Showing posts with label Tulisan Para Ustadz. Show all posts
Showing posts with label Tulisan Para Ustadz. Show all posts

Arogansi Yang Mendatangkan Petaka

Arogansi Yang Mendatangkan Petaka
Arogansi Yang Mendatangkan Petaka

Ibnul-Qayyim mengutip dari al-Zuhd, karya Imam Ahmad: 


عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ: أَنَّهُ لَمَّا رَكِبَهُ الدَّيْنُ اغْتَمَّ لِذَلِكَ، فَقَالَ: إِنِّي لَأَعْرِفُ هَذَا الْغَمَّ بِذَنْبٍ أَصَبْتُهُ مُنْذُ أَرْبَعِينَ سَنَةً  


“Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, bahwa beliau pernah terjerat hutang yang menggelisahkan beliau. Maka beliau berkata, ‘Sungguh, saya tahu bahwa musibah ini disebabkan dosa yang saya lakukan empat puluh tahun lalu.’” 


Ibnul-Qayyim kemudian berkomentar, “Demikianlah, terkadang efek dosa tidak menimpa secara langsung.” [Ref.: al-Da` wad-Dawa`, hlm. 53.] 


Dosa yang dimaksud oleh Ibn Sirin adalah beliau pernah merendahkan seseorang dengan berkata, “Hai, bangkrut!” 


(Baca Juga : Poin Penting Dalam Berdakwah)


Ibnul-Jauzy berkata, 


ومما ينبغي للعاقل أن يترصده وقوع الجزاء، فإن ابن سيرين قال: عيرت رجلًا فقلت: يا مفلس! فأفلست بعد أربعين سنةً


“Termasuk yang harus diwaspadai oleh orang bijak adalah terkena hukuman (sesuai jenis perbuatannya). Ibn Sirin pernah bertutur, ‘Saya pernah merendahkan seseorang dengan berkata, ‘Hai bangkrut,’ maka saya pun mengalami kebangkrutan setelah empat puluh tahun dari peristiwa tersebut.’” [Ref.: Shaidul-Khathir, hlm. 39.]


Imam al-Dzahaby juga menyebutkan secara lebih detail tentang kisah Ibn Sirin tersebut. Beliau juga mengisahkan bahwa ketika Abu Sulaiman al-Darany mendengar tentang hal itu, beliau berkomentar, 


قَلَّتْ ذُنُوْبُ القَوْمِ، فَعَرَفُوا مِنْ أَيْنَ أُتُوا، وَكَثُرَتْ ذُنُوْبُنَا، فَلَمْ نَدْرِ مِنْ أَيْنَ نُؤْتَى


“Dosa kaum Salaf tersebut sangatlah sedikit. Karena itulah mereka bisa mengetahui dosa mana yang menyebabkan musibah yang mereka alami. Sementara dosa kita sangatlah banyak, sehingga kita tidak tahu musibah yang kita alami itu disebabkan dari dosa yang mana.” [Ref.: Siyar A’lam al-Nubala`, vol. IV, hlm. 616.] 


* * * * * 


Ada kisah lain yang senada dengan itu. Sepasang suami istri hidup cukup mapan secara finansial. Pada suatu waktu, keduanya tengah bersiap menikmati hidangan ayam panggang di meja makan, ketika tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk oleh seorang pengemis. Sang istri sebenarnya ingin memberinya makanan, namun suaminya malah kemudian menghardik dan mengusir pengemis itu. 


Beberapa waktu kemudian, usaha si suami mengalami kebangkrutan. Kekayaannya sirna. Selain itu, karena perangai yang buruk, ia juga bercerai dengan istrinya. Sang wanita kemudian menikah lagi dengan seorang pria yang baik perangainya lagi hidup berkecukupan. 


Suatu ketika, wanita itu tengah bersiap menikmati hidangan ayam panggang di meja makan bersama suami barunya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seorang pengemis. 


Sang suami lalu berkata kepada istrinya, 


ادفعي إليه هذه الدجاجة


“Tolong berikan makanan kita kepadanya.”  


Istrinya pun melaksanakannya. 


Namun ketika kembali, ia menangis tersedu-sedu. 


“Apa yang membuatmu menangis?” tanya suaminya. 


“Pengemis tadi ternyata adalah mantan suamiku. Dahulu, kami juga pernah didatangi oleh pengemis ketika tengah menikmati hidangan seperti ini, lalu ia menghardik dan mengusir pengemis tersebut. Ternyata sekarang justru ia yang menjadi pengemis.” 


Suaminya berkata lembut, “Tahukah engkau, pengemis yang dulu diusirnya itu adalah aku.” 


[Ref.: al-Mustathraf fi Kull Fann Mustazhraf, vol. I, hlm. 27.] 


(Baca Juga : Tawakkal Dengan Rezeki Allah)


* * * * * 


Demikianlah, roda dunia berputar silih berganti. Kadang seseorang berada di atas dan kadang pula di bawah. Di samping itu, kisah-kisah nyata bahwa seseorang terkena dampak buruk yang selaras dengan arogansi dan ucapannya itu banyak jumlahnya dan bahkan bisa kita dapati di sekitar kita. Bahkan, bisa jadi sebagian kita pun pernah mengalaminya secara langsung.


Oleh karenanya, jika kita ditimpa musibah dan berbagai masalah, misalnya dalam hal finansial, karir, atau jodoh (seperti jodoh yang tak kunjung datang atau mendapatkan jodoh yang buruk akhlaknya), maka kita perlu introspeksi, bisa jadi itu merupakan dampak arogansi, perendahan dan kezaliman kita terhadap orang lain. 


Itulah sanksi di dunia. Adapun di akhirat, maka ancaman hukumannya jauh lebih mengerikan. Nabi (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda dalam hadisnya yang valid dan populer, 


لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر قال رجل إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة قال إن الله جميل يحب الجمال الكبر بطر الحق وغمط الناس


“Tidak akan masuk surga seorang yang dalam hatinya terdapat sebutir zarah dari kesombongan.” Para Sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya seseorang itu senang apabila baju dan sendalnya bagus.” Nabi menjawab, “Allah itu indah dan menyukai keindahan. Yang dimaksud dengan kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” [HR Muslim no. 147, dan lain-lain] 


Solusi agar terselamatkan dari sanksi di dunia dan akhirat adalah dengan tobat dari kesalahan. Demikianlah yang dilakukan antara lain oleh Nabi Yunus ketika ditimpa musibah, yaitu dimakan oleh ikan raksasa, dan kemudian Allah Ta’ala pun menyelamatkan beliau. Allah Ta’ala berfirman,  


فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ


“Maka Yunus pun menyeru dalam keadaan yang sangat gelap bahwa ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.’” [QS al-Anbiya`/21: 87]  


Demikian, Allahu a'lam. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca, juga terutama bagi penulisnya, agar lebih mampu menghindari kesalahan dimaksud.  


07/06/2021 


(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Jihad)


Tulisan Al-Ustadz Adni Kurniawan hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=10220205023577659&id=1289158161

Nasehat Salaf Untuk Mufti Medsos Salafi

Nasehat Salaf Untuk Mufti Medsos Salafi
Nasehat Salaