawa. Menangis karena membayangkan siksa kubur, membayangkan siksaan neraka, sedikitnya amal, dosa-dosa yang begitu banyak, sementara nyawa tidak ada yang tahu kapan akan dicabut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan." (HR. Muslim no. 2359)

Orang yang beriman hatinya sangatlah lembut, ketika melihat dan mendengar sesuatu yang menyentuh  sedikit saja dirinya akan menangis. Misalnya adalah ketika mendengarkan ayat Al-Quran.

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Q.S. Maryam : 58)
Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hati beliau sangatlah lembut. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya hadits dan riwayat yang menyebutkan bahwa beliau didapati tidak bisa menahan tangisannya di kondisi-kondisi tertentu. Maka dari itulah blog Al-Quran Pedia tertarik untuk membahasnya. Berikut ini akan diulas sedikit tentang tangisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1. Menangis Ketika Mendengar Bacaan Ibnu Mas'ud

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacalah Al-Quran untukku.” Maka aku menjawab, “Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakan Al-Quran untukmu, bukankah Al-Quran diturunkan kepadamu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku suka mendengarnya dari selainku.” Lalu aku membacakan untuknya surat An-Nisaa’ hingga sampai pada ayat (yang artinya), “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS. An Nisa’: 41). Beliau berkata, “Cukup.” Maka aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau dalam keadaan bercucur air mata.” (HR. Bukhari no. 4582 dan Muslim no. 800)

Ibnu Battal rahimahullah mengatakan, “Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menangis pada ayat tersebut karena teringat keadaan beliau nanti pada hari kiamat. Betapa beratnya keadaan seorang Nabi sebagai seorang da’i, ketika menemui umatnya menjadi saksi bagi orang-orang yang beriman dan membenarkan beliau.

2. Menangis Ketika Teringat Kepada Umatnya

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menangis sebagai bentuk kasih sayang kepada umatnya. Beliau takut kalau umatnya mendapatkan adzab dari Allah. Pada suatu hari beliau shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat:

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Maai'dah : 118)

Beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, umatku, umatku”. Kemudian beliau menangis. Allah berfirman, “Wahai Jibril pergilah menemui Muhammad, dan Rabbmu lebih mengetahui, tanyakan apa yang membuatnya menangis?”

Jibril pun datang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan padanya. Kemudian Jibril kembali kepada Allah. Allah berfirman, “Wahai Jibril kembalilah menemui Muhammad dan katakan padanya Kami akan membuatmu ridha tentang umatmu. Dan Kami tidak akan menyedihkanmu’.”

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menangis, khawatir tentang keadaan umatnya. Beliau bersedih kalau-kalau umatnya menjadi penghuni neraka.

3. Menangis Ketika Sholat

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menunaikan shalat malam di suatu malam. Beliau bersabda,

يَا عَائِشَةُ ذَرِينِي أَتَعَبَّدُ اللَّيْلَةَ لِرَبِّي

“Wahai Aisyah…, biarkanlah aku beribadah kepada Rabku malam ini.”

Kemudian beliau bersuci dan mengerjakan shalat. Beliau menangis hingga membasahi pangkuannya. Dan beliau terus menangis sampai air matanya mengalir di janggutnya. Tangisnya terus mengalir hingga menetes di lantai. Kemudian Bilal radhiyallahu ‘anhu datang mengumandangkan adzan shalat subuh. Ketika Bilal melihat beliau menangis, ia berkata, “Wahai Rasulullah, Anda menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab,

أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا، لَقَدْ نَزَلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ آيَةٌ، وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرْ فِيهَا

“Tidakkah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur? Sungguh telah turun kepadaku malam ini sebuah ayat, celaka orang yang membacanya dan tidak merenungkannya.”

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal….” (Q.S. Ali ‘Imran : 190) (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya no 620, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 68 dan juga oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

4. Menangis Melihat Sa’ad bin Muadz

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemui Sa'ad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu yang menderita luka parah di Perang Khandaq. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menangis. Ketika orang-orang melihat beliau menangis, mereka pun ikut menangis. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ العَيْنِ، وَلاَ بِحُزْنِ القَلْبِ، وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا – وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ – أَوْ يَرْحَمُ، وَإِنَّ المَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ

Tidakkah kalian mendengar, bahwa Allah tidak menyiksa disebabkan tetesan air mata atau kesedihan hati. Namun Allah menyiksa atau merahmati disebabkan ini, -beliau berisyarat ke lisannya-. Sesungguhnya mayit disiksa disebabkan tangisan keluarganya kepadanya. (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Menangis Ketika Mendapati Hamzah Wafat

Setelah Perang Uhud usai, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencari paman beliau Singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu. Beliau dapati pamannya telah terbunuh syahid di Lembah Uhud dalam keadaan yang tidak wajar, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menangis. 'Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kami tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menangis dengan tangisan yang dalam, melebihi tangisan beliau ketika kematian Hamzah bin Abdul Muthalib. Beliau meletakkannya menghadap kiblat kemudian menyalati jenazahnya. Beliau menangis begitu pilu hingga benar-benar dikuasai dengan tangisannya.

6. Menangis Ketika Menziarahi Ibunda Beliau

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang anak yatim piatu. Beliau meminta izin kepada Allah untuk menziarahi makam ibu beliau. Dan Allah mengizinkannya dan melarang beliau dari memohonkan ampunan. Beliau datang ke kubur ibunda beliau. Kemudian menangis dengan tangisan yang dalam sampai-sampai membuat orang di sekitarnya pun ikut menangis karena kesedihan beliau. Setelah itu beliau bersabda,

زوروا القبور فإنها تذكر الموت

“Ziarahilah kubur! Karena hal itu mengingatkan akan kematian.”

7. Menangis Ketika Ibrahim Wafat

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun menangis ketika anak beliau, Ibrahim, wafat. Dengan tetesan air matanya, beliau bersabda,

إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ، وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُوْلُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيْمُ لَمَحْزُونُوْنَ

“Sesungguhnya mata menangis dan hati bersedih, tetapi tidak ada yang kita ucapkan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kita. Sesungguhnya perpisahan kami denganmu wahai Ibrahim, sungguh menyedihkan.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya)

8. Menangis Ketika Melihat Orang Anshar

Pada pembagian ghanimah seusai dari Perang Hunain, sahabat Anshar merasa keberatan dengan kebijakan beliau dalam membagi ghanimah. Kemudian beliau mengumpulkan sahabat Anshar lalu berbicara kepada mereka. Beliau bersabda, “Tidakkah kalian ridha, orang-orang (Mekah) kembali dengan ghanimah berupa kambing, materi, dan hewan-hewan tunggangan, sementara kalian pulang (ke Madinah) bersama Rasulullah”? Beliau menyambung ucapannya, “Jawablah pertanyaanku. Tidakkah kalian berbicara?"

Mereka menjawab, “Dulu Anda datang kepada kami dalam keadaan tidak aman, kami jamin keamanan Anda. Anda diusir, kami menyediakan tempat untuk Anda. Anda dihina, kami tolong Anda.” Mereka mengatakan, “Sesungguhnya (kedatangan Anda) Allah memberi karunia kepada kami dengan rasul-Nya. Ini adalah keutamaan atas kami melebihi orang-orang selain kami.” Kemudian mereka menangis. Dan semakin banyak orang-orang menangis. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menangis haru.

9. Menangis Ketika Melihat Mush'ab bin Umair

Da’i pertama dalam Islam, Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu. Dulu, sewaktu di Mekah, ia bergelimang dengan kenikmatan karena ia anak seorang yang kaya. Saat hijrah ke Madinah, ia bertahan dalam keadaan miskin. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di masjid, saat itu muncul Mush’ab bin Umair. Ia hanya memiliki kain burdah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam menangis melihat pemandangan tersebut. Teringat akan keadannya di Mekkah yang penuh dengan kenikmatan. Dan sekarang berbanding terbalik dari hal itu.

10. Menangis di Badar

Dalam Perang Badar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menangis. Beliau khawatir kalau perang tersebut adalah akhir cerita dari orang-orang yang beriman. Karena pasukan yang dihadapi sama sekali tidak imbang. Baik dari sisi persiapan perang dan jumlah pasukan. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh kami melihat semua orang tertidur kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bermunajat di bawah pohon. Shalat dan menangis hingga pagi.

11. Menangis Ketika 70 Sahabat Ahli Quran Dibunuh

Dalam kisah yang lain, ada sekelompok orang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka berkata, “Utuslah bersama kami seseorang yang mengajarkan kami Al-Quran dan sunnah.” Rasulullah pun mengutus 70 orang sahabat Anshar yang disebut sebagai al-Qurra (ahli Al-Quran). Di antara mereka ada pamanku yang bernama Haram.

Haram bin Milhan berangkat bersama rombongannya dengan membawa surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk musuh Allah, Amir bin Ath-Thufail. Kemudian 70 orang utusan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dibunuh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersedih dengan kesedihan yang mendalam. Beliau sangat terluka dengan pembunuhan para sahabatnya di Bi’ru Ma'unah. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah bersedih sebagaimana kesedihan beliau dengan apa yang terjadi pada mereka (pembantaian para sahabat di Bi’ru Ma'unah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah kondisi-kondisi yang menyebabkan baginda shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis. Tidakkah kita menangis melihatnya? Tidakkah kita semakin rindu dengan Rasulullah? Kalau hati kita tidak tergerak sedikitpun membaca kisah-kisah di atas maka segeralah kita beristighfar, mohon ampun dan memohon hidayah dari Allah. Kita takut bilamana hati kita sudah dikunci mati oleh Allah. Na’udzubillah.

Sebagai penutup mari kita simak hadits di bawah ini yang menunjukkan besarnya kecintaan dan kerinduan mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berpesan kepada Muadz bin Jabal yang beliau utus ke Yaman. Beliau bersabda, Wahai Muadz sesungguhnya engkau mungkin tidak bertemu aku lagi setelah tahun ini, dan mungkin saja engkau akan melewati masjidku ini dan kuburanku ini.” Maka Mu’adz pun menangis takut berpisah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR. Ahmad)

Sumber : KhotbahJumat.Com dengan beberapa perubahan
Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Muharram 1440 Hijriyah/30 September 2018 Masehi.

Aku Belum Pernah Kecewa Berdoa Kepada-Mu

Aku Belum Pernah Kecewa Berdoa Kepada-Mu
Aku Belum Pernah Kecewa Berdoa Kepada-Mu
AlQuranPedia.Org – Berdoa adalah ibadah yang agung, ibadah yang dapat mengubah takdir dan berpengaruh sangat besar bagi seorang hamba. Bahkan doa merupakan ibadah yang Allah Ta’ala sendiri yang memerintahkannya

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Q.S. Al-Mu’min : 60)


Adapun tulisan kita pada kali ini adalah “Aku Belum Pernah Kecewa Berdoa Kepada-Mu”. Judul tulisan ini dikutip dari doa nabi Zakariyya ‘alaihissalam. Nabi Zakariyya adalah paman dari Maryam ibunda nabi ‘Isa ‘alaihissalam. Nabi Zakariyya belum dikaruniai seorang anakpun, padahal beliau sudah berpuluh-puluh tahun menikah dengan istrinya. Tetapi Nabi Zakariyya tidak pernah berhenti berdoa kepada Allah Jalla Jalaluh. Sampai-sampai Allah memujinya,

yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Q.S. Maryam : 3)

Nabi Zakariyya tahu dia sudah tua, sudah lemah, sudah beruban dan istrinya adalah seorang yang mandul. Akan tetapi Nabi Zakariyya mengatakan bahwa dia tidak pernah kecewa berdoa kepada Allah.

Ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. (Q.S. Maryam : 4)

Adapun alasan Nabi Zakariyya agar dikaruniakan anak bukanlah karena hal duniawi, tetapi Nabi Zakariyya punya alasan yang mulia.

Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (Q.S. Maryam : 5-6)


Maka karena ketaqwaannya, kesholihannya dan kesabarannya, Allah kabulkan doanya. Bahkan Allah sendiri yang menamakan anaknya, yaitu Yahya ‘alaihissalam.

Hai Zakariyya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. (Q.S. Maryam : 7)

Kemudian Nabi Zakariyya sudah tua sekali dan istrinya mandul, maka dari itu beliau bertanya bagaimana mungkin, karena secara medis, logika dan akal hal tersebut tidaklah mungkin.

Zakariyya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua." (Q.S. Maryam : 8)

Tetapi Allah menjawabnya, bahwa itu sangat mudah bagi Allah, cukup Allah berkata kun (jadilah), fayakun (maka jadilah sesuatu itu).

Tuhan berfirman: "Demikianlah." Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (Q.S. Maryam : 9)

Menciptakan seseorang yang sebelumnya tidak ada saja mudah bagi Allah. Menciptakan Adam tanpa bapak ibu saja mudah bagi Allah. Menciptakan Hawa tanpa ibu mudah bagi Allah. Menciptakan ‘Isa tanpa ayah mudah bagi Allah. Lantas dengan kondisi nabi Zakariyya itu bukankah lebih mudah bagi Allah?

Wahai saudara-saudaraku sekalian. Banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah Nabi Zakariyya ‘alaihissalam ini. Di antaranya adalah jangan pernah kecewa dan berhenti berdoa kepada Allah Jalla Jalaluh. Ketahuilah bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa kita.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. Al-Baqarah : 186)

Jangan pernah sesekali kita berputus asa dari rahmat Allah, karena yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir.

dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Q.S. Yusuf : 87)

(Baca Juga : Islam Itu Luas Bro)

Itulah pembahasan singkat kita. Semoga ada manfaatnya bagi kita dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita.


Diselesaikan pada 28 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

Orang Yahudi Juga Memperingati Hari ‘Asyura

Orang Yahudi Juga Memperingati Hari ‘Asyura
Orang Yahudi Juga Memperingati Hari ‘Asyura
AlQuranPedia.Org – Hari ‘Asyura merupakan tanggal 10 Muharram dari kalender Hijriyah. Hari ‘Asyura merupakan hari yang agung. Sementara Muharram adalah bulan Allah dan termasuk ke dalam bulan Haram yang dimuliakan Allah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)


Di dalam hadits lain disebutkan,

Dari Abu Qotadah Al-Anshori radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Ternyata hari ‘Asyura juga diperingati orang-orang Yahudi. Simak kisah berikut ini.

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau bercerita, “Ketika tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bertanya, ”Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?” Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, ”Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas berkata, ”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.” (HR. Muslim no. 1130)


Bahkan di dalam riwayat lain disebutkan bahwa hari ‘Asyura diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)

Lantas apakah ini berarti kaum muslimin ikut-ikut kaum kafir Yahudi dan Nasrani? Jawabannya adalah TIDAK BENAR. Kalau kita lihat riwayat kedua hadits di atas maka di sana tertulis bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan puasa ‘Asyura berdasarkan wahyu, kemudian ada seseorang yang berkata bahwa hari tersebut diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani. Mendengar hal tersebut maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berencana puasa pada hari ke-9 bulan Muharram untuk menyelisihi mereka akan tetapi beliau keburu diwafatkan Allah Ta’ala.

Adapun mengenai hadits pertama maka sebelum Rasul tiba di Madinah, Rasulullah sudah mengerjakan puasa ‘Asyura di Mekkah berdasarkan wahyu dari Allah Ta’ala. Kemudian ketika tiba di Madinah ternyata orang-orang Yahudi berpuasa juga pada hari tersebut. Mereka mengatakan bahwa mereka berpuasa karena nabi Musa juga berpuasa pada hari ‘Asyura dikarenakan Allah telah menyelamatkan beliau dan menenggelamkan Fir’aun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjawab bahwa Musa lebih berhak atas kaum muslimin daripada orang Yahudi karena kaum muslimin mengimani Musa, memuliakannya dan beriman kepada Rasululllah sebagaimana yang diperintahkan Taurat. Sementara kaum Yahudi membangkang dan tidak mau beriman kepada Rasulullah padahal telah tertera di dalam Taurat mereka. Setelah itu turunlah wahyu sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin berpuasa pada hari ‘Asyura.

Itulah pembahasan singkat kita mengenai peringatan hari ‘Asyura yang dirayakan oleh orang-orang Yahudi. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 28 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

21 Jenis-Jenis Azab di Al-Quran

21 Jenis-Jenis Azab di Al-Quran
21 Jenis-Jenis Azab di Al-Quran
AlQuranPedia.Org – Allah Tabaraka Wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Quran bahwa ada azab yang dijanjikan bagi mereka yang berdosa dan penghuni neraka. Ketahuilah bahwa azab Allah sangatlah pedih, sangat keras, sangat membakar, dan kita tidak akan sanggup menahannya. Dan Allah sekali-kali tidak menzalimi hamba-Nya, justru hamba tersebut yang menzalimi dirinya sendiri dengan perbuatan dosa dan maksiat. Maka Allah Ta’ala mengeluarkan hukum-Nya, bagi penghuni surga akan mendapatkan kenikmatan dan penghuni neraka akan mendapatkan azab.


