Showing posts with label Tulisan Para Ustadz. Show all posts
Showing posts with label Tulisan Para Ustadz. Show all posts

Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus

Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus
Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus
Belajar manhaj salaf dari Dinosaurus?

Banyak orang berdecak kagum ketika menyaksikan replika atau cerita tentang dinosaurus.

Konon makhluq makhluq tersebut hidup ratusan jutaan tahun silam.

Konon tinggi makhluq tersebut ditaksir sekitar 7-12 meter.

Luar biasa buueeeeeesar bukan?

(Baca Juga : Adab Bermain Media Sosial Dalam Islam)

Namun coba baca dulu data sejarah yang pasti valide berikut ini.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا، ثُمَّ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ مِنْ الْمَلاَئِكَةِ، فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ. فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالُوا: السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَزَادُوهُ: وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ، فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الآنَ. 
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah menciptakan Adam alaihissalam dan tingginya enam puluh (60) hasta.

 Kemudian Dia berfirman: Pergilah kamu dan berilah salam kepada mereka para malaikat, maka dengarkanlah bagaimana mereka mengucapkan salam penghormatan kepadamu sebagai ucapan salammu dan juga salam penghormatan anak keturunanmu.

Maka nabi Adam alaihissalam mengucapkan salam: as-salaamu alaikum (salam sejahtera untuk kalian).

Mereka menjawab: as-salaamu alaika wa rahmatullah (salam sejahtera dan rahmat Allah untukmu)

Mereka menambahkan kalimat wa rahmatullah.

Setiap orang yang akan masuk surga sifatnya seperti Adam alaihissalam, dan manusia terus saja berkurang (tingginya) sampai sekarang. (Bukhari)

(Baca Juga : Kasih Sayang Rasulullah Kepada Umatnya)

Coba sekarang anda taksir, menurut hemat anda berapa kira kira tinggi beliau, kemudian anda pikirkan kembali hewan yang semula anda anggap luar biasa yaitu dinosaurus yang konon tingginya mencapai 10 meter.

Pelajaran manhaj dari kasus di atas:

Bila anda menilai suatu masalah dengan berbekalkan tolok ukur yang ada pada diri anda saat ini, padahal kasusnya terjadi ratusan juta tahun silam, maka hasil kajian anda bisa sesat dan tentu saja menyesatkan.

Namun coba bila anda berusaha mengadopsi atau meminjam tolok ukur yang dimiliki oleh orang orang yang hidup semasa dengan dinosaurus, niscaya anda bisa memahami dan mengerti tentang dinosaurus lebih mendekati fakta dan kebenaran.

Demikianlah kira kira manhaj salaf, salah besar bila anda berusaha memahami dalil Al Qur'an dan Al Hadits yang diturunkan sekitar 14 abad silam.

Namun bila anda menggunakan pola pikir dan metodologi para sahabat dan tabiin yang hidup pada masa diturunkan dalil dalil tersebut, bahkan banyak yang diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan mereka atau solusi bagi problema yang menimpa mereka, niscaya anda bisa mendapatkan pemahaman yang valide.

Itulah mengapa dalam urusan beragama kita harus berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits sesuai dengan pemahaman ulama' salaf, alias  salafy.

(Baca Juga : Orang Yang Dicintai Allah Menurut Al-Quran)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2264800136934480/

Syarat dan Ketentuan Berlaku

Syarat dan Ketentuan Berlaku
Syarat dan Ketentuan Berlaku
Syarat dan Ketentuan berlaku, bukan hanya di supermarket, namun juga di ....

Sekte khowarij tersesat karena mereka srampangan alias gegabah dalam menerapkan dalil dalil yang bermuatan ancaman (Al Wa'iidu), akibatnya mereka sesat, dan menyesatkan. Mereka ceroboh mengkafirkan dan mengusir pelaku dosa dari keluarga besar ummat Islam.

(Baca Juga : Rangkul Saudaramu Dalam Pelukan Sunnah)

Sekte Murji'ah kebalikan dari mereka, ceroboh dalam menerapkan dalil dalil yang bermuatan tentang kabar gembira (Al Wa'du), akibatnya mereka sesat dan menyesatkan. Mereka ceroboh membela orang orang yang sudah sepantasnya diusir dari keluarga besar ummat Islam.

Sedangkan ahlussunnah wa al jamaah selalu bersikap secara proporsional, atau moderat, kedua macam dalil di atas diterapkan secara tepat dan proporsional.

Setiap ancaman atau kabar gembira, pastilah dilengkapi dengan term of condition yang sesuai, alias ancaman demikian juga kabar gembira tersebut tidak sekonyong konyong bisa diterapkan, kecuali setelah terpenuhi berbagai persyaratan dan terlampaui seluruh penghalangnya.

Bila salah satu persyaratan atau penghalang, maka dalil dalil tersebut tidak dapat diaplikasikan, walaupun nuansa ancaman atau iming iming dan kabar gembira tetap relevan untuk disampaikan dalam rangkan memberikan peringatan atau motivasi.

(Baca Juga : 26 Ayat Tentang Sains di Al-Quran)

Sebagai contoh, pahala ibadah sholat, adalah satu kabar gembira, namun tidak semua yang sholat berhasil mendapatkannya karena ada persyaratan yang harus dipenuhi dan pantangan yang harus dihindari.

Apalah arti sholat anda bila anda sholat tanpa wudhu' atau tidak tuma'ninah?

Sebagaimana bisa jadi pelaku dosa mendapat ampunan, karena ia bertaubat secara sungguh sungguh sebelum ajal menjemputnya.

Kejelian dalam memenuhi seluruh term of condition setiap hukum seperti dicontohkan di atas, adalah salah satu karakteristik ahlussunnah wa al jama'ah.

Bila dalam menerapkan hukum agama, anda malas untuk mencermati term of conditionnya, niscaya anda salah, sebagaimana anda salah bila belanja lalu anda segera memenuhi keranjang belanjaan anda, karena termotovasi oleh tulisan BIG SALE, atau UP TO 70 %, namun anda ndak jeli mencermati * bintang kecil yang diikuti tulisan: sayarat dan ketentuan berlaku.

Semoga mencerahkan.

(Baca Juga : Inilah Lokasi Wafatnya Nabi Musa)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber; https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2267147453366415/

Perbedaan Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar

Perbedaan Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar
Perbedaan Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar
Beda Amar Ma'ruf dari Nahi Mungkar, (Belajar manhaj).

Mengamalkan yang ma'ruf harus dengan cara yang ma'ruf alias benar dan halal.

Mau punya anak ya nikah, mau sholat ya dengan cara yang benar, mau seddkah ya bekerja agar dapat penghasilan lalu sedekah.

Jangan sanpai mencuri untuk sedekah atau sholat dengan sesuka hati, dan punya anak dengan cara kumpul kebo.

(Baca Juga : 21 Ayat Al-Quran Tentang Islam)

Dalam urusan mendapatkan kebaikan, bila anda tidak kuasa mrlakukannya dengan cara yang baik alias benar, maka gugurlah kewajiban tersebut, alias anda tidak perlu melakukannya, walaupun kadang kala anda harus menggatinya di lain waktu, semisal orang yang tidak kuasa puasa di bulan Ramadhan.

Dalam urusan mencegah yang mungkar, di kondisi normal juga demikian, anda harus menggunakan cara yang benar alias baik.

Namun kadang kala anda berada dalam kondiai dilematis, sehingga anda tidak bisa menjauhi kemungkaran atau kerugian dengan cara yang baik.

Kadang kala anda terpaksa harus memilih satu dari dua kerugian atau kemungkaran.

Anda tersedak makanan dan yang ada hanya khamer maka anda boleh menyelamatkan jiwa anda dengan menenggak khomer agar anda bisa kembali bernafas.

(Baca Juga : 13 Ayat Al-Quran Tentang Warna Putih)

Anda kadang terpaksa harus mengoprasi oerut istrii anda untuk mengeluarkan anak anda yang tidak lahir normal.

Imam Ibnu Taimiyah pernah melintasi beberapa pasukan Tartar yang sedang mabok mabok, maka beliau membiarkan mereka mabok, karena kalau mereka sadar akan membunuh ummat Islam atau memperkosa muslimah.

Kadang kala anda terpaksa naik angkot atau bis umum, KRL untuk bisa sampai ke tempat kerja, padahal penumpangnya campur baur, bisa jadi anda hanya mendapat tempat duduk di sisi gadis cantik jelita yang mengenakan celana pendek 1/3 pahanya.

Jadi manhaj salaf mengajarkan anda bijak dalam beramar ma'ruf dan bernahi mungkar, sehingga bisa membedakan antara keduanya.

Perbedaan antara kedua hal di atas adalah salah satu prinsip penting dalam manhaj salaf.

Bagi orang yang kurang jeli, apalagi malas berpikir maka keduanya bisa jadi dianggap sama, padahal tudak demikian.

Perbedaan ini dituangkan dalam kaedah ilmu fiqih:
لا واجب مع العجز ولا تحريم مع الضرورة
Tiada hukum wajib dalam kondisi tidak berdaya dan tiada hukum haram dalam kondisi darurat.

Semoga mencerdaskan.

(Baca Juga : Ayat Al-Quran dan Hadits Tentang Majusi)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2269695239778303/

Hukum Bercanda "Prank"

Hukum Bercanda "Prank"
Hukum Bercanda "Prank"
Bolehkah Canda Model "Prank" ?

Abu Ubaidah As Sidawi

Akhir-akhir ini sering kita saksikan guyonan dengan model prank yaitu bercanda untuk ngerjain orang sehingga bikin dia panik atau nangis. Bagaimana sebenarnya hukum prank dalam pandangan agama?

Bercanda dengan model prank hukumnya Tidak Boleh,  karena beberapa dalil berikut:

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

"Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakuti saudara muslim lainnya". (HR. Abu Dawud 5004 dan Ahmad 23064 dengan sanad shohih, dishahihkan al-Albani dalam Ghoyatul Marom 447).
Hadits ini menunjukkan tidak boleh membuat panik dan takut saudara kita sesama muslim.

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Janji)

Lebih tegas lagi, Nabi menjelaskan bahwa tidak boleh menakuti saudara kita walaupun hanya bercanda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا وَلاَ جَادًّا

“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.” (HR. Abu Dawud, dihasankan Al Albani)

Hadits ini menunjukkan bahwa tidak boleh membuat takut, panik serta sedih saudara kita dengan apapun bentuknya,  karena hal itu bisa jadi akan meretakkan hubungan sesama muslim dan menyakiti perasaannya, apalagi tidak semua orang mau untuk dikerjain.

Ingat, Islam sangat menekankan kepada kita untuk menjaga persaudaraan sesama muslim. Oleh karenanya,  segala bentuk sarana yang dapat merusak persaudaraan maka harus ditutup rapat-rapat.

Bercanda hukum asalnya boleh,  hanya saja ada aturan-aturan dan batasan-batasannya,  diantaranya:

1. Tidak boleh bercanda dalam urusan agama.
2. Tidak boleh bikin panik,  takut dan sedih orang lain.
3. Tidak boleh berlebihan.
4. Memperhatikan orang dan waktu yang pas.
5. Jujur tidak boleh bohong hanya demi membuat orang lain tertawa.

(Baca Juga : 11 Ayat Al-Quran Tentang 'Aisyah)

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=607038713033113&id=100011809698436

Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya

Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya
Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya

Abu Ubaidah As Sidawi

Saudaraku tercinta....
Saat ini rakyat Indonesia sedang menantikan keputusan Mahkamah Konstitusi yang akan memutuskan siapakah yang pantas untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan.

(Baca Juga : Tanda Kuatnya Tauhid Seseorang)

Tentu,  semua kita sepakat agar keputusan tersebut adalah adil dan terbaik karena memang negara ini butuh kepada pemimpin terbaik untuk menjaga agama dan mengatur roda negara.

Namun,  satu hal yang harus kita ingat bahwa siapapun kelak yang diputuskan sebagai Presiden dan wakil Presiden negeri ini,  maka kewajiban kita sebagai rakyat adalah mendengar dan taat selama bukan dalam hal maksiat demi terjaganya stabilitas negara.

Yakinlah,  apapun keputusannya dan siapapun pemenangnya,  pasti ada hikmah Allah di balik itu semua, karena akal manusia terbatas sedangkan Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita.

Kita harus mengedepankan kemaslahatan umum daripada kemaslahatan pribadi & kelompok. Kita harus mengedepankan nash-nash syariat daripada hawa nafsu dan akal.

Inilah prinsip yang harus dipegang oleh setiap kita yang menginginkan kebaikan dunia dan akherat. Ibnu Umar berkata:

نحن مع من غلب

“Kami bersama orang yang menang dan berkuasa.” (al-Ahkam as-Sulthaniyyah, al-Farra’, hlm. 23)
Tentu saja ucapan Sahabat Ibnu Umar sebagai murid sekolah Nabi ini terambil dari wasiat-wasiat Nabi yang mutawatir yang menekankan mendengar dan taat kepada pemimpin serta tidak memberontak mereka walaupun mereka tak sesuai seperti harapan kita. Rasulullah juga bersabda:

عَلىَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

"Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan taat".  (HR. Bukhari 13/121, Muslim 3/1469).

(Baca Juga : Ukuran di Masa Nabi)

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Hadits ini menunjukkan wajibnya taat kepada penguasa, hal itu berlaku dalam perkara yang bukan maksiat. Hikmahnya taat kepada penguasa adalah agar menjaga persatuan kalimat, karena yang namanya perpecahan adalah kehancuran". (Fathul Bari 13/112).

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: Perintah pemerintah terbagi menjadi tiga macam:
1. Perintah yang sesuai dengan perintah Allah seperti sholat fardhu, maka wajib mentaatinya.
2. Perintah yang maksiat kepada Allah seperti cukur jenggot, maka tidak boleh mentaatinya.
3. Perintah yang bukan perintah Allah dan bukan juga maksiat kepada Allah seperti undang-undang lalu lintas, undang-undang pernikahan dan sebagainya yang tidak bertentangan dengan syari'at, maka majib ditaati juga, bila tidak mentaatinya maka dia berdosa dan berhak mendapatkan hukuman setimpal.

 Adapun anggapan bahwa tidak ada ketaatan kepada pemimpin kecuali apabila sesuai dengan perintah Allah saja, sedangkan peraturan-peraturan yang tidak ada dalam perintah syari'at maka tidak wajib mentaatinya, maka ini adalah pemikiran yang bathil dan bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah.  (Syarh Riyadhus Sholihin 3/652-656).

Wajibnya taat kepada penguasa bersifat umum, sama saja kepada penguasa yang baik atau yang zhalim, selama perintah mereka bukan kemaksiatan.

Wajib taat kepada penguasa selama mereka masih muslim, mengerjakan shalat, tidak boleh berontak sampai jelas kekafirannya dengan syarat-syarat yang ketat.

Inilah keyakinan ahlus sunnah wal jama'ah dari zaman ke zaman, mereka mendahulukan nas-nash syar`i bukan hawa nafsu.

Hal ini bertolak belakang dengan keyakinan sebagian kelompok islam yang membolehkan berontak apabila melihat penguasa yang zhalim!!, atau kelompok yang terlalu menganggap suci penguasa hingga maksum dan tidak perlu dinasehati!!. Allohu Musta'an.

Para ulama telah bersepakat tentang prinsip ini tanpa ada perselisihan di antara mereka.  Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

قد أجمع الفقهاء على وجوب طاعة السلطان المتغلب والجهاد معه وأن طاعته خير من الخروج عليه لما في ذلك من حقن الدماء وتسكين الدهماء

“Para fuqaha telah sepakat atas wajibnya menaati penguasa yang menguasai keadaan dan berjihad bersamanya, dan bahwasanya ketaatan kepadanya lebih baik daripada memberontak kepadanya karena di dalam ketaatan tersebut akan menjaga tertumpahnya darah dan menenangkan keadaan.” (Fathul Bari 13/7)

(Baca Juga : Al-'Imran Atau Ali 'Imran?)

Tetap banyaklah berdoa dan jangan pernah menyerah atau putus asa,  semoga Allah menganugerahkan kepada kita pemimpin yang terbaik,  yang peduli kepada Islam dan kaum muslimin, yang amanah dan menegakkan keadilan dan mampu menjaga persatuan.

Selasa,  25 Juni 2019

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=608396269564024&id=100011809698436

Tantangan Dalam Berdakwah

Tantangan Dalam Berdakwah
Tantangan Dalam Berdakwah

✍🏽 *Abu Ubaidah As Sidawi*

Setiap orang yang mengajak manusia kepada al-Qur'an dan as-Sunnah sesuai pemahaman para Sahabat, pasti mendapatkan resiko dan tantangan dakwah. Alangkah bagusnya perkataan Waraqah bin Naufal kepada Nabi:

لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُوْدِيَ

“Tidak ada seorang pun yang datang dengan mengemban ajaranmu kecuali akan dimusuhi.”
(HR. Al-Bukhori (no. 7) dan Muslim (no. 160).

(Baca Juga : Hikmah Wafatnya Putra-Putra Rasulullah)

📌 Syaikh al-Albani berkata: “Ketika aku menggariskan manhaj (metode) ini pada diriku yaitu berpegang teguh dengan Sunnah ash-Shohihah dan aku realisasikan dalam kitab-kitabku yang akan tersebar pada manusia -insya Alloh-, aku sangat menyadari bahwa hal itu tidak akan menyenangkan sebagian kelompok dan madzhab, bahkan kemungkinan besar mereka akan meluncurkan dan melancarkan berbagai celaan padaku secara lisan dan tulisan.
Bagiku pribadi, semua itu tidak menjadi masalah karena memang keridhaan manusia adalah suatu tujuan yang sulit digapai dan sebagaimana sabda Nabi:

مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَّلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ

“Barangsiapa mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Alloh, niscaya Alloh akan menyerahkannya pada manusia.”(HR. Tirmidzi (II/67), al-Qudha'i (II/42), Ibnu Busyran dalam al-Amali (144-145) dan lain-lain dengan sanad Shohih. Lihat Silsilah ash-Shohihah (no. 2311) oleh al-Albani).

