Showing posts with label Tulisan Para Ustadz. Show all posts
Showing posts with label Tulisan Para Ustadz. Show all posts

Ahlussunnah CS Ahlussunnah (Bukan VS)

Ahlussunnah CS Ahlussunnah (Bukan VS)
Ahlussunnah CS Ahlussunnah (Bukan VS)

Membantah ahlussunah yang dianggap salah tidak seperti membantah ahli bid'ah yang salah

Menasehati ahlussunah yang dianggap salah tidak sama dengan menasehati ahli bid'ah yang salah.

Rasulullah shalallahu alaihissalam  bersabda:

أقيلوا ذوي الهيئات عثراتهم ، إلا الحدود

“Maafkanlah ketergelinciran dzawil haiah (orang-orang yang baik namanya), kecuali jika terkena hadd” (HR. Abu Daud 4375, Dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah, 638).

(Baca Juga : 17 Ayat Al-Quran Tentang Sombong)

Ketergelinciran itu bisa karena terjatuh pada maksiat atau pada sebuah pemahaman yang dianggap "salah"...

Dalam kitab Nailul authar, Imam Asy Syaukani berkata:

وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ يُشْرَعُ إقَالَةَ أَرْبَابِ الْهَيْئَاتِ إنْ وَقَعَتْ مِنْهُمْ الزَّلَّةُ نَادِرًا

Dalam hadits Aisyah ini terdapat dalil bahwa disyariatkan memaafkan orang yang terkenal memiliki nama baik jika mereka tergelincir dalam sedikit kesalahan. (Imam al-Syawkani, Nail al-Awthar. Mesir: Dar al-Hadits, 1993 vol.7, hal. 163)

Jika ada yang bertanya:  kalau pemahamannya salah masak dibiarkan dan tidak dibantah?

Jawab:

Jika kita merasa benar dan kita merasa saudara kita yang salah maka ada bbrp hal yang harus kita perhatikan :

1⃣ Pertama; Pastikan bahwa kita paham dengan ucapan saudara kita yang dianggap salah.

🔹Apakah itu benar kesalahan saudara kita ataukah kita yang salah memahami ucapan saudara kita...

🔹apakah kata2 itu keluar dari hawa nafsunya? Ataukah atas ilmu yang dia berhujjah dengannya?

Bukankah Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu pernah berwasiat:

لاَ تَظُنَّ كَلِمَةً خَرَجَتْ مِنْ أَخِيكَ شَرًّا وَأَنْتَ تَجِدَ لَهَا فِي الْخَيْرِ مَحْمَلاً

“Janganlah engkau berprasangka buruk terhadap kalimat yang diucapkan saudaramu sedang engkau masih menemukan kemungkinan makna yang baik dalam ucapannya itu.” [Al-Adab Asy-Syar’iyah, Ibnu Muflih rahimahullah, 2/418]

(Baca Juga : 14 Ayat Al-Quran Tentang Mengingat Allah)

Muhammad bin Manazil berkata:

الْمُؤْمِنُ يَطْلُبُ مَعَاذِيرَ إِخْوَانِهِ ، وَالْمُنَافِقُ يَطْلُبُ عَثَرَاتِ إِخْوَانِهِ

“Seorang mu’min itu mencari udzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 10437)

2⃣ Kedua; Jika benar-benar kita menganggap bahwa ucapan saudara kita itu memang salah dan kita sudah tidak bisa mencari udzur (alasan baik)untuknya... Lantas..apakah  kita hendak  memaklumatkan kesalahannya di depan publik sebelum kita diskusi, dan komunikasi dengannya??

Sungguh indah ucapan  Abu Qilabah rahimahullah:

إذا بلغك عن أخيك شيء تكرهه فالتمس له عذرا، فإن لم تجد له عذرا، فقل: لعله له عذر لا أعلمه

"Jika sampai kepadamu suatu berita yang engkau benci dari saudaramu, maka carikanlah udzur/alasan untuknya, jika engkau tidak mendapatkan udzur/alasan untuknya, maka katakanlah: Mungkin saja dia memiliki alasan yang aku tidak mengetahuinya." [Lihat kitab Raudhatul 'Uqolaa)..

Bukankah salaf kita dahulu berkata:

رَحِمَ اللَّهُ مَنْ أَهْدَى إلَيَّ عُيُوبِي فِي سِرٍّ بَيْنِي وَبَيْنَهُ

"Semoga Allah merahmati orang yang menghadiahkan (menunjukkan) kepadaku kesalahan-kesalahanku secara rahasia antara aku dan dia" (Al-Aadaab Asy-Syar'iyah karya Ibnu Muflih 1/361

Atau mungkin ada yang berpendapat bahwa saudara kita melakukan kesalahan terang-terangan maka membantahnya pun harus terang-terangan...

(Baca Juga : Kapan Rasulullah Menangis?)

Saudaraku...
apakah engkau menyamakan saudaramu Muslim Sunni yang dikenal baik, berjuang menegakkan tauhid, menjadi referensi ummat dengan para pelaku maksiat yang terang2an??

Semua harus ditimbang maslahat dan mafsadatnya bagi dakwah.
Perbedaan kita dengan saudara kita tidaklah terlalu besar..jangan diperlebar dan diperluas dengan pilihan kata yang salah untuknya.

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/585396118318344/posts/698407287017226/

Dakwah Salafiyah Teruslah Berkembang

Dakwah Salafiyah Teruslah Berkembang
Dakwah Salafiyah Teruslah Berkembang

Mengharumkan alam....menggembirakan kaum yang beriman

Bagai hujan yang menumbuhkan rerumputan

Menghijaukan bumi setelah gersang dan kekeringan

Dakwah salaf yang elok nan rupawan... menawan hati kaum yang beriman

Masjid-Masjid rumah Allah mulai ramai dikunjungi

Yang sebelumnya sepi bagai kuburan

(Baca Juga : 33 Ayat Al-Quran Tentang Peringatan)

Lihatlah di kampus, pasar, terminal, stasiun, mall dan perkantoran....Jilbab lebar nan anggun mulai berseliweran

Yang sebelumnya hanyalah baju ketat dan rok mini yang kelihatan

Puasa dawud, senin kamis, dan puasa 3 hari tengah bulan mulai dijalankan

Yang sebelumnya tiada yang mengenalnya kecuali sekedar puasa bulan ramadan

Doa-doa harian mulai terlafadzkan

Doa pagi dan petang terpanjatkan

Berkat karunia Allah kemudian pejuang2 dakwah panutan

Manusia mulai paham bahwa kuburan bukanlah tempat pemujaan

Orang awam pun mulai mengerti bahwa selametan kematian dan tingkepan tiada tuntunan dari Nabi Akhir Zaman.

TV-TV dan Radio-radio sunnah mulai bersuara lantang...bak suara adzan yang mengingatkan manusia untuk mengingat Rabb Semesta Alam

Teruslah berlayar....bahtera dakwah...arungilah samudra yang luas untuk sampai di pulau impian

Teruslah berkibar.....panji-panji sunnah....menghiasi angkasa dengan gagah dan penuh kewibawaan

(Baca Juga : 19 Ayat Al-Quran Tentang Al-Haq)

Meski musuh telah menggerutu....

Meski lawan telah menghadang....

Ucapkanlah terima kasih kepada musuhmu....karena mereka ikut andil untuk menyebarkan keagunganmu

Engkau semakin dicaci...engkau semakin dicari

Semakin dihadang engkau semakin berkembang....

Ingatlah....

sesungguhnya kayu Gaharu tidak tercium wangi dan harumnya sebelum dibakar dengan api yang menyala

Ingatlah pesan sang penyair:

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ نَشْرَ فَضِيْلَةٍ طُوِيَتْ أَتَاحَ لَهَا لِسَانَ حَسُوْدِ

لَوْلاَ اشْتِعَالُ النَّارِ فِيْمَا جَاوَرَتْ مَا كَانَ يُعْرَفُ طِيْبُ عَرْفِ الْعُوْدِ

Bila Allah berkehendak menyebarkan keutamaan yang tersimpan

Maka Dia memberi kesempatan lidah pendengki untuk ikut menyebarkan

Seandainya bukan karena rayapan nyala api

Maka wanginya kayu gaharu tidak akan diketahui

(Diwan Abu Tammam no. 45–46)

Dakwah salaf akan menjadi Masa Depan

Menawan hati kaum yang beriman....

Amin....

(Baca Juga : 22 Ayat Al-Quran Tentang Petunjuk)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/585396118318344/posts/1001300756727876/

Penolong Pada Hari Kiamat

Penolong Pada Hari Kiamat
Penolong Pada Hari Kiamat
Kiamat adalah kepastian, perjalanannya sangat panjang dan menakutkan.....

Bermula dari Kematian kemudian datang hari kebangkitan, manusia akan digiring menuju padang mahsyar dalam keadaan panas mencekam, manusia akan dihisab dan amalnya akan dipertangunggjawabkan.

Mereka akan ditimbang  di timbangan  al-mizan, kemudian mereka akan menyeberangi shiroth, jembatan yang terbentang di punggung neraka jahannam -....  dst

Ketika terjadi prahara-prahara akherat tersebut, ternyata di sana ada para penolong2 yang akan menolong kita....

(Baca Juga : 21 Ayat Al-Quran Tentang Hari Kiamat)

Maka kenalilah para penolong anda, agar anda akan ditolong olehnya:

1. ALLAH TA'ALA

Hanya Allah lah penolong yang hakiki, dialah penolong yang sejati sedangkan penolong2 yang lain hanya karena seizin Allah.

Rasulullah bersabda:

(( .. فَيَقُولُ الْجَبَّارُ : بَقِيَتْ شَفَاعَتِي .
فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنْ النَّارِ ، فَيُخْرِجُ أَقْوَامًا قَدْ امْتُحِشُوا ، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ بِأَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ مَاءُ الْحَيَاةِ ، فَيَنْبُتُونَ فِي حَافَتَيْهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ قَدْ رَأَيْتُمُوهَا إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ وَإِلَى جَانِبِ الشَّجَرَةِ فَمَا كَانَ إِلَى الشَّمْسِ مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ وَمَا كَانَ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ كَانَ أَبْيَضَ فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمْ اللُّؤْلُؤُ ، فَيُجْعَلُ فِي رِقَابِهِمْ الْخَوَاتِيمُ ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فَيَقُولُ أَهْلُ : الْجَنَّةِ هَؤُلاءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ أَدْخَلَهُمْ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ ، فَيُقَالُ لَهُمْ لَكُمْ مَا رَأَيْتُمْ وَمِثْلَهُ مَعَهُ .

Rasulullah bersabda: "Hingga akhirnya Allah Al-Jabbar berfirman 'sekarang Yang tersisa tinggal syafa'at-Ku'.

 Selanjutnya Allah Menggenggam dari neraka satu genggaman untuk mengeluarkan kaum-kaum yang benar-benar telah hangus. Mereka diletakkan di sungai bernama air kehidupan yang berada di mulut-mulut surga. Selanjutnya mereka tumbuh di dua pinggirannya bagaikan biji-bijian yang tumbuh di dalam bawaan banjir. Kalian pasti pernah menyaksikan hal tersebut di sisi batu besar di sisi sebuah pohon. Yang condong ke arah matahari menjadi hijau; sementara yang condong ke arah teduh memutih. Akhirnya mereka keluar dari kawasan tersebut dalam keadaan indah mirip sekali mutiara. Ada cap-cap yang dicap-kan di pundak-pundak mereka. Akhirnya mereka masuk surga.

Maka ahli surga berkata: mereka adalah orang2 yang dibebaskan Ar-Rahman dari neraka dan dimasukkan ke syurga tanpa amalan dan tanpa kebaikan yang mereka lakukan, kemudian dikatakan kepada mereka: bagi kalian apa yang telah kalian lihat dan dan juga semisalnya" (HR. Bukhari, 7439)

2. TAUHID

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ

Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “akan tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dizhalimi sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dizhalimi.’ Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2639,  Hadits ini disholahihkan oleh al-Albani dalam  ash-Shahiihah, 135)

3. KITABULLAH (Al-Qur'an)

Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya. Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat Al Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya.” (HR. Muslim no. 1910)

4. RASULULLAH

خُيِّرْت بَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِي الْجَنَّةَ ؛ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْت الشَّفَاعَةَ لِأَنَّهَا أَعَمُّ وَأَكْثَرُ ؛ أَتَرَوْنَهَا لِلْمُتَّقِينَ ؟ لَا . وَلَكِنَّهَا لِلْمُذْنِبِينَ المتلوثين الْخَطَّائِينَ

“Aku diberi dua pilihan: antara Separuh dari umatku akan masuk surga ataukah syafa’at. Maka aku pun memilih syafa’at karena syafaat itu lebih umum dan lebih banyak. Apakah kalian mengira syafa’at itu hanya untuk orang bertakwa? Tidak. Syafa’at itu untuk mereka yang berlumuran dosa besar dan kesalahan. ”[HR. Tirmidzi no. 2441, Ibnu Majah no. 4317 dan Ahmad 2: 75. Hadits ini shahih.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda

شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي

“Syafa’atku untuk pelaku dosa besar dari umatku.”(HR. Abu Daud no. 4739)

(Baca Juga : Benarkah Kiamat Sudah Dekat?)

5. PUASA DAN AL-QUR'AN

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat di siang hari, maka dari itu perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, maka dari itu perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad 2: 174,  Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 984).

6. Teman mukmin yang shaleh

  : ((  وَإِذَا رَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ نَجَوْا فِي إِخْوَانِهِمْ يَقُولُونَ : رَبَّنَا إِخْوَانُنَا كَانُوا يُصَلُّونَ مَعَنَا ، وَيَصُومُونَ مَعَنَا ، وَيَعْمَلُونَ مَعَنَا ، فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ ، وَيُحَرِّمُ اللَّهُ صُوَرَهُمْ عَلَى النَّارِ ، فَيَأْتُونَهُمْ وَبَعْضُهُمْ قَدْ غَابَ فِي النَّارِ إِلَى قَدَمِهِ ، وَإِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا ثُمَّ يَعُودُونَ ، فَيَقُولُ : اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ فَأَخْرِجُوهُ ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا ، ثُمَّ يَعُودُونَ ، فَيَقُولُ : اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا ))[11

Rasulullah bersabda :

"... dan apabila mereka - orang2 mukmin melihat bahwa diri mereka telah selamat , mereka berkata tentang saudara2 mereka . " wahai Rabb kami , tolonglah saudara2 kami , mereka dulu shalat , shiyam , dan berbuat kebaikan bersama kami . " lalu Allah berfirman , " pergi
lah ke neraka , sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar dinar , maka keluarkanlah ia . " Lalu Allah membuat mereka tidak dapat tersentuh api , dan mereka pun mendatangi saudara2 mereka di neraka . sebagian mereka ada yang tubuhnya masuk neraka sampai kaki , ada juga yang sampai betis . merekapun mengeluarkan orang2 yang mereka kenal , lalu keluar . Allah berfirman lagi , "pergilah , sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar setengah dinar , maka keluarkanlah ia . " merekapun mengeluarkan orang2 yang mereka kenal , lalu kembali Allah berfirman , "pergilah , sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar debu , maka keluarkanlah ia . " dan mereka pun mengeluarkan orang2 yang mereka kenal." ( HR. Bukhari: 6886)

7. ANAK KECIL YANG MENINGGAL SEBELUM BALIGH

 ؛ صِغَارُهُمْ دَعَامِيص الْجَنَّةِ ، يَتَلَقَّى أَحَدُهُمْ أَبَاهُ ، أَوْ قَالَ أَبَوَيْهِ ، فَيَأْخُذُ بِثَوْبِهِ أَوْ قَالَ بِيَدِهِ ، كَمَا آخُذُ أَنَا بِصَنِفَةِ ثَوْبِكَ هَذَا ، فَلا يَتَنَاهَى ، أَوْ قَالَ فَلا يَنْتَهِي ، حَتَّى يُدْخِلَهُ اللَّهُ وَأَبَاهُ الْجَنَّةَ

"Anak2 kecil mereka berada di Jannah , salah seorang dari mereka berjumpa dengan bapaknya atau kedua orang tuanya , lalu meraih bajunya  sebagaimana aku memegang ujung bajumu ini , dia tidak akan berpisah dengan bapaknya sehingga Allah memasukkan dia dan bapaknya ke dalam surga." (HR. Muslim 4769 )

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ إِنَّ السِّقْطَ لَيَجُرُّ أُمَّهُ بِسَرَرِهِ إِلَىْ الجَنَّةِ إِذَا احْتَسَبَتْهُ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, sesungguhnya janin yang keguguran akan membawa ibunya ke dalam surga dengan ari-arinya APABILA IBUNYA BERSABAR (atas musibah keguguran tersebut).” (HR Ibnu Majah no. 1609)

إِذَا ماتَ ولدُ العَبْدِ ، قالَ اللهُ لمَلَائِكَتِهِ : قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي ؟ فَيَقُولُونَ : نَعَمْ . فَيَقُولُ: قَبَضْتُم ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ ؟ فَيَقُولُونَ : نَعَمْ . فَيَقُولُ : مَاْذَا قالَ عَبْدِيْ ؟ فَيَقُولُونَ : حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ . فَيَقُولُ اللّهُ : ابْنُوا لِعَبْدِيْ بَيْتًا فِيْ الجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بيتَ الحَمْدِ

Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada MalaikatNya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?” Mereka berkata, “Ia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’ (Innaa Lilaahi Wa Innaa Ilaihi Rooji’uun).” Allah berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku rumah di surga dan namailah rumah itu dengan nama Rumah Pujian.” (HR. Al-Tirmidzi no. 1021, di shahihkan oleh Syaikh Al AlBani dalam Shahihul Jami’)

يقول الله تعالى : ما لعبدي المؤمن عندي جزاء اذا قبضته صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة

Alloh Ta’ala berfirman ; Tidak ada balasan untuk hambaku yang beriman apabila Aku mengambil orang dekatnya yang disayanginya dari keluarganya di dunia kemudian ia bersabar (dan berharap pahala dari musibahnya) melainkan ia mendapat pahala Surga” (HR Bukhari)

8. ORANG YANG MATI SYAHID

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

يُشَفَّعُ الشَّهِيدُ فِى سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ بَيْتِه

Orang syahid memberikan syafa’at kepada tujuh puluh anggota keluarganya.” (HR Abu Dawud 3/34 dan dishahihkan al-Albani)

9. MALAIKAT, PARA NABI DAN KAUM MUKMININ

Dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri Radhialllahu ‘Anhu:

فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Allah berfirman: ‘Para malaikat, para nabi, orang-orang mukmin telah memberikan syafa’at, tinggal Dzat yang Maha Penyayang…’” (HR Muslim 1/167–171)

10. 7 hal sebagaimana dalam hadits berikut:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu menestalah air matanya." (Al-Bukhari (no. 660 dan Muslim (no. 1031 )

(Baca Juga : 24 Ayat Al-Quran Tentang Dunia)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/585396118318344/posts/614064378784851/

Untuk Kita yang Awam

Untuk Kita yang Awam
Untuk Kita yang Awam

1. Mari sibuk belajar dan meningkatkan kualitas keilmuan kita

2. Kita tidak boleh ikut sibuk membantah para da'i yang dianggap menyimpang karena itu bukan tugas kita yang awam. Ucapan orang awam dlm membantah penyimpangan justru semakin merusak tatanan bukan malah memperbaiki keadaan.

(Baca Juga : 8 Keutamaan Penghafal Al-Quran)

3. Jangan memperolok2 kesalahan orang lain tanpa ilmu, yang berakibat ajaran yang engkau pegang justru mendapat cemoohan.

4. Mari kita tanyakan ke ahli ilmu apa yang tidak kita paham, mendekatlah kepada ahli ilmu yang lurus agama dan manhajnya.

5. laluilah proses beljar itu dengan baik dan benar jangan terburu-buru melihat hasil. Kaidah mengatakan:

من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه

Barangsiapa yang tergesa-gesa terhadap sesuatu sebelum waktunya, dia akan dihukum dengan tidak mendapatkannya.

6. Hindarilah tashoddur Qoblatta'ahhul, berani menampilkan diri sebelum memiliki kematangan dan kecakapan dalam berilmu.

(Baca Juga : 25 Hadits Tentang Khamr)

... Wallahu a'lam bis showab...

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/585396118318344/posts/1001301176727834/

Murid-Murid Pengadu Domba

Murid-Murid Pengadu Domba
Murid-Murid Pengadu Domba
Dahulu salah seorang sahabat Nabi, Hudzaifah Ibn al-Yaman radhiyallahu 'anhu pernah menyampaikan hadits tentang perihal bahwa Nabi pernah murka terhadap beberapa kaum, rupanya hadits yang dibacakan Hudzaifah kurang bisa diterima oleh sebagian orang, lalu mereka mengadu ke sahabat Nabi yang lain yaitu Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu....

Maka Salman menjawab;
Hudzaifah lebih mengetahui apa yang beliau sampaikan, hanya saja saya tidak suka terjadi kebencian di kalangan manusia.

Maka orang-orang ini mendatangi Hudzaifah dan berkata:
Wahai Hudzaifah Sesungguhnya Salman tidak mempercayai haditsmu dan tidak pula mendustakannya....

(Baca Juga : Tanda Kuatnya Tauhid Seseorang)

Akhirnya Hudzaifah pun menemui Salman, lalu Hudzaifah berkata:
Wahai Salman putra ibunya Salman,
maka Salman pun menimpali:
Ya Hudzaifah putra ibunya Hudzaifah cukup atau aku laporkan perkara ini ke Umar bin Khatthab radhiylahu ‘anhu.......

Ini adalah sepenggal riwayat dari hadits shahih dalam kitab al-Adab al-mufrad karya al imam al-Bukhari.

Lihat bahayanya orang-orang yang menuntut ilmu tapi tak punya adab, membenturkan ucapan guru satu dengan guru yang lain bahkan memberi bumbu-bumbu tambahan sehingga terjadi pertentangan di antara para guru...

Inilah gambaran anak-anak yang baru ngaji tapi tak punya etika para penuntut ilmu, ketika berbicara tahdzir mentahdzir maka dia seperti pendekar jarh wa ta'dil, merasa sekelas imam Yahya bin Ma'in....tapi ketika berbicara ilmu dasar...seperti;
Apa itu mubtada' khabar?
Apa itu idzhar dan iqlab?
Dia langsung mingkem (diam. pen) tak paham....

(Baca Juga : 21 Jenis-Jenis Azab di Al-Quran)

Kasihan sekali anak-anak ini, salah asuh dan salah didik...

Jadilah penuntut ilmu yang beradab, biar tidak membuat malu gurumu!!

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/585396118318344/posts/1004491103075508/

Wajibkah Memakai Baju Berwarna Putih Bagi Kaum Lelaki?

Wajibkah Memakai Baju Berwarna Putih Bagi Kaum Lelaki?
Wajibkah Memakai Baju Berwarna Putih Bagi Kaum Lelaki?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ, فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ, وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ

Kenakanlah pakaianmu yang berwarna putih, karena pakaian yang berwarna putih termasuk dari pakaian kamu yang paling baik, dan kafanilah dengannya orang yang meninggal dari kalian. (At Tirmizi Abu Dawud dan lainnya)

Syeikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin rahimahullah dalam kitabnya :Syarah Riyadhussalihin, menjelaskan bahwa hadits di atas hanya sebatas anjuran untuk mengenakan pakaian berwarna putih, karena baju warna putih lebh cerah dibanding warna lainnya, dan bila terkena noda sedikit saja nampak dengan jelas sehingga anda akan terpanggil untuk membersihkannya.

(Baca Juga : Nama-Nama 8 Pintu Surga)

Namun demikian, bila anda mengenakan warna lain, maka menurut beliau itu tidak mengapa, selama pakaian anda tidak menyerupai wanita dan tidak berwarna merah polos. Adapun merah yang bercampur warna lain semisal bercampur (bergaris/bermotif)  warna putih, maka tidak mengapa.

Penjelesan beliau ini tentu menyelisihi sikap sebagian orang yang mencela warna lain selain putih.

Bahkan beranggapan bahwa songkok hitam itu bid'ah karena menyelisihi hadits di atas atau pemakainya menyelisihi sunnah.

He he he: saya salah satu korban yang berkali kali dihajar atau ditabrak bukan sekedar disinggung oleh sebagian oknum tersebut gara gara pakai songkok hitam.

Padahal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri kadang kala memakai imamah berwarna hitam.

Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengenakan imamah berwarna hitam, ketika masuk ke Kota Makkah pada saat Fathu Makkah.

Beliau juga meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah berkhutban dengan mengenakan imamah berwarna hitam.

Dengan hadits di atas, Imam An Nawawi menarik satu kesimpulan: "Pada hadits ini ada petunjuk bolehnya mengenakan pakaian berwarna hitam ketika berkhutbah, walaupun warna putih lebih utama". (Syarah Shahih Muslim oleh An Nawawi 9/133)

Lalu kenapa kok sampai ada bahkan banyak orang yang sewot ketika melihat saudaranya mengenakan baju berwarna selain putih?

Ya, bisa jadi itu bentuk dari ekstrimisme alias ghuluw, atau salah asuh, karena difatwakan oleh gurunya bahwa baju putih itu wajib, atau sunnah sedangkan selainnya itu bid'ah.

Atau bisa jadi belum diajari maksud dari kata sunnah secara mendalam, sehingga dianggapnya semua sunnah itu berarti lawannya adalah bid'ah, padahal kata sunnah dalam kasus ini adalah, lawannya wajib, alias bila dilakukan dapat pahala bila ditinggalkan maka tidak berdosa.

(Baca Juga : Lambang Yahudi, Nasrani dan Majusi)

Ada yang baper: kenapa masalah ini diangkat lagi, nanti menjadi bahan nyinyiran orang kepada kita?

Sobat! sadarilah bahwa pemahaman seperti di atas, dan praktek ekstrimisme seperti di atas bukan termasuk ajaran ahlissunnah, mewajibkan baju putih dan mengharamkan atau minimal mencela yang berbaju selain putih itu lebih dekat kepada pemahaman bid'ah, jadi wajib diperangi agar  wasathiyah (moderat) ahlissunnah dapat dirasakan oleh semua golongan, dan kebenaran itu harus disampaikan sebagai bukti nyata bahwa kebenaran lebih kita cintai dibanding siapapun.

Semoga mencerahkan.

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2101779419903220&id=405218379559341

Takutlah Kamu Kepada Allah

Takutlah Kamu Kepada Allah
Takutlah Kamu Kepada Allah
Jika membaca ghibah terhadap dai Ahlus Sunnah, terlebih yang memiliki kelebihan yang tidak Allah karuniai kepada selainnya dan tidak saya mengenalinya kecuali hamba Allah yang baik, berilmu dan berakhlak...

Jika melihat beliau ditikam, apalagi oleh insan sebarisan, maka ibarat saya pun juga ditikam. Walaupun saya bukan sesiapa. Saya merasakan sakitnya. Walaupun saya bukan sesiapa. Saya tidak ingin menerimanya. Tidak ingin membacanya.