Di dalam Al-Quran ada berbagai nama dan jenis azab. Apa sajakah itu? Simak selengkapnya pada tulisan di bawah ini.

1. ‘Adzabun Alim (Azab Yang Pedih)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang dibumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebusi diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih. (Q.S. Al-Maa’idah : 36)

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Q.S. An-Nuur : 63)

2. ‘Adzabum Muhin (Azab Yang Menghinakan)
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Q.S. Ali ‘Imran : 178)

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.S. Luqman : 6)

3. ‘Adzabu Qubula (Azab Yang Nyata)
Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata. (Q.S. Al-Kahf : 55)


4. ‘Adzabun Syadiid (Azab Yang Sangat Keras)
Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh). (Q.S. Al-Israa’ : 58)

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. (Q.S. Faathir : 10)

5. ‘Adzabun ‘Adzhim (Azab Yang Besar)
Di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar. (Q.S. Al-Jaatsiyah : 10)

6. Adzabum Muqim (Azab Yang Kekal)
Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa oleh azab yang kekal." (Q.S. Az-Zumar : 39-40)

7. ‘Adzabun Nar (Azab Neraka)
Maka pada hari ini sebahagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudharatan kepada sebahagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu." (Q.S. Saba’ : 42)


8. ‘Adzabu Jahannam (Azab Neraka)
Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Q.S. Al-Mulk : 6)

9. ‘Adzabun Nukro (Azab Yang Mengerikan)
Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (Q.S. Ath-Thalaaq : 8)

10. ‘Adzabul Akbar (Azab Yang Besar)
maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (Q.S. Al-Ghaasyiyah : 24)

11. ‘Adzabus Sa’ir (Azab Neraka)
yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. (Q.S. Al-Hajj : 4)

12. ‘Adzabun Sho’adan (Azab Yang Amat Berat)
Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (Q.S. Al-Jinn : 17)

13. ‘Adzabul Khuldi (Azab Yang Kekal)
Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan. (Q.S. As-Sajdah : 14)

14. Su’ul ‘Adzab (Azab Yang Buruk)
Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan." (Q.S. Az-Zumar : 24)

15. ‘Adzabun Kabir (Azab Yang Besar)
maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (Q.S. Al-Furqaan : 19)

16. ‘Adzabul Hariq (Azab Yang Membakar)
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (Q.S. Al-Buruuj : 10)

17. ‘Adzabul Jahim (Azab Neraka)
mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, (Q.S. Ad-Dukhaan : 56)

18. ‘Adzabus Samum (Azab Neraka)
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (Q.S. Ath-Thuur : 27)

19. ‘Adzabum Mustaqir (Azab Yang Kekal)
Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal. (Q.S. Al-Qamar : 38)

20. ‘Adzabun Gholidzh (Azab Yang Keras)
Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya." Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. (Q.S. Fushshilat : 50)

21. Azabun Qorib (Azab Yang Dekat)
Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat." (Q.S. Huud : 64)

Itulah berbagai ayat Al-Quran yang membicarakan tentang azab. Semoga pembahasan ini menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 28 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

Mencap Hasan Al-Banna Sebagai Syahid

Mencap Hasan Al-Banna Sebagai Syahid
Mencap Hasan Al-Banna Sebagai Syahid
AlQuranPedia.Org – Hasan Al-Banna sudah tidak asing terdengar di telinga kita. Beliau adalah pendiri Ikhwanul Muslimin. Beliau dicintai dan dihormati oleh banyak kaum muslimin. Pergerakan dan perjuangan beliau dianggap sangatlah berpengaruh bagi banyak kaum muslimin. Sampai-sampai beliau disebut “Asy-Syahid” Hasan Al-Banna. Lantas bolehkah kita menamakannya dengan Asy-Syahid?

Pertama, hal tersebut termasuk hal ghaib dan hal ghaib hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.

Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (Q.S. An-Naml : 65)

Terkecuali para rasul, mereka diberikan wahyu oleh Allah Ta’ala.

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Q.S. Al-Jinn : 26-27)


Kita tidak bisa mengatakan si fulan itu syuhada, syahid di jalan Allah, seorang syahid di medan juang, tanpa wahyu dari Al-Quran dan Sunnah. Belum tentu seseorang yang mati di medan perang membela agama Allah dipastikan seorang syuhada dan syahid. Kedudukannya hanya Allah Ta’ala yang tahu, hanya Allah yang tahu niat seseorang. Bahkan, seorang pahlawan/pejuang adalah di antara yang awal dihisab oleh Allah dan menjadi korek api neraka. Hal itu disebabkan karena niatnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca Al-Quran hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca Al-Quran supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca Al-Quran yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’” (HR. Muslim, An-Nasa'i dan Ahmad)


Jadi belum tentu yang mati di medan peperangan dinilai syahid di sisi Allah. Maka dari itu kita tidak boleh mengatakannya Asy-Syahid Fulan, Asy-Syahid Si Anu, meskipun dia dikenal sebagai orang yang sholih dan taat beragama. Terkecuali bila ada wahyu yang menyebutkannya. Contohnya adalah para pejuang di perang Badar. Mereka yang pernah ikut perang pada perang Badar maka dapat dipastikan sebagai syahid karena mereka semua masuk surga.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka.” (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih sesuai syarat Imam Muslim)

Jadi misalnya Ubaidah bin Al-Harits radhiyallahu ‘anhu, beliau gugur di Badar, maka boleh kita katakan Asy-Syahid Ubaidah bin Al-Harits. Ada juga sahabat Haritsah bin Suraqah, beliau juga bisa dikatakan Asy-Syahid Haritsah bin Suraqah, karena beliau adalah pejuang Badar. Atau siapa saja yang masih hidup setelah perang Badar lalu wafat, maka boleh kita katakan sebagai Asy-Syahid.