📌 Alangkah indahnya ucapan seorang penyair:

وَلَسْتُ بِنَاجٍ مِنْ مَقَالَةِ طَاعِنٍ
 وَلَوْ كُنْتُ فِيْ غَارٍ عَلَى جَبَلٍ وَعْرِ
وَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْجُوْ مِنَ النَّاسِ سَالِمًا
 وَلَوْ غَابَ عَنْهُمْ بَيْنَ خَافِيَتَيْ نَسْرِ

Aku tidak akan pernah selamat dari celaan orang
 Sekalipun aku bersembunyi di gua atau gunung yang sulit didaki
Siapakah orangnya yang bakal selamat dari manusia
 Walau dia telah bersembunyi di antara dua sayap burung. (Muqaddimah Shifat Sholat Nabi (hal. 44-45).

(Baca Juga : 15 Ayat Al-Quran Tentang Al-Quran)

📌 Tetapi percaya atau tidak, semua celaan dan tuduhan dusta tersebut tidaklah membahayakan dan menggoyang kursi kedudukan para penyeru al haq, bahkan sebalik-nya, sangat membahayakan nasib para pencela beliau sendiri.

يَا نَاطِحَ الْجَبَلِ الْعَالِيْ لِيَكْلِمَهُ
 أَشْفِقْ عَلَى الرَّأْسِ لاَ تُشْفِقْ عَلَى الْجَبَلِ

Hai orang yang akan menabrak gunung tinggi untuk menghancurkannya
 Kasihanilah kepala anda, jangan kasihan pada gunungnya. (Jami Bayanil Ilmi wa Fadhlihi Ibnu Abdil Barr 2/310)

📌 Bahkan kita optimis bahwa semua tantangan itu akan menambah tinggi kedudukan dan keutamaan para pendakwah,  sebagaimana kata penyair:

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ نَشْرَ فَضِيْلَةٍ
 طُوِيَتْ أَتَاحَ لَهَا لِسَانَ حَسُوْدِ

Bila Alloh berkehendak menyebarkan keutamaan yang rahasia .  Maka, Dia memberi kesempatan lidah pendengki untuk menebarkannya.
 (Diwan Abu Tammam (45).

➖➖➖➖➖➖➖➖
Repost
MT AL HIJRAH, GRESIK
Shahabat Sunnah Gresik

*🌐 Official Website*

alhijrah.id

*_WA Group Ikhwan_*
bit.ly/AlHijrahIkhwan
*_WA Group Akhwat_*
bit.ly/AlHijrahAkhwat
*_Facebook_*
bit.ly/FanePageAlHijrah
*_Instagram_*
bit.ly/IGAlHijrah
*_Youtube_*
bit.ly/YTalhijrahgresik

(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Arsitektur)

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=609024972834487&id=100011809698436

Kepemimpinan Seorang Istri Akan Ditanya

Kepemimpinan Seorang Istri Akan Ditanya
Kepemimpinan Seorang Istri Akan Ditanya
⚠️🌹🌺 *SEORANG ISTRI AKAN DITANYA TENTANG RA'IYAH DI RUMAH SUAMINYA*

📋 Rasulullah ﷺ bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah ra’in(pemimpin) dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya(apa yang ia pimpin) ”
📚 (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin ‘Umar رضي الله عنهما)

(Baca Juga : 18 Ayat Al-Quran Tentang Ketakutan)

📜Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin رحمه الله berkata menjelaskan hadits ini :

كذلك المرأة راعية في بيت زوجها ومسؤولة عن رعيتها يجب عليها أن تنصح في البيت في الطبخ في القهوة في الشاي في الفرش لا تطبخ أكثر من اللازم ولا تجهز الشاي أكثر مما يحتاج إليه يجب عليها أن تكون امرأة مقتصدة فإن الاقتصاد نصف المعيشة غير مفرطة فيما ينبغي مسؤولة أيضا عن أولادها في إصلاحهم وإصلاح أحوالهم وشؤونهم كإلباسهم الثياب وخلع الثياب غير النظيفة وتغيير فراشهم الذي ينامون عليه وتغطيتهم في الشتاء وهكذا مسؤولة عن كل هذا مسؤولة عن الطبخ وإحسانه ونضجه وهكذا مسؤولة عن كل ما في البيت“

"Demikian pula seorang istri merupakan ra’iyah (pemimpin/penjaga amanah) di rumah suaminya dan akan ditanya tentang urusannya.

Maka wajib baginya untuk mengurusi rumah dengan baik, dalam memasak, dalam menyiapkan kopi, teh,dan dalam menyiapkan tempat tidur.

Janganlah ia memasak lebih dari yang semestinya. Jangan ia membuat teh lebih dari yang dibutuhkan.

Ia harus menjadi seorang wanita yang bersikap pertengahan, tidak mengurangi-ngurangi dan tidak berlebih-lebihan, karena sikap pertengahan adalah separuh dari penghidupan. Tidak melampaui batas dalam apa yang tidak sepantasnya.

Seorang istri bertanggung jawab pula terhadap anak-anaknya dalam perbaikan mereka dan perbaikan keadaan serta urusan mereka, seperti dalam hal memakaikan pakaian kepada mereka, melepaskan pakaian yang tidak bersih dari tubuh mereka, merapikan tempat tidur mereka, memerhatikan penutup tubuh mereka di musim dingin.

Demikian pula , ia akan ditanya tentang semua itu. Sebagaimana ia akan ditanya tentang memasaknya untuk keluarganya, baiknya dalam penyiapan dan pengolahannya. Demikianlah ia akan ditanya tentang seluruh apa yang ada di dalam rumahnya.”

📚(Syarhu Riyadhis Shalihin 3/150)

(Baca Juga : Upah Mengajar Agama)

📝Akhukum fillah
Fajrin Abu Yahya وفقه الله
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2252420688420330&id=100009572618445

Balasan Keimanan dan Amal Sholih

Balasan Keimanan dan Amal Sholih
Balasan Keimanan dan Amal Sholih
☑️ *BALASAN ATAS KEIMANAN,AMAL SHOLIH,KESABARAN DAN TAWAKKAL*

Allah ﷻ berfirman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya Kami akan tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.
📖(Al-’Ankabut: 58)

(Baca Juga : Fiqih Sunnah Dalam Beridul Adha)

Dalam ayat ini Allah ﷻ benar-benar akan menempatkan mereka (yang beriman & beramal sholih) di tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, dimana di bawahnya mengalir sungai-sungai yang beraneka ragam rasanya, ada sungai air, ada sungai khamr, sungai madu dan sungai susu, serta mereka dapat membelokkan alirannya menurut yang mereka kehendaki.

Lalu Allah ﷻ berfirman :
خَالِدِينَ فِيهَا

mereka kekal di dalamnya.

Yakni, mereka tinggal di dalamnya (syurga dengan kenikmatannya) selama-lamanya tanpa menginginkan pindah darinya.

نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal.

Sungguh betapa menyenangkannya berada di syurga dengan penuh kenikmatan tersebut sebagai pembalasan bagi amal-amal orang-orang yang beriman.

(Baca Juga : Benarkah Setiap Pendapat Ulama Dibangun Atas Dalil?)

Dan diantara golongan manusia yang mendapatkan kenikmatan itu adalah,yang senantiasa bersabar dan bertawakkal.
Sebagaimana firman Allah ﷻ di ayat selanjutnya :

الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

yaitu orang-orang yang bersabar dan bertawakkal kepada Rabbnya
📖(Al-'Ankabut: 59)

Yakni bersabar dalam mempertahankan agamanya, berhijrah kepada Allah ﷻ serta memisahkan diri dari musuh-musuh Allah, rela berpisah dengan keluarga dan kaum kerabat demi Allah dan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya serta percaya kepada apa yang dijanjikan oleh-Nya.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ:  أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ: أَنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفا يُرى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أعدَّها اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَبَاحَ الصِّيَامَ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan,  bahwa Abu Malik Al-Asy'ari pernah bercerita kepadanya; Rasulullah ﷺ pernah bercerita kepadanya bahwa :
"Sesungguhnya di dalam surga terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya"
📚(Tafsir Ibnu katsir)

Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan kepada kita sekalian taufiq untuk beramal sholih,bersabar menjalani perintah, menjauhi larangan dan bersabar menjalani ujian dan cobaan_Nya, serta bertawakkal hanya kepada_Nya dan semoga Allah ﷻ mewafatkan kita diatas keimanan.

(Baca Juga : Biografi Syaikh Nu'man Al-Watr dan Syaikh Taufiq Al-Ba'dani)

📝Akhukum fillah
Fajrin Abu Yahya وفقه الله
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/1991277107606965/posts/2310048355729837/

Membuat Orang Lain Bahagia

Membuat Orang Lain Bahagia
Membuat Orang Lain Bahagia
🍂🌼 *Berbahagialah dengan Membuat Orang Lain Bahagia*

Saudaraku Rahimaniyyallohu wa iyyakum,...
Hari ini mungkin kita merasa begitu bahagia,memakai pakai indah,kendaraan mewah,makanan dan minuman tersedia,dan berkumpul dengan keluarga,..
namun disana ada saudara kita yg mungkin,pakaiannya sdh lusu namus masih dipakainya,makan dan minum ala kadarnya,terlilit utang,dan mungkin sakit namun tkd membeli obat apalagi ke rumah sakit karna tdk adanya biaya,..