Hendaklah ghill, hiqd, dan makr, disembuhkan. Jika ada dai Ahlus Sunnah melakukan kesalahan, kita semua bersalah. Jika dai tersebut berulang melakukan kesalahan, maka kita ini apa? Alien? Malaikat?

(Baca Juga : 24 Ayat Al-Quran Tentang Bertaubat)

Kullu bani Adam khaththa'.

Bahkan, dengan menghancurkan kehormatannya di hadapan banyak muridnya dan umat, bisa masuk ke seriba-ribanya riba. Boleh jadi nilai takabbur itu ada pada kita, sembari melempar tudingan beliau lah yang takabbur.

Jika ada singgungan bahwa saya tidak paham masalah, maka apakah Anda paham masalah? Yang paling mengerti tentang insan adalah ar-Rahman, kemudian insan itu sendiri, kemudian insan terdekatnya. Dan rupanya kita sama-sama jauh. Mendengar tentangnya melalui perantara demi perantara. Lalu menghakiminya. Maka bersaksilah kini, bahwa kita siap mempertanggungjawabkan ucapan kita di Akhirat. Siap?

Jika Anda katakan, "Siap!" maka di situlah rusaknya hati, takabbur dan merasa aman.
Jika Anda katakan, "Tidak siap!" lalu mengapa kita menulis sesuatu yang kita sendiri khawatir akan menyesalinya kelak?!

Jika Anda diam atau mengalihkan bicara, sambil menuding saya macam-macam, maka jangan mengenyangkan setan. Redupkan penyakit hati. Ittaqillah.

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Jahannam)

Jika nasehat ittaqillah bisa Anda bantah, maka manhaj akhlak dan keagamaan Anda sedang bermasalah.

Ittaqillah.

Tulisan Al-Ustadz Hasan Al-Jaizy, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2577616312279738&id=100000941826369

Belajar Dewasa Menyikapi Hukum Nyoblos dalam Pemilu

Belajar Dewasa Menyikapi Hukum Nyoblos dalam Pemilu
Belajar Dewasa Menyikapi Hukum Nyoblos dalam Pemilu

Hiruk pikuk fitnah politik merambah kepada para penuntut ilmu,  sehingga debat kusir dan pro kontra menjelang pemilu sering terjadi tak terelakkan. 

Tulisan ini bukan untuk menguatkan salah satu pendapat karena itu relatif bagi masing-masing orang sesuai dengan kadar akalnya,  hanya saja kami ingin menyampaikan permasalahan dan nasehat agar kita lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan ustadz dalam masalah ini. 

(Baca Juga : Kenapa Harus Pemahaman Para Sahabat)

1. Sesungguhnya sistem demokrasi bertentangan dengan hukum Islam, karena:

a. Hukum dan undang-undang adalah hak mutlak Allah عزوجل. Manusia boleh membuat peraturan dan undang-undang selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah.

b. Demokrasi dibangun di atas partai politik yang merupakan sumber perpecahan dan permusuhan, sangat bertentangan dengan agama Islam yang menganjurkan persatuan dan melarang perpecahan.

c. Sistem demokrasi memiliki kebebasan yang seluas-luasnya tanpa kendali dan melampui batas dari jalur agama Islam.

d. Sistem demokrasi, standarnya adalah suara dan asiprasi mayoritas rakyat, bukan standarnya kebenaran Al-Qur’an dan as-Sunnah sekalipun minoritas.

e. Sistem demokrasi menyetarakan antara pria dan wanita, orang alim dan jahil, orang baik dan fasik, muslim dan kafir, padahal tentu tidak sama hukumnya. (Lihat risalah Al 'Adlu fi Syariah Laa fii Dimaqrutiyyah Al Maz'umah karya Syaikhuna Abdul Muhsin Al-Abbad) 

2. Namun karena di kebanyakan negeri Islam saat ini –termasuk Indonesia- menggunakan sistem demokrasi yang kepemimpinan negeri ditentukan melalui pemilu, maka dalam kondisi seperti ini apakah kita ikut mencoblos ataukah tidak? 

Masalah ini diperselisihkan para ulama yang mu’tabar tentang boleh tidaknya, karena mempertimbangkan kaidah maslahat dan mafsadat:

A.  Sebagian ulama berpendapat tidak boleh berpartisipasi secara mutlak seperti pendapat mayoritas ulama Yaman karena itu sistem yang menyelisihi Islam,  tidak ada maslahatnya bahkan ada madharatnya. (Lihat Tanwir Dzulumat Syeikh Muhammad Al Imam) 

B.  Sebagian ulama lainnya berpendapat boleh untuk menempuh madharat yang lebih ringan seperti pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syeikh Al Albani,  Syaikh Ibnu Utsaimin dan lain-lain banyak sekali. (Lihat Al Intikhobat wa Ahkamuha kry Dr.  Fahd Al 'Ajlani) karena “Apa yang tidak bisa didapatkan seluruhnya maka jangan ditinggalkan sebagiannya” dan “rabun itu lebih baik daripada buta”.

(Baca Juga : Inilah Pekerjaan Para Nabi Allah)

Intinya,  para ulama berbeda pandangan dalam masalah ini antara melarang secara mutlak dan membolehkan dg pertimbangan maslahat dan mafsadat. Lah,  kalau ulama saja beda pendapat,  apa mungkin kita paksa semua orang satu pendapat dengan kita?! 

Maka seyogyanya bagi kita semua untuk bersikap arif dan bijaksana serta berlapang dada dalam menyikapinya. Marilah kita menjaga ukhuwwah islamiyyah (persaudaraan sesama Islam) dan menghindari segala perpecahan, perselisihan serta percekcokan karena masalah ijtihadiyyah seperti ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga pernah mengatakan:

وَأَمَّا الِاخْتِلَافُ فِي ” الْأَحْكَامِ ” فَأَكْثَرُ مِنْ أَنْ يَنْضَبِطَ وَلَوْ كَانَ كُلَّمَا اخْتَلَفَ مُسْلِمَانِ فِي شَيْءٍ تَهَاجَرَا لَمْ يَبْقَ بَيْنَ ‏الْمُسْلِمِينَ عِصْمَةٌ وَلَا أُخُوَّةٌ وَلَقَدْ كَانَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا سَيِّدَا الْمُسْلِمِينَ يَتَنَازَعَانِ فِي أَشْيَاءَ لَا يَقْصِدَانِ إلَّا ‏الْخَيْرَ‎

“Adapun perselisihan dalam masalah hukum maka banyak sekali jumlahnya. Seandainya setiap dua orang muslim yang berbeda pendapat dalam suatu masalah harus saling bermusuhan, maka tidak akan ada persaudaraan pada setiap muslim. Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu dan Umar Radhiyallahu ‘anhu saja—kedua orang yang paling mulia setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam—mereka berdua berbeda pendapat dalam beberapa masalah, tetapi keduanya tidak menginginkan kecuali kebaikan.” (Majmu Fatawa 5/408)

3. Bagi siapa yang memilih karena mempertimbangkan kaidah: يُخْتَارُ أَهْوَنُ الشَّرَّيْنِ‎ “Menempuh mafsadat yang lebih ringan.”  maka:
- Hendaknya bertaqwa kepada Allah عزوجل dengan memilih pemimpin yang lebih mendekati kepada kriteria pemimpin yang ideal dalam Islam yaitu:
1. Memiliki agama yang bagus dan diharapkan mampu membela Islam dan memberikan kemudahan untuk dakwah sunnah. 
2. Memiliki kemampuan dalam mengatur negara, menjaga stabilitas negara, dan persatuan umat.
3. Perlu menjadi pertimbangan juga orang atau partai di sekitarnya karena tentu saja mereka memiliki pengaruh besar bagi calon pemimpin.

Dan yang lebih penting dari masalah ini adalah mari kita sibukkan diri kita dengan memperbanyak ibadah dan doa kepada Allah,  karena nasib negara ini bukan di tangan makhluk,  tetapi di tangan Allah.  

Tinggalkan debat kusir masalah ini yang hanya akan mengeraskan hati kita dan tidak akan menyelesaikan masalah serta membuang waktu dan tenaga kita sia-sia.  Kalau memang mau diskusi, diskusilah dengan ilmiah dan adab mulia dg tetap menjaga persaudaraan di antara kita. 

Alangkah bagusnya nasihat Syaikh Ibnu ‘Utsaimin:

“Hendaknya bagi para penuntut ilmu khususnya dan semua manusia umumnya untuk berusaha menuju persatuan semampu mungkin, karena bidikan utama orang-orang fāsiq dan kāfir adalah bagaimana orang-orang baik berselisih di antara mereka, sebab tidak ada senjata yang lebih ampuh daripada (adu domba agar timbul) perselisihan.” (Syarhul Mumti' 4/63) 

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Tata Surya)

Hati-hatilah dalam berbicara dan menulis kata-kata,  karena semua kita akan berdiri di hadapan Allah mempertanggungjawabkan perbuatan kita. 

Semoga Allah menjaga hati kita, ukhuwwah kita dan adab kita.

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=558296481240670&id=100011809698436