Contoh lainnya adalah seperti 10 sahabat yang dijamin surga, di antaranya adalah ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, dan lain sebagainya. Contoh lainnya lagi adalah seperti Hamzah bin Abdul Mutholib. Mereka kesemuanya wafat di jalan Allah dan dijamin surga. Untuk mereka semua ini boleh kita sebut Asy-Syahid ‘Ali, Asy-Syahid ‘Utsman, Asy-Syahid Hamzah, karena mereka memang sudah dijamin sebagai syuhada dan tempatnya pasti di surga. Hal ini tentu saja berdasarkan wahyu yang diturunkan Allah kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun untuk selainnya maka kita tidak boleh mengatakannya sebagai Asy-Syahid, termasuk dia imam besar, Sayyid Quthb, orang sholih dan siapapun.

Kedua, Hasan Al-Banna adalah orang yang bermasalah agamanya, baik itu aqidahnya, manhajnya, pemikirannya dan keilmuannya. Hal ini sebagaimana yang diterangkan para ulama seperti Al-Muhaddits Syaikh Al-Albani, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Syaikh ‘Utsaimin, Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan, Syaikh Ahmad An-Najmi, Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Abbad, Syaikh Rabi’ Al-Madkhali dan ulama-ulama lainnya. Beliau seorang sufi tulen dan bermasalah dalam banyak hal. Karangan-karangan beliau seperti Al-Ma’tsurat dan selainnya juga tidak tegak di atas Al-Quran dan Sunnah yang shahih, ini juga dikritik oleh para ‘ulama. Sementara orang sholih saja kita tidak boleh menyebutnya sebagai Asy-Syahid, apalagi mereka yang bermasalah aqidah dan manhajnya seperti Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb dan yang semisal mereka? Allahul musta’an.

Lalu bagaimana sikap kita yang benar? Sikap kita yang benar adalah mendoakan mereka. Kita katakan Hasan Al-Banna rahimahullah, Sayyid Quthb rahimahullah, semoga Allah merahmati mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka semuanya. Seperti yang kita ketahui bahwa selama seseorang itu masih muslim dan jelas keislamannya maka wajib bagi kita mendoakan kebaikan padanya. Adapun dosa, maksiat, penyimpangan yang ia lakukan ketika hidup biarlah itu menjadi urusannya dengan Allah Jalla Jalaluh. Tetapi kita juga tidak boleh mengatakannya sebagai Asy-Syahid karena itu sama saja menghukuminya sebagai penghuni surga, yang mana hal ini hanya wewenang Allah saja. Tugas kita adalah mendoakan mereka, bukan mencapnya dengan berlebihan sampai melebihi batasan dan juga tidak boleh menghinanya apalagi sampai berlebihan. Cukup dijelaskan penyimpangannya, dijauhi karangan-karangannya, tidak bersikap berlebihan kepadanya, dan kemudian mendoakan kebaikan baginya.


Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.


Diselesaikan pada 29 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

8 Keutamaan Penghafal Al-Quran

8 Keutamaan Penghafal Al-Quran
8 Keutamaan Penghafal Al-Quran
AlQuranPedia.Org – Kita melihat saat ini banyak sekali para penghafal Al-Quran, baik itu dari negeri Arab maupun non Arab, baik itu laki-laki ataupun perempuan, baik itu anak muda, anak kecil ataupun orang dewasa, baik itu yang normal ataupun yang memiliki kekurangan. Al-Quran tidak dibatasi itu semua. Karena sesungguhnya Al-Quran itu mudah dan tidak diturunkan untuk menyusahkan kita. Mereka saja yang sudah tua bisa menghafal 30 juz Al-Quran, bahkan yang buta saja bisa fasih menghafal keseluruhan dari Al-Quran. Allahu Akbar.

Perlu diketahui bahwa menghafal Al-Quran bukanlah perkara ringan dan sepele, akan tetapi menghafal Al-Quran adalah ibadah yang mulia dan memiliki banyak keutamaan.

Bahkan, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata, yang ada di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Q.S. Al-'Ankabuut : 49)


Pada tulisan kali ini blog Al-Quran Pedia akan menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan para penghafal Al-Quran berdasarkan hadits-hadits shahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Para penghafal Al-Quran didahulukan untuk menjadi imam ketika shalat jama'ah

Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Yang paling berhak jadi imam adalah yang paling banyak hafalan Al-Quran-nya. Jika dalam hafalan Al-Quran mereka sama, maka didahulukan yang paling paham dengan sunnah… dan seseorang tidak boleh menjadi imam di wilayah orang lain. (HR. Muslim 1564 Ahmad 17526, dan yang lainnya)

Dari Ibnu 'Umar, beliau bercerita, "Ketika para muhajirin pertama tiba di Quba, sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi imam mereka shalat adalah Salim mantan budak Abu Hudzaifah. Dan beliau adalah orang paling banyak hafalan Al-Qurannya. (HR. Bukhari 660)

2. Ketika meninggal, para penghafal Al-Quran didahulukan

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bercerita, "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan dua jenazah uhud dalam satu kain kafan. Setiap hendak memakamkan, beliau tanya, “Siapa yang paling banyak hafalan qurannya?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memposisikan yang paling banyak hafalannya di posisi paling dekat dengan lahat. Lalu beliau bersabda, "Saya akan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari kiamat. (HR. Bukhari 1343 & Turmudzi 1053)

3. Para penghafal Al-Quran diutamakan untuk menjadi pemimpin jika dia mampu memegangnya

Ketika 'Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah.