Saudaraku Rahimaniyyallohu wa iyyakum,...
Ini adalah peluang untuk kita,carilah mereka gengam tanganya,buat mereka tersenyum bahagia,masukkanlah kebahagian di hatinya,semoga dengannya kita menjadi manusia yang paling mulia dan paling bahagia.

(Baca Juga : Do'a Pemikul 'Arsy Untuk Orang Beriman)

Saudaraku Rahimaniyyallohu wa iyyakum,..
Mari kita renungkan dan amalkan hadits yg sangat agung berikut ini serta merealisasikannya dalam hidup dan kehidupan kita,

📜ًDari Ibnu ‘Umar, رضي الله عنهما
Rasulullah ﷺ bersabda ;

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia.
Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.
Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.”
📚(HR.Thabrani)

Ya Allah, curahkanlah kebahagian untuk kami dan kaum muslimin,..di dunia dan kelak di akhirat.
serta jadikanlah kami sebagai pembuka  pintu-pintu kebaikan dan jalan orang lain merasakan kebahagiaan,...
Allahumma Aamiin.

(Baca Juga : Ibnu Hazm Menurut 2 Murid Imam Ibnu Taimiyyah)

📝Akhukum fillah
Fajrin Abu Yahya وفقه الله
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/1991277107606965/posts/2332073083527364/

Sarana Menuntut Ilmu

Sarana Menuntut Ilmu
Sarana Menuntut Ilmu
بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ، وبعد:

Menuntut ilmu merupakan amalan yang paling mulia dan hendaknya seseorang menghabiskan umurnya untuk menuntut ilmu syar'i, beramal dan mendakwahkanya. karena ini merupakan jalan kemudahan bagi seseorang menuju surga. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga". (HR. Muslim no. 2699)

(Baca Juga : Benarkah Allah Tertawa?)

Berkata Al Imam Sufyan Ats-Tsauri : "Tidak ada amalan yang lebih mulia setelah kewajiban selain menuntut ilmu". (hilyatul auliya' 6/361).

Dan tidak diragukan bahwa sebaik baik tempat dalam menuntut ilmu adalah di masjid,  sebagaimana  sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya maka pasti Allah akan turunkan kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisiNya". (HR. Muslim no. 2699)

Dengan berkembangnya zaman maka ada tempat-tempat untuk menuntut ilmu selain di masjid yaitu di kelas-kelas, kampus-kampus dan beberapa halaqah-halaqah ilmiyah yang lainnya. Dan ini semua merupakan sarana dalam menuntut ilmu syar'i dan bagi yang mendatangi tempat-tempat tersebut juga akan mendapatkan keutamaan, pahala, ketenangan serta doa para malaikat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ

“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.” (HR. Abu Dawud no. 3641 dan dishahihkan Syaikh Al Albani)

Selain itu para ulama menyebutkan bahwa menuntut ilmu bisa juga dengan cara membaca kitab-kitab para ulama,  mendengarkan rekaman-rekaman kaset, CD.  Dan ini semua masuk dalam kategori menempuh jalan dalam menuntut ilmu. Inilah kemudahan yang Allah berikan pada masa ini untuk para penuntut ilmu ketika mereka jauh dari para ulama dan jauh dari majlis-majlis mereka, maka Allah mudahkan dengan sarana-sarana tersebut.

Kemudian dengan terus berkembangnya zaman, Allah mudahkan bagi kaum muslimin dan para penuntut ilmu untuk bisa belajar dan mengikuti kajian-kajian yang disampaikan oleh para ulama, para da'i melalui telepon dan internet. Dan para ulama menyebutkan bahwa barangsiapa yang mengikuti kajian dan belajar dengan sarana-sarana ini, maka dianggap sebagai thalibul ilmi (penuntut ilmu) serta berhak mendapatkan pahala dari Allah. meskipun pahala belajar di masjid tentu lebih besar dengan keutamaan-keutamaan yang lain.

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu ta'ala : "Tidak ada seorang pun yang meragukan bahwa adanya rekaman kaset-kaset merupakan sarana untuk menggapai ilmu, dan kita tidak boleh mengingkari nikmat Allah atas kita dengan adanya kaset-kaset (kajian tersebut). bahkan kita telah mengambil faedah ilmu yang sangat banyak melalui sarana tersebut, karena dengan itu sampai lah kepada kita penjelasan dan perkataan para ulama. Ketika kita sedang di rumah antara kita dan ulama ada jarak yang jauh, akan tetapi Allah mudahkan kita untuk mendengarkan perkataan mereka melalui kaset-kaset rekaman, ini merupakan nikmat Allah kepada kita, dan ini pada hakikatnya bisa menjadi hujjah untuk kita atau hujjah atas kita. Karena sesungguhnya ilmu syar'i ini bisa menyebar luas dengan perantara kaset-kaset. Adapun cara dalam mengambil faedah dari kaset-kaset itu adalah kembali kepada keadaan masing-masing orang, sebagian orang bisa mengambil faedah mendengarkan kaset dengan menyopir mobil, dan sebagian mereka ada yang mendengarkannya sambil makan siang atau makan malam atau sambil menikmati kopi.
maka Kesimpulannya :
Bahwa cara mengambil faedah dari kaset-kaset tersebut kembali kepada setiap masing-masing orang dan tidak mungkin kita memberikan ketentuan umum dalam hal ini". (kitab al Ilmu, Syaikh Ibnu Utsaimin hal. 193).

(Baca Juga : Biografi Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal)

Berkata Syaikh Abdurrahman Al-Barrok hafidzahullah: "Aku berharap kepada Allah bahwa orang yang mendengarkan kajian mengikuti pelajaran-pelajaran lewat internet agar mereka mendapat pahala, meskipun kita tidak bisa katakan sama dengan orang yang belajar di masjid, tapi karena tujuannya adalah sama mendengarkan ilmu syar'i dan mengambil faedah, sebagaimana seorang yang menghadiri ilmu di masjid akan tetapi ia berada di halaman luar masjid disebabkan jama'ah yang membludak (sama-sama mendapat pahala), maka dengan adanya sarana ini memudahkan orang untuk mendengarkan ilmu,  akan tetapi bagi mereka yang dekat dengan masjid dan mampu untuk mendatangi masjid maka hendaknya ia hadir di masjid karena akan mendapatkan keutamaan di masjid". (fatwa ini di mauqi' Beliau).

Syaikh Zaid Al Madkhali rahimahullah pernah ditanya :
Apakah bagi orang-orang yang mengikuti pelajaran/kajian ulama salafiyyin (juga) akan mendapatkan keberkahan bermajelis ? Yakni mereka yang mengikuti kajian melalui situs internet di komputer atau di radio-radio ?

maka beliau menjawab:
"Mereka-mereka yang anda sebutkan tadi, bagi mereka mendapatkan keuntungan yang sangat besar :
1. Mereka dianggap sebagai penuntut ilmu, dan penuntut ilmu merupakan seutama -utama kedudukannya diantara manusia, Mereka adalah orang yang ter’afdhal di zamannya, jika dia meniatkan dengan menuntut ilmu tersebut untuk mengangkat kebodohan dari dirinya, dan dia niatkan untuk mengamalkan ilmunya tersebut dan menyebarkannya.

2. Menuntut ilmu, sama saja apakah dengan sendiri-sendiri atau dalam sebuah jama’ah maka akan turun padanya ketenangan dan akan diliputi oleh rahmat dan dikelilingi oleh malaikat Allah.

Maka mereka-mereka ini yang mengikuti halaqah-halaqah ilmu dari Al Kitab dan As Sunnah dan melalui wasilah-wasilah/sarana ilmu lainnya (via internet, komputer dan radio streaming dll) bagi mereka pahala yang besar, tidaklah dikurangi pahala mereka dari pahala orang-orang yang menghadiri (langsung) disisi para Masyaikh insyaAllahu Ta’ala". (al irsyad ila taudhih lum'atul i'tiqad hal. 184-185).

kesimpulannya:
1. niatkan ikhlas dalam mendengarkan/menonton  kajian baik melalui kaset rekaman, livestreaming, telpon dll.
2. catatlah faidah dari kajian yang didengar dan ditonton.
3. keutamaan dan karunia Allah itu sangat luas maka yakinlah bahwa Allah akan memberikannya jika kita ikhlas dalam menuntut ilmu.
4. kita tetap menganjurkan bahwa menghadiri majlis ilmu di masjid adalah lebih utama karena banyakanya keutamaan di masjid.

(Baca Juga : Jangan Sebut Kafir, Sebut Saja Non Muslim?)

WaAllahu a'lam.
Solo/25/04/18

Tulisan Al-Ustadz Muhammad Alif, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=244422109460792&id=100016790144202

Sekilas Mengenai Imam Abu Hanifah

Sekilas Mengenai Imam Abu Hanifah
Sekilas Mengenai Imam Abu Hanifah
#ANTARA_IMAM_ABU_HANIFAH
#DAN_SEBAGIAN_ORANG_HARI_INI

Berkata Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah :

أَبُو حَنِيفَةَ أَفْقَهُ النَّاسِ

"Abu Hanifah adalah manusia yang paling faqih".

Abu Mu'awiyah Ad Dharir rahimahullah berkata :

حُبُّ أَبِي حَنِيفَةَ مِنَ السُّنَّةِ

"Mencintai Abu Hanifah termasuk dari Sunnah".

(Baca Juga : Bersabar Dalam Dakwah)

Ali bin Ashim rahimahullah berkata :

لَوْ وُزِنَ عِلْمُ الْإِمَامِ أَبِي حَنِيفَةَ بِعِلْمِ أَهْلِ زَمَانِهِ ، لَرَجَحَ عَلَيْهِمْ

"Kalau ilmu Al Imam Abu Hanifah ditimbang dengan ilmu orang orang pada zamannya, niscaya ilmu beliau lebih berat dibanding mereka".

Berkata Ishaq bin Ibrahim Az Zuhri dari Basyir bin Al Walid ia berkata : (Amirul mukminin) Abu Ja'far Al Manshur meminta Abu Hanifah untuk menjabat sebagai Hakim, tetapi Abu Hanifah menolak dan bersumpah : aku tidak akan lakukan itu.

Diceritakan juga bahwa Abu Ja'far Al Manshur menyerahkan Abu Hanifah kepada (komandan) Polisinya Humaid At Thusiy. maka ia berkata : wahai Syaikh (Abu Hanifah), sesungguhnya amirul mukminin menyerahkan kepadaku seseorang seraya berkata "bunuhlah dia, siksalah dia, cambuklah dia" sedangkan aku tidak tau apa sebabnya, maka apa yang harus aku lakukan? beliau bertanya : apakah amirul mukminin perintahkan padamu perkara wajib atau perkara bukan wajib? ia menjawab : tentu perkara wajib, beliau menjawab : maka segera laksanakan perintah (kewajiban) tersebut.

dan dari Mughits bin Budail ia berkata : Abu Ja'far Al Manshur meminta Abu Hanifah untuk menjadi Qadhi/hakim, tetapi beliau menolak. maka ia bertanya : apakah engkau tidak suka dengan apa yang ada pada kami (jabatan dan kekuasaan)? maka Abu Hanifah menjawab : aku tidak mampu. Al Manshur berkata : engkau berdusta. maka ia memenjarakannya.

ada yang mengatakan juga bahwa Abu Hanifah (menerima dengan terpaksa) menjadi hakim, dan beliau (sempat) memutuskan satu permasalahan, dan beliau bertahan dua hari kemudian mengeluh  selama enam hari dan meninggal.

(Baca Juga : Mengikuti Pendapat Selain 4 Imam Madzhab)

Berkata Al Faqih Abu Abdillah As Shaimariy rahimahullah :

لَمْ يَقْبَلِ الْعَهْدَ بِالْقَضَاءِ ، فَضُرِبَ وَحُبِسَ ، وَمَاتَ فِي السِّجْنِ

"(Abu Hanifah) tidak menerima permohonan (Al Manshur) sebagai hakim, maka beliau disiksa dan dipenjara sampai akhirnya meninggal di penjara".

Beliau meninggal pada bulan rajab tahun 150 H, dan pada tahun yang sama lahirlah Al Imam As Syafi'i رحمهما الله رحمة واسعة

📚 -diringkas- dari siyar a'lam nubala' 6/401-403, Al Imam Ad Dzahabi. al bidayah wan nihayah 13/418-419, Al Hafidz Ibnu Katsir.

📝Faedah :
1. Abu Hanifah seorang Imam yang menjadi panutan kaum muslimin setelahnya.
2. Kepakaran beliau dalam fiqih tidak diragukan oleh para ulama di zamannya dan setelahnya.
3. Beliau seorang yang ahli dalam fiqih sampai diminta oleh penguasa pada saat itu untuk menjabat sebagai hakim tapi beliau enggan dan menolak dengan keras.
4. Kedudukan dunia datang mengejar beliau tapi beliau lari dari itu sampai rela disiksa dan dipenjara sampai meninggal.
5. Tidak dikenal (dikalangan awam) beliau diberi gelar sebagai SYAHID padahal beliau meninggal di penjara dan disiksa penguasa.
6. Berbeda dengan sebagian umat hari ini, mereka mengejar kedudukan dunia sampai rela menumpahkan darah, padahal mereka tidak memiliki ilmunya.
7. Berbeda dengan sebagian orang hari ini yang meninggal ketika DEMO digelari sebagai SYAHID.
8. Berbeda dengan sebagian orang hari ini yang membuat onar dan kekacuan di negeri kamum muslimin dengan BOM kemudian meninggal digelari sebagai SYAHID.

#Begitu mudah gelar SYAHID disematkan pada sebagian orang meski meninggal dalam keadaan bermaksiat kepada Allah dan RasulNya.
#Al Imam Al Bukhari menyebutkan dalam kitabnya (Shahih Al Bukhari) :

بَاب لَا يَقُولُ فُلَانٌ شَهِيدٌ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِهِ

Bab. Tidak boleh seseorang mengatakan -Fulan Syahid-.
Berkata Abu Hurairah radiyaAllahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : "Allah lebih mengetahui siapakah yang (benar benar) berjihad di jalan Allah, dan Allah lebih mengetahui siapakah yang (benar benar) terluka di jalan Allah".

(Baca Juga : Bolehkah Membantu Orang Kafir?)

Menghukumi seseorang dengan syahid adalah perkara ghaib, karena memastikan seseorang pasti masuk surga. dan tidak boleh dipastikan kecuali dengan adanya nash syar'i.
adapun yang dibolehkan dan dianjurkan adalah mengatakan secara umum bahwa yang meninggal di medan jihad adalah syuhada, dan mendoakan yang meninggal semoga Allah menerima mereka sebagai para syuhada.

para ulama ahlis sunnah telah banyak menyebutkan bab ini dalam kitab kitab aqidah mereka.

📌WaAllahu a'lam.
#@/26/06/19
#Semoga Allab menjaga kita semua
#Dan memberikan husnul khatimah

Tulisan Al-Ustadz Muhammad Alif, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=462496164320051&id=100016790144202

Kalimat Syahadatain Wajib Dimuliakan

Kalimat Syahadatain Wajib Dimuliakan
Kalimat Syahadatain Wajib Dimuliakan
KALIMAT “SYAHADATAIN” (لا إله إلا الله محمد رسول الله) LANDASAN UTAMA AGAMA ISLAM YANG WAJIB DIAGUNGKAN/DIMULIAKAN DAN DIAMALKAN.
_______________________________

Anda sebagai muslim, wajib memahamai dan meyakini bahwa kalimat Syahadatain adalah landasan utama agama anda, tidak sah islam anda bila tidak dibagun diatas kedua kalimat Syahadat tersebut, kalimat (لا إله إلا الله) yang kandungan dan hakikatnya adalah; Penghambaan diri lahir batin kepada Allah dengan mengikhlaskan seluruh keta’atan dan amal ibadah kepadaNya, berupa amalan hati, perkataan dan perbuatan, hal ini merupakan inti ajaran dan dakwah seluruh para nabi dan rasul alaihimusssalam.

(Baca Juga : Wajibnya Mengenal Aqidah Islam)

Adapun kalimat syahadat (محمد رسول الله) kandungan dan hakikatnya adalah: menta’ati Rasullah shalallahu’alaihi wasallam dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangannya, mebenarkan/menerima berita/hadisnya dan menjadikan beliau sebagai uswah dan qudwah dalam beribadah kepada Allah.

Sungguh sangat mulia kedua kalimat Syahadatain dan sungguh sangat agung isi kandungan dan hakikatnya. ia merupakan syi’ar agama islam yang paling agung yang wajib atas setiap individu muslim untuk memuliakan dan mengagungkannya serta melaksanakan isi kandungan dan konsekuensinya. Karena yang demikian itu merupakan bukti ketaqwaan diri dan kemulian jiwa serta kesucian hati seorang hamba.

Allah Ta’alah berfirman:
﴿ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ٣٢﴾ [الحج: 32]
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”.

Dan diantara syarat sah dan benarnya persaksian sesorang dengan kalimat Syahadatain (لا إله إلا الله محمد رسول الله)  adalah mencintai dan mengagungkan kedua kalimat tersebut serta mencintai isi kandungannya yaitu keiklasan dan ittibaa’ (mengikuti Rasul) dan mencintai orang-orang yang berpegang teguh dengannya dan menyeruh kepadanya, dan inilah hakikat dakwah Tauhid yang sesungguhnya.

Sungguh sangat keji prilaku sebagian kaum muslimin yang tidak mengetahui keagungan dan kemulian kalimat Syahadatain dan tidak memahami isi kandugannya, dengan segala kejahilan dan sikap fanatik sebagian kelompok, mereka rela membakar bendera yang bertuliskan padanya kalimat:
(لا إله إلا الله محمد رسول الله)

Tentu hal itu adalah sprilaku yang tidak bertanggun jawab  dan salah satu bentuk dari penghinaan dan pelecehan terhadat sobol agama yaitu kalimat syahadatain, kalimat yang paling agung dipermukaan bumi ini, yang tidak bisa ditolerir secara agama, akal sehat dan fitroh yang masih suci perbuatan yang demikian itu.

(Baca Juga : Pemimpin Baik Buah Masyarakat Bertauhid)

Kita tidak tahu, apa yang mereka inginkan dari sikap dan prilaku yang keji itu, apakah ingin menegakkan syi’ar islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, sedang mereka telah menghina dan melecekan landasan utama yang diatasnya tegak dan dibaguan agama islam yang mulia ini? Atau mereka ingin menjaga keutuhan NKRI(!) yang mayoritas pendudukannya adalah muslim yang besaksi setiap waktu, pagi petang, siang malam dengan kedua syahadat tersebut. Dan dengan kobaran Takbir yang berlandaskan kepada kedua syahadatain negara ini dengan izin Allah bisa dimerdekaan oleh para pahlawan yang telah mengorbankan harta, jiwa raga mereka? Atau dibalik itu semua ada makar dan propaganda yang sedang dilancarkan untuk mengadu domba diantara kaum muslimin, disadari atau tidak?.

Seruan saya kepada tangan-tangan jahil tersebut, dan kepada mereka yang mentolerir perbutan tersebut dengan alasan bahwa hal itu “upaya memuliakan lafal tauhid” atau “untuk jaga kalimat tauhid” , agar mereka bertaubat kepada Allah dari perbuatan keji tersebut dengan menyesali dan berjanji tidak mengulanginya.

Dan hendaklah mereka ketahui bahwa untuk memuliakan lafal tauhid atau menjaga kalimat tauhid, bukan dengan membakar bendera yang bertuliskan padanya kalimat syahadatain, akan tetapi dengan membelajarinya, mengajarkannya, mengetahui keutamaan-keutamaanya, menyeruh kepadanya,  mengamalkan isi kandungan dan tuntutannya, yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah dan mengikuti Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, memberantas kesyirikan dan situs-situsnya serta membasmi bid’ah dan seluruh perkaranya yang bertentangan dengan sunnah nabi yang mulia. Itulah hakikat memuliakan lafal tauhid dan menjaganya, bukan membakarnya.

Semoga Allah memberikan hidayah kepada para pelaku dan yang mentolerir pebutan keji tersebut serta membimbing mereka untuk bertaubat dan menyesali perbuatan keji tersebut dan menjauhkan mereka dari sifat kesombongan dan keangkuhan.

Dan semoga Allah Ta’ala senatiasa meninggikan kalimat tauhid dan memenangkannya diatas seluruh ajaran, serta menjadikan kita sebagai orang yang membela agama Allah, mengagungkan syri’ar-syi’arNya dan penyeru kepada tauhid dan sunnah. Aimiin.
__________________________

(Baca Juga : 7 Bacaan Sholawat Sesuai Sunnah)

Jember
23/10/2018
Muhammad nur ihsan

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/424384070990533/posts/1872358759526383/

Benarkah Nabi Lahir Pada 12 Rabiul Awwal?

Benarkan Nabi Lahir Pada 12 Rabiul Awwal?
Benarkan Nabi Lahir Pada 12 Rabiul Awwal?
TERNYATA TIDAK DISEPAKATI BAHWA NABI LAHIR PADA 12 RABI’UL AWWAL

************************************

Ulama sepakat bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam lahir pada hari senin.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa beliau dilahirkan dibulan Rabi’ul Awwal.
Adapun tanggalnya, maka terdapat perbedaan yang banyak:
• Ada yang mengatakan bahwa beliau lahir tgl 2 Rabiul Awwal.
• Ada yang mengatakan pada tanggal 8 Rabiul Awwal
• Ada yang mengatakan pada tanggal 10 Rabi’ul Awwal.
• Ada yang mengatakan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal.
• Ada yang mengatakan pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal.
• Ada yang mengatakan pada 8 hari yang tersisa, yaitu : 22 Rabiul Awwal.
• Bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau dilahirkan dibulan Ramadhan, akan tetapi ini pendapat yang sangat aneh sekali. 
Begitu yang dijelaskan oleh Sejarawan Besar Islam, yaitu Imam Ibnu Katsir -salah seorang ulama Syafi’iyyah- dalam kitab beliau (“Al-Bidayah Wan Nihayah” 2/260-261).
Fakta ini menjelaskan tentang kekeliruan keyakinan mayoritas bahwa nabi shalallahu’alaihi wasallam dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awaal, dan secara otomatis menjelaskan kebatilan ritual peringatan maulid nabi shalallahu’alaihi wasallam.

Ini tinjauan dari sisi historis, dan secara tinjauan syar’i tentu amalan tersebut tidak perna dilakukan oleh nabi shalallahua’laihi wasallam dan para shahabatnya dari kalangan Muhajirin dan Anshar, sedang tuntutan dan sebab untuk melakukannya pada zaman mereka ada yaitu cinta kepada Nabi dan mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan tersebut dan tidak ada hambatan untuk melakukannya, akan tetapi Nabi dan para shahabat tidak melakukannya bahkan meninggalkannya, hal ini menunjukkan bahwa peringatan maulid tersebut adalah amalan yang bid’ah yang tidak disyari’atkan.

AKAN TETAPI SEMUA ULAMA SEPAKAT BAHWA BELIAU WAFAT PADA HARI SENIN TANGGAL 12 RABI’UL AWWAL. TAHUN 11 H.

Nah, yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah mereka yang merayakan maulid, merayakan kelahiran Nabi shalallahua’alaihi wasallam yang diperselisihkan tanggalnya, atau bergembira merayakan hari kematiannya yang disepakati pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal? Silahkan dijawab !! 
Muhammad Nur Ihsan
Jember 
11 Rabi’ul Awwal 1440 H

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, MA hafidzhahullah

Menggugah Nurani Jamaah Haji

Menggugah Nurani Jamaah Haji
Menggugah Nurani Jamaah Haji
Ibadah haji merupakan ibadah kolektif paling sakral yang mengandung banyak keberkahan dan mengundang turunnya rahmat Allah, namun sangat disayangkan ibadah sakral berbiaya mahal tersebut, sering kali hanya menjadi ajang untuk mengejar gelar, bahkan sebagian besar jamaah tak peduli dengan pelaksanaan ibadah hajinya rusak karena tidak ikhlas atau tidak mengikuti petunjuk syariat.

(Baca Juga : 19 Ayat Al-Quran Tentang Tawakkal)

Padahal amalan yang tidak ikhlas tidak akan diterima oleh Allah sebagaimana Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Allah Tabaraka wa Ta’ala  berfirman: “Aku Maha tidak butuh kepada sekutu, barangsiapa beramal suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku di dalamnya, maka Aku tinggalkan amalan itu bersama apa yang dia sekutukan”. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, menyempurnakan ibadah haji dan umrah secara ikhlas dan sesuai petunjuk Allah dan RasulNya harus menjadi prioritas pertama dan perhatian utama para calon jamaah haji agar tidak menyesal di kemudian hari, sudah capek dan keluar biaya mahal serta menunggu antrian cukup lama ternyata sia-sia di hadapan Allah, maka Allah memperingatkan dalam firmanNya:

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا [الفرقان : 23]
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.

(Baca Juga : Ingat 3 Ayat Ini Sebelum Bermaksiat)

Makanya, memperbaiki kualitas keikhlasan kepada Allah dan mengikuti sunnah Nabi menjadi syarat mutlak prosesi haji dan umrah, dari awal hingga akhir pelaksanaannya.

Agar ibadah haji dan umrah menjadi sempurna, disamping calon jamaah haji dituntut memperbaiki kualitas niat, tapi mereka juga diharuskan untuk mempelajari dan memahami manasik haji dan umrah secara tuntas, benar dan lengkap berdasarkan firman Allah,

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ [البقرة : 196]

Dan sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah.

Demi kesempurnaan prosesi haji dan umrah maka seluruh jamaah haji harus meluangkan waktu untuk mengkaji dengan seksama manasik haji dan umrah Rasulullah sebagaimana mestinya karena Rasulullah bersabda,

 خُذُوا عَنِّى مَنَاسِكَكُمْ.

 “Ambillah dariku manasik-manasik kalian,”. (HR. Muslim).

Dengan demikian, dilarang keras bagi seorang jamaah haji merusak ibadah hajinya dengan pamer, riya' dan demi mengejar gelar duniawi. Begitu juga mencampuradukkan ibadah haji dan umrah dengan berbagai macam praktik bid'ah dan ritual menyimpang agar ibadah haji dan umrahnya diterima oleh Allah.

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Nenek Moyang)

ZAINAL ABIDIN SYAMSUDDIN Lc. M.M

Tulisan Al-Ustadz Zainal Abidin Syamsuddin, Lc, MM hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/1401460410089722/posts/2400608160174937/

Perhatikan Izin Suamimu

Perhatikan Izin Suamimu
Perhatikan Izin Suamimu

Ar-Raudhoh || الروضة:
*Perhatikan Izin Suamimu, Jangan Kau Anggap Sepele*

@fuadhbaraba

📖 Hadits keempat puluh tiga dari buku 100 hadits tentang *Wanita*

Ketahuilah bahwa pasangan suami isteri yang serasi adalah pasangan yang membangun hubungan rumah tangga mereka di atas pilar ketakwaan kepada Allah Ta'ala.

(Baca Juga : Boleh Isbal Kalau Tidak Sombong?)