Suatu ketika, 'Umar bertemu Nafi’ di daerah Asfan.

Siapa yang menggantikanmu di Mekah?” tanya 'Umar.

Ibnu Abza.” Jawab Nafi’.

Siapa Ibnu Abza?” tanya 'Umar.

“Salah satu mantan budak di Mekkah.” Jawab Nafi’.

“Mantan budak kamu jadikan sebagai pemimpin?” tanya 'Umar.

“Dia hafal Al-Quran, dan paham tentang ilmu faraid.” Jawab Nafi’.

Kemudian 'Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab ini (Al-Quran), dan Allah menghinakan kaum yang lain, juga karena Al-Quran.” (HR. Muslim 1934 dan Ahmad 237)


4. Kedudukan penghafal Al-Quran di surga sesuai dengan banyaknya ayat yang dia hafal

Dari 'Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ditawarkan kepada penghafal Al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan Al-Quran ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.” (HR. Abu Dawud 1466, Tirmidzi 3162 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

5. Para penghafal Al-Quran akan ditemani malaikat

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang membaca dan menghafal Al-Quran, dia bersama para malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al-Quran, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala." (HR. Bukhari 4937)

6. Para penghafal Al-Quran akan diberi mahkota dan pakaian kemuliaan di akhirat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Al-Quran akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz al-Quran mahkota kemuliaan. Al-Quran meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz quran, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca." (HR. Tirmidzi 3164 dan beliau mengatakan haditsnya hasan shahih)

7. Al-Quran akan memberi syafaat bagi para penghafal Al-Quran

Dari Abu UmamahAal-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Rajinlah membaca Al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat". (HR. Muslim 1910)

8. Kedua orangtua dari penghafal Al-Quran akan diberi mahkota cahaya kelak di akhirat

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang menghafal Al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al-Quran.” (HR. Al-Hakim 1/756 dan dihasankan Syaikh Al-Abani)

Di dalam riwayat lain disebutkan,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar Al-Quran.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath 6/51, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

Itulah berbagai keutamaan para penghafal Al-Quran. Semoga kita diberikan nikmat oleh Allah berupa hafalan Al-Quran yang banyak dan keluarga penghafal Al-Quran. Dan semoga kita menjadi ahli Quran, yang senantiasa bersama Al-Quran dan mengamalkan Al-Quran.



Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 28 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil

Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil
Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil
AlQuranPedia.Org – Fitnah wanita adalah salah satu fitnah yang mengerikan. Fitnah wanita bisa menjadikan orang sholih menjadi futur. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang taat menjadi lupa kepada Allah. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang berbakti kepada kedua orangtua menjadi durhaka kepada orangtua. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang fokus kepada akhirat menjadi fokus kepada dunia. Fitnah wanita juga bisa menjadikan mereka yang akur di dalam rumah tangga menjadi bercerai berai berantakan. Dan inilah realitanya. Tidak heran bila Allah Ta’ala meletakkan posisi wanita sebagai posisi pertama ketika menggambarkan urutan kecintaan manusia terhadap dunia.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali ‘Imran : 14)


Nabi Yusuf ‘alaihissalam saja terkena fitnah wanita, seorang wanita kerajaan kala itu menggoda Yusuf, kalau saja bukan karena rahmat dan pertolongan Allah, maka Nabi Yusuf ‘alaihissalam akan terjerumus ke dalam perbuatan keji (zina). Melalui kisah itu Allah Ta’ala mengabadikannya di dalam Al-Quran, agar jelas dan terang benderang bagi seluruh umat manusia, bahwa fitnah wanita adalah fitnah yang begitu besar dan berbahaya

Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu (wanita) adalah besar." (Q.S.Yusuf : 28)

Bahkan tipu daya wanita lebih mengerikan daripada tipu daya syaitan. Tipu daya syaitan itu sangat lemah, sementara tipu daya wanita sangatlah kuat dan mengerikan

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (Q.S. An-Nisaa’ : 76)

Karena tipu daya syaitan hanya melalui bisikan, syaitan makhluk ghaib, kasat mata, tidak kelihatan, mereka hanya bisa menggoda lewat bisikan. Tetapi kalau wanita, mereka makhluk nyata, mereka bisa menggoda dengan fisik dan paras mereka. Terlebih-lebih lagi di zaman teknologi saat ini, dengan kata-kata saja fitnah wanita bisa merajalela di mana-mana, belum lagi foto-foto dan video mereka. Na’udzubillah. Semoga Allah jauhkan kita dari fitnah wanita ini.

Fitnah wanita ini pulalah yang menghancurkan Bani Israil. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti umatnya agar berhati-hati dan menjauhi fitnah wanita ini.

Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sesungguhnya fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita” (HR. Muslim 2742)


Bani Israil adalah umat yang begitu besar, begitu luar biasa dan dipuji Allah di dalam banyak ayat.

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (Q.S. Al-Baqarah : 47)

Tetapi ketika berhadapan dengan wanita, mereka lemah dan kalah. Mereka takluk dengan fitnah wanita. Wallahi. Tidak ada fitnah yang lebih mengerikan bagi laki-laki melebihi fitnah wanita. Fitnah wanita adalah fitnah terbesar bagi laki-laki

Dari Usamah Bin Zaid radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari 5096 dan Muslim 2740)

Jadi, hendaknyalah para lelaki berhati-hati terhadap fitnah wanita, baik bagi yang belum ataupun yang sudah menikah. Sementara bagi para wanita, hendaklah mereka sadar bahwa mereka adalah fitnah terbesar bagi para lelaki. Berhati-hatilah dalam tindakan dan perbuatan. Terlebih lagi di zaman sekarang ini, foto-foto wanita dengan mudahnya tersebar di mana-mana. Mereka mengupload foto-foto wajah mereka, tubuh mereka, tanpa memperdulikan resiko dan dampaknya. Jangankan yang membuka aurat, yang menutup aurat saja bahkan yang sudah berhijab dan bercadar, mereka memamerkan foto-foto mereka. Wahai muslimah! Di mana ‘izzah kalian? Di mana kemuliaan kalian? Bukankah Allah Ta’ala telah memuliakan kalian dengan memerintahkan kalian berhijab yang berfungsi menutupi diri kalian? Tetapi kenapa kalian memamerkan foto kalian? Itu sama saja kalian berhijab bukan karena Allah, tidak ikhlas sepenuhnya karena Allah, karena hakikat hijab adalah menutupi, bukan malah memamerkan dan menampakkannya. Semoga Alah memperbaiki niat kita.

Ketika ada laki-laki yang bernafsu kepada kalian maka kalian akan memarahinya, kalian menyalahkannya, kalian mengatakan mata-mata mereka jelalatan, tidak bisa menjaga pandangan. Wahai wanita! Kalianlah fitnah terbesar bagi lelaki, bantu para lelaki untuk menjaga pandangannya. Cukuplah fitnah bagi lelaki sangatlah banyak, dan janganlah kalian tambahkan lagi beban tersebut, terlebih lagi kalianlah fitnah terbesarnya.

Penulis pernah menjumpai kasus nyata, ada sebagian lelaki yang mengincar foto-foto wanita bercadar untuk kepuasan nafsu mereka. Dan ini nyata dan dirasakan oleh seorang akhwat yang menjadi korbannya. Akhwat tersebut terkejut, dan akhirnya hanya bisa menangis dan menyesal. Bayangkan wahai para wanita! Mereka yang sudah bercadar dan berhijab saja sekarang sudah menjadi incaran, apalagi yang tidak berhijab dan bercadar. Semua bermula dari foto-foto dan wajah-wajah para wanita yang tersebar di media sosial, di instagram, facebook dan lain-lain. Karena dengan akses tersebut, para lelaki yang tidak bertanggung jawab akan memanfaatkannya untuk memuaskan nafsu mereka. Relakah kalian wanita, foto-foto kalian digunakan untuk hal yang bukan-bukan, dinikmati oleh lelaki-lelaki berhidung belang, yang bukan suami kalian? Semoga Allah menjaga kita.

Maka dari itu jagalah diri kita. Cukuplah para wanita menjadi sebaik-baik perhiasan bagi suaminya, bagi keluarganya, yaitu menjadi wanita yang sholihah, yakni wanita yang taat kepada Allah, taat kepada suaminya, dan foto-fotonya tidak mudah dijumpai di manapun. Cukuplah suami saja yang menikmati kecantikan kalian, tidak perlu lelaki lain. Kepada para suami hendaknya mereka jangan menjadi suami yang dayyuts, yaitu suami yang tidak memiliki rasa cemburu ketika istrinya bermaksiat dan menjadi tontonan lelaki lain. Jadilah suami yang melindungi istri dan menjaganya. Dan kepada mereka yang belum menikah, baik laki-laki ataupun perempuan. Jagalah pandangan kita, jangan kotori mata-mata kita dengan melihat foto-foto yang sebenarnya tidak pantas kita lihat. Cukuplah mata kita melihat hal-hal yang baik dan melihat suami/istri kita kelak.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim 1467)


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 19 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/31 Agustus 2018 Masehi

Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna

Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna
Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna
AlQuranPedia.Org – Beberapa waktu yang lalu, sekitar kurang lebih satu tahun yang lalu, penulis mendapatkan hadiah buku dari salah seorang teman. Mungkin teman penulis ini tahu kalau penulis sangat suka mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan agama. Buku yang diberikan adalah sebanyak dua buah, salah satunya berjudul, “Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna Solusi Segala Masalah” karya Sri Fauziah. Buku ini berukuran 13 x 19 dengan jumlah halaman sebanyak 192 halaman. Penerbitnya Shava Pustaka.


Pada tulisan kali ini Blog Al-Quran Pedia akan mereview dan akan menjelaskan sedikit tentang buku tersebut. Sebagaimana yang ditulis di buku ini, bahwa Sri Fauziah adalah “Guru lulusan IAIN Serang Banten. Beliau aktif menjadi penulis sejak masa remaja. Kini di luar kesibukannya sebagai guru, dia pun sudah berhasil menerbitkan beberapa buku berkisar agama ringan. Harapannya adalah, dengan karya-karya islaminya ini, bisa menjadi dakwah lewat tulisan. Puteri ketiga dari tujuh bersaudara ini memberikan pengajaran bahasa Arab di tingkat Sekolah Menengah Atas. Dia pun banyak membina siswa-siswi yang suka dan ingin mendalami pengetahuan khazanah keagamaannya lewat bimbingan Rohani Siswa”. -selesai kutipan-.