Kemudian masing-masing pasangan menunaikan hak dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.

Di antara hak suami yang wajib untuk dipenuhi oleh isterinya adalah selalu siap untuk memenuhi keinginan suami kapanpun dia mau.

Bahkan seorang isteri tidak boleh berpuasa sunnah saat suaminya ada, tanpa seizinnya. Dan tidak boleh mengizinkan orang lain masuk rumah tanpa izin suami, dan tidak menginfakkan harta tanpa perintah suaminya. Sebagaimana penjelasan hadits berikut,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنَ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ ، وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ نَفَقَةٍ عَنْ غَيْرِ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ يُؤَدَّى إِلَيْهِ شَطْرُهُ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

*Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwasanya rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:*

*_"Tidak halal bagi seorang isteri untuk berpuasa ketika suaminya ada di rumah, kecuali dengan izinnya. Dan dia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk rumah suami tanpa izin darinya. Dan jika dia menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami mendapat setengah pahalanya"._* (HR. Muttafaq 'alaih).

Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa seorang isteri harus selalu memperhatikan suaminya, bahkan untuk beribadah saja yaitu puasa sunnah ketika suami ada di rumah dia harus meminta izin suaminya.

Maka untuk hal-hal yang tidak bernilai ibadah dia harus lebih memperhatikan hak suaminya, bukan malah mencuekannya, seperti bermain gadget dan lain-lain.

(Baca Juga : Islam Teroris, Al-Quran Berbahaya)

Allahu a'lam.

Semoga  bermanfaat bagi kita semua...

Join Telegram Channel Ar-Raudhoh: https://t.me/fuadhbaraba79

Tulisan Al-Ustadz Fuad Hamzah Baraba, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1457193017756756&substory_index=0&id=100003982154800

Jihad Yang Terbaik Bagi Wanita

Jihad Yang Terbaik Bagi Wanita
Jihad Yang Terbaik Bagi Wanita

Ar-Raudhoh || الروضة:
*Sebaik-Baiknya Jihad Bagi Wanita Adalah Haji Yang Mabrur*

@fuadhbaraba

📖 Hadits keempat puluh empat dari buku 100 hadits tentang *Wanita*

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya haji itu merupakan ibadah yang berhubungan dengan harta dan jiwa. Dan ibadah haji itu akan mendatangkan pengaruh positif bagi setiap individu dan masyarakat.

(Baca Juga : 23 Ayat Al-Quran Tentang Perempuan)

Bahkan ibadah haji itu merupakan Muktamar Islam Internasional. Maksudnya adalah, bahwa umat Islam dari seluruh penjuru dunia berkesempatan untuk bertemu dan saling mengenal di sana, ketika melaksanakan manasik ibadah haji.

Dan ibadah haji merupakan ibadah yang pahalanya sangat besar sekali, di mana orang yang melaksanakan ibadah haji, akan mendapatkan balasan berupa surga...

Dan ibadah haji adalah amalan yang paling utama, bahkan haji disebut sebagai jihadnya para wanita.

Sebagaimana dijelaskan pada hadits berikut,

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ أَفَلَا نُجَاهِدُ؟ قَالَ: لَا لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ. الْبُخَارِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَةُ

*_"Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu'anha berkata: Wahai Rasulullah, kami (para wanita) melihat bahwa jihad adalah amalan paling utama. Apakah kami boleh ikut berjihad?"._*

*_"Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: Tidak. Akan tetapi, jihad yang paling utama bagi kalian adalah haji mabrur"._* (HR. Al-Bukhari, An-Nasai, dan Ibnu Majah).

Hadits yang mulia ini menunjukan kepada kita bahwa jihadnya wanita, adalah melaksanakan ibadah haji. Bahkan itu merupakan sebaik-baik jihad bagi wanita.

(Baca Juga : 11 Ayat Al-Quran Tentang Zina)

Allahu a'lam.

Semoga  bermanfaat bagi kita semua...

Join Telegram Channel Ar-Raudhoh: https://t.me/fuadhbaraba79

Tulisan Al-Ustadz Fuad Hamzah Baraba, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1460305000778891&substory_index=0&id=100003982154800

Tawakkal Dengan Rezeki Allah

Tawakkal Dengan Rezeki Allah
Tawakkal Dengan Rezeki Allah

@fuadhbaraba

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: حدثنا رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو الصادق المصدوق أن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح و يؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه و أجله وعمله وشقي أو سعيد

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata : Rasulullah menghabarkan kepadaku –dan beliau adalah seseorang yang jujur lagi terpercaya- :

“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai air mani, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian akan diutus kepadanya seorang malaikat yang akan meniupkan ruh padanya, dan dia diperintahkan untuk melakukan empat perkara yaitu: menulis rizqinya, ajalnya, amalnya serta apakah dia nanti sengsara ataukah bahagia.” (HR. Al-Bukhari Muslim)

(Baca Juga : Prinsip Dakwah Salafiyyah)

أهم يقسمون رحمت ربك نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا ورفعنا بعضهم فوق بعض درجات ليتخذ بعضهم بعضا سخريا ورحمة ربك خير مما يجمعون

"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (az-Zukhruf :32).

الشيطان يعدكم الفقر ويأمركم بالفحشاء

"Sesungguhnya syaitan menjanjikan kepada kamu kefakiran dan menyuruh kamu melakukan kejahatan dan kekejian". (QS. Al-Baqarah:268).

عن عمر بن الخطاب رَضَِيَ اَللهَُ عََنْه، عن النَّبيِّ صَلَّى اللهَُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: (( لو أنَّكم توكَّلون على الله حقَّ توكله لرزقكم كما يرزق الطير، تغدو خماصاً، وتروحُ بطاناً )) رواه الإمام أحمد والترمذي والنسائي وابن ماجه وابن حبان في صحيحه والحاكم، وقال الترمذي:  حسن صحيح

Dari Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian, seperti Allah memberikan rezeki
kepada seekor burung. Ia pergi (dari sarangnya) di pagi hari dalam keadaan perut yang kosong (lapar), dan kembali (ke sarangnya) di sore hari dalam keadaan perut yang penuh (kenyang)”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban dalam Shahih-nya, dan Al-Hakim. Dan At-Tirmidzi berkata, “Hasan Shahih”.

Allah Ta'ala berfirman:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah:268).

(Baca Juga : Akibat Bermaksiat di Kala Sepi)

Allahu a'lam.

Semoga  bermanfaat bagi kita semua...

Join Telegram Channel Ar-Raudhoh: https://t.me/fuadhbaraba79

Tulisan Al-Ustadz Fuad Hamzah Baraba, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2270823336331383&id=2244264668987250

Menjelaskan Al-Haq dan Mencegah Kemungkaran

Menjelaskan Al-Haq dan Mencegah Kemungkaran
Menjelaskan Al-Haq dan Mencegah Kemungkaran
#DIANTARA_PRINSIP_AHLIS_SUNNAH
#MANHAJ_ULAMA_BUKAN_JUHALA'

Termasuk prinsip Ahlis Sunnah adalah menjelaskan Al Haq dan mengingatkan umat dari bahaya kemungkaran.

dan ini yang disebutkan para ulama Ahlis sunnah dalam kitab kitab aqidah. seperti perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

ثُمَّ هُمْ مَعَ هَذِهِ الْأُصُولِ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ ، وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ عَلَى مَا تُوجِبُهُ الشَّرِيعَةُ

"Kemudian bersamaan dengan prinsip prinsip ini, (ahlis sunnah) juga menyerukan kepada yang ma'ruf dan mencegah dari kemungkaran sesuai yang dibenarkan syariat". (Al Wasitiyah hal. 291 -Syarah Syaikh Al Harras-).

(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Tauhid)

sampai pada zaman ini juga ulama ahlis sunnah terus mengingatkan hal seperti itu, sebagaimana perkataan Syaikh Bin Baz rahimahullah :

فَإِنَّ مِنْ أَهَمِ الْمُهِمَّاتِ وَأَفْضَلِ الْقُرُبَات التَّنَاصُح وَالتَّوْجِيهُ إلَى الْخَيْرِ وَالتَّوَاصِي بِالْحَقِّ وَالصَّبْرِ عَلَيْهِ، وَالتَّحْذِيرُ مِمَّا يُخَالِفُهُ وَيُغْضِبُ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ وَيبَاعِدُ عَن رَحْمَتهِ

"Sesungguhnya termasuk perkara yang paling penting dan ibadah yang paling utama adalah saling memberi nasehat dan pengarahan kepada kebaikan, dan saling berwasiat dalam kebaikan dan kesabaran di atas al haq. serta mengingatkan (umat) dari perkara yang menyelisihi al haq dan perkara yang di murkai Allah Azza Wa Jalla, dan yang menjauhkan dari rahmatNya". (Al Amru bil ma'ruf hal. 5).

berkata Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah :

الدَّاعِيَةُ الَّذِي لَا يُحَذِّرُ مِنْ دُعَاةِ الضَّلَالِ يُعْتَبَرُ مِنَ الكَاتِمِينَ لِلعِلْمِ

"Seorang Dai yang tidak mengingatkan dari (bahaya) dai dai yang sesat termasuk menyembunyikan ilmu". (Syarah Ighatsatul lahfan 02/03/1437 H).