Penulis tidak mengenal siapa penulisnya. Tapi tampaknya memang beliau suka menulis. Baiklah langsung saja kita bahas bukunya. PERTAMA, buku tersebut memuat amalan-amalan menggunakan asmaul husna yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan-amalan tersebut juga tidak memiliki landasan baik itu ayat Al-Quran dan hadits-hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah seperti yang disebutkan pada hal 7, “Jika seorang muslim, mengamalkan atau membaca Ya Rahmaan setelah selesai menunaikan shalat fardhu, maka insya Allah atas rahmat dan izin-Nya, segala sifat lalai serta lupa akan dihilangkan dari dirinya. Selain itu juga, bilamana Ya Rahmaan dibaca sebanyak 500 kali setelah selesai menunaikan shalat lima waktu, insya Allah, Allah akan membuat hatinya tenang dan tenteram.” Amalan ini sama sekali tidak ada landasannya dari Nabi, dan amal apa saja yang tidak ada landasan dalil dan hujjahnya, maka amal tersebut tertolak.

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim no. 1718)

Bahkan kami katakan, seluruh amalan 99 asmaul husna pada buku ini adalah bid’ah, tidak ada asalnya, tidak ada contohnya dari Nabi dan tidak ada landasan dalilnya. Kalau pun ada maka hujjahnya lemah dan tidak bisa dipakai untuk amal.

Contoh lainnya adalah sebagaimana yang disebutkan pada hal 59, “Jika seorang muslim merasa berdosa oleh karenanya ia merasa berat di dalam hatinya, dengan membaca yaa Ghafuur sebanyak 100 kali setelah shalat jum’at, penderitaannya akan hilang dan jika Allah meizinkan, Dia akan mengampuni dosa itu. Jika seseorang sering mengamalkan Asma Allah ini maka marabahaya dan duka cita akan menjauh darinya, Insya Allah. Disamping itu Allah SWT akan memberikan keberkahan pada kekayaannya dan keturunannya. Orang yang menyebutnya sebanyak tiga kali yaa Rabb Aghfirli Al-Ghafuur ketika sujud maka Allah SWT akan mengampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.


Contoh lainnya lagi adalah sebagaimana yang tertulis pada hal 118, “Jika seorang yang membaca asma Allah ini dalam keadaan mempunyai wudhu sebanyak 19 kali setelah selesai mengerjakan shalat subuh, maka semua doanya akan dikabulkan, Insya Allah. Jika seseorang yang duduk sendirian ditempat yang sunyi dengan membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali, merenung artinya mencoba merasakan kesatuan pada wujudnya, beberapa hal mengenai inti batin dapat dimanifestasikan.

Dan lain-lainnya semua amal tersebut adalah batil dan bid’ah (tidak ada contohnya).

KEDUA, di setiap selesai satu asmaul husna maka akan diberikan satu hadits sebagai penutup. Contohnya adalah seperti yang disebutkan pada hal. 58, “Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudara sesama muslim. (HR. Muslim)”. Contoh lainnya seperti yang dimuat pada hal. 139, “Dari Ummu Farah ra, ia berkata Rasulullah SAW ditanya, “amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Shalat pada awal waktunya” (HR. Abu Dawud)”. Dan lain sebagainya.

Kami tidak memungkiri bahwa hadits-hadits yang dimuat tersebut banyak memuat hadits yang diterima, baik itu hadits shahih maupun hadits hasan. Jadi kami tidak menyalahkan hadits shahih yang dibawa pada buku tersebut, namun amal-amal yang tidak ada contohnya dan tidak ada dalilnya itulah yang dipermasalahkan. Karena perbuatan tersebut adalah perbuatan bid’ah, perbuatan yang dibenci Allah dan Rasul-Nya dan dapat memadamkan cahaya sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

KETIGA, di akhir buku dituliskan berbagai macam doa seperti doa sakaratul maut, doa melihat jenazah, doa bila ditimpa bermacam-macam kesusahan, doa menengok orang sakit, doa menghadapi orang yang sakit, doa mohon dijauhkan dari sakit mata dan lain sebagainya.

Doa-doa ini juga tidak ada dalilnya baik Al-Quran dan Sunnah yang shahih. Jadi tidak boleh mengamalkan doa-doa tersebut, terlebih lagi tidak ada dalilnya dan hujjahnya. Cukuplah bagi kita doa-doa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya melalui Al-Quran dan hadits-hadits yang shahih.

KESIMPULANNYA, dari pembahasan singkat kita, maka dapat kita simpulkan buku ini sangat-sangat tidak direkomendasikan. Alasannya adalah buku ini memuat amal-amal yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak adda dalilnya baik dari Al-Quran ataupun hadits. Amal-amal tersebut batil bahkan sangat batil.

Lalu bagaimana dengan hadits-hadits shahih yang terdapat di dalam buku tersebut? Kami katakan, bahwa betul ada terdapat hadits-hadits shahih di dalamnya, akan tetapi tidak boleh kita mencampurkan yang haq dan yang batil.

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 42)

Jadi meskipun di dalamnya terdapat kebenaran, namun di dalamnya juga terdapat banyak kebatilan dan kesesatan. Daripada kita mendapatkan ilmu tapi tercampur kejelekan lebih baik kita tidak mendapatkannya sama sekali. Kita takut ilmu kita tercampur hal-hal yang tidak baik dan mengandung kesesatan. Cukuplah bagi kita karya-karya para asatidz kita dan para ulama kita yang -insya Allah- penuh dengan ilmu dan dalil-dalil yang kuat.

Kalau buku yang berkaitan dengan Asmaul Husna ada karya Fiqih Asmaul Husna karangan Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzhahullah. Pada buku tersebut kita akan mengetahui amal-amal apa saja yang sesuai dengan sunnah Rasulullah berkaitan dengan asmaul husna. Di dalam buku tersebut juga dijelaskan berbagai penyimpangan orang yang mengamalkan asmaul husna seperti yang terdapat pada buku karangan Sri Fauziah ini.


Cukup sekian pembahasan singkat kita tentang buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.