dan diantara kemungkaran yang dianggap biasa, bahkan dijadikan sebagai "jihad" oleh sebagian orang adalah perkara "aksi demo", padahal tidak diragukan lagi akan mafsadah yang terjadi akibat demo. oleh sebab itu para ulama ahlis sunnah benar benar sangat keras pengingkarannya dalam masalah ini.

bahkan tidak heran jika diantara ulama ahlis sunnah berfatwa bahwa demo adalah madzhab khawarij, bahwa demo adalah bentuk khuruj kepada pemimpin.
seperti As Syaikh Al 'Allamah Shalih Al Fauzan hafidzahullah, As Syaikh Al Muhaddits Abdul Muhsin Al Abbad hafidzahullah, As Syaikh Ubaid Al Jabiri hafidzahullah dan yang lain dalam kitab kitab fatwa manhajiyah membahas permasalahan kontemporer.

tapi hal seperti ini tidak akan membuat semua orang senang dan menerima karena beberapa sebab, diantaranya :
1. Ketidak tahuan mereka akan prinsip aqidah dan manhaj ahlis sunnah
2. Banyaknya syubhat di tengah tengah mereka
3. Banyaknya penyeru kepada demo dengan menghiasi berbagai dalih
4. Ikut ikutan tanpa hujjah syar'i
5. Mengedepankan akal dari naql

(Baca Juga : 13 Ayat Al-Quran Tentang Budak)

oleh sebab itu ketika para ulama menghukumi bahwa demo adalah madzhab khawarij, tidak serta merta langsung menghukumi perorangan/individu sebagai khawarij. karena hukum untuk individu harus terpenuhi syarat syarat dan ditegakkan hujjah.

sebagaimana para ulama ahlis sunnah ketika mengatakan bahwa ta'wil ayat sifat adalah madzhab asya'irah, maturidiyah. tetapi tidak semua yang tergelincir dalam menta'wil harus dihukumi sebagai asy'ari sesat.
begitulah para ulama dalam menerapkan hukum muthlaq dan mu'ayyan.

لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"kalau mereka mengetahui".

tapi..
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

"tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui".

apa tujuan ulama mengatakan demikian? tujuannya sebagai nasehat untuk mengajak umat meninggalkan bid'ah bid'ah dan agar mereka lari dari kesesatan ahlil bida'.

inilah kasih sayang ahlis sunnah.. mereka menginginkan hidayah sunnah kepada umat ini terlebih kepada orang orang terdekatnya, agar mereka selamat dan nantinya bisa bersama sama menikmati indahnya di atas sunnah.

semoga Allah membimbing kita diatas sunnah dan dijauhkan dari segala fitnah.

#Silahkan_fatwa_ulama
#Ini_manhaj_ulama
#Bukan_manhaj_juhala'

(Baca Juga : 7 Ayat Al-Quran Tentang Sutera)

Syaikh Shalih Al Fauzan :

https://www.youtube.com/watch?feature=youtu.be&v=eo9PDNi-5bs

Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad :

 https://www.youtube.com/watch?v=elpjZ9-Ox70&feature=youtu.be

Tulisan Al-Ustadz Muhammad Alif, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=458205044749163&id=100016790144202

Kufur Nikmat Sebab Kezaliman Penguasa

Kufur Nikmat Sebab Kezaliman Penguasa
Kufur Nikmat Sebab Kezaliman Penguasa

🔊Berkata Syaikh DR. Su'ud bin Abdul Aziz Ad Di'jan hafidzahullah (Dosen Aqidah UIM) :

Kufur nikmat adalah mengingkarinya dengan tidak mensyukuri nikmat nikmat dengan lisan, hati dan anggota badan, ini sebab terbesar hilangnya nikmat dan turunnya adzab yang disegerakan di dunia sebelum di akhirat.
sebagaimana firman Allah :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih". (Qs. Ibrahim : 7).

(Baca Juga : Fakta Al-Quran Menjelaskan Segala Sesuatu)

Ini menunjukkan bahayanya kufur nikmat karena termasuk dosa paling besar, oleh sebab itu Allah mengancam bagi siapa saja yang mengkufuri nikmatnya dengan adzab yang pedih.
realita kaum muslimin hari ini -sangat disayangkan sekali- (banyak) yang kufur nikmat. sebagaimana firman Allah :

وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

"Tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur". (Qs. Al Baqarah : 243).

dan firmanNya :

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

"Sesungguhnya manusia itu, sangat dhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)". (Qs. Ibrahim : 34)

dan firmanNya :

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ

"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya". (Qs. Al 'Adiyat : 6). yaitu ingkar dan kufur.

Dan sesungguhnya fitnah-fitnah, kekacuan, hilangnya rasa aman, banyak nyawa dan harta melayang yang sedang menimpa banyak negeri-negeri kaum muslimin hari ini adalah akibat dari kufur nikmat dan tidak mensyukurinya.
yang demikian itu terjadi ketika rakyat di negeri negeri kaum muslimin keluar dari ketaatan pemimpinnya dan memberontak karena melihat kepada negeri-negeri yang lain yang Allah berikan kelebihan kepada negeri mereka dalam urusan dunia, ini jelas menyelisihi sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

 إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ

"Jika salah seorang diantara kalian melihat kepada orang diberikan kelebihan harta dan penampilan lahiriah, maka hendaklah ia melihat orang yang berada di bawahnya". (HR. Bukhari no. 6125).

dalam riwayat lain :

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

"Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian". (HR. Muslim no. 2963).

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Sumpah)

Mereka tidak ridha dan tidak puas dengan apa yang telah Allah berikan dari berbagai nikmat-nikmatNya yaitu tiga nikmat yang sebanding dengan dunia dan isinya. sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu alaihi wasallam :

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya". (HR. Tirmidzi no. 2346, dan dishahihkan Syaikh Al Albani).

Mereka mengkufuri dan mengingkarinya karena mereka menginginkan yang lain dari kenikmatan dunia, maka keluar menuntut kepada pemimpin/pemerintah dengan dalih menghilangkan kedhaliman dan menuntut hak-hak mereka yang dirampas, (padahal) tuntutan itu semua tentang dunia bukan urusan akhirat. yang demikian jelas menyelisihi perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk bersabar dalam menghadapi pemimpin yang dhalim dan tidak memberontak.
sebagaimana wasiat Nabi shallallahu alaihi wasallam :

 سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أُثْرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ

"Sesungguhnya kalian setelahku nanti akan menjumpai pemimpin yang mementingkan hak pribadinya (korupsi, nepotisme), maka bersabarlah sampai kalian berjumpa aku di Haudh (telaga)". (HR. Bukhari no. 1052 dan Muslim no. 1843).

Berkata 'Ubada bin As Shamit radiyaAllahu anhu :

بَايَعْنَا رَسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَلَى السَّمعِ والطَّاعَةِ في العُسْرِ وَاليُسْرِ والمَنْشَطِ والمَكْرَهِ، وَعلى أَثَرَةٍ عَليْنَا، وعَلَى أَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْراً بَوَاحاً عِنْدكُمْ مِنَ اللَّه تعالَى فِيهِ بُرهانٌ، وَعَلَى أنْ نَقُولَ بالحقِّ أينَما كُنَّا لاَ نخافُ في اللَّه لَوْمةَ لائمٍ

"Kami berbai’at kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan sulit ataupun mudah, juga dalam keadaan giat atau malas, juga agar kita semua lebih mengutamakan kepentingan orang lain dari diri sendiri. Selain itu pula supaya kita tidak merebut kekuasaan dari orang-orang yang berhak, kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata disisi kalian, berdasarkan dalil dari Allah Ta'ala. Dan agar kita semua berkata benar di mana saja kita berada, tidak takut untuk mengatakan hak itu akan celaan dari orang yang suka mencela". (HR. Bukhari no. 7055 dan Muslim mo. 1840).

Tetapi malah mereka keluar memberontak pemimpinnya dan tidak sabar maka yang demikian itu merupakan kufur nikmat, walhasil Allah ganti nikmat aman dan damai menjadi rasa takut dan tidak tenang, Allah ganti nikmat rizqi dengan kelaparan dan krisis ekonomi dan banyak nyawa yang melayang.
sebagaimana Allah berfirman :

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat". (Qs. An Nah: 112).

(Baca Juga : Inilah Pekerjaan Para Nabi Allah)

WaAllahu A'lam.

اللهم وفق ولاة أمورنا لما تحب وترضى وأصلح بطانتهم واحفظ بلادنا وسائر بلاد المسلمين وبارك أهلها

📚Wujub tha'atis sulthan fi ghairi 'ishyan hal. 60-63.
📔Kitab ini sangat bagus ringkas hanya 72 halaman tapi mencakup permasalahan prinsip Ahlis sunnah dalam taat penguasa, diberi kata pengantar oleh As Syaikh Al 'Allamah DR. Shalih bin Sa'ad As Suhaimiy hafidzahullah.
📖Sangat cocok dikaji setelah ramadhan untuk mengingatkan umat akan prinsip penting ini.
📝@/Serpong/06/06/19M/02/Syawal/1440H.

Tulisan Al-Ustadz Muhammad Alif, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=450725195497148&id=100016790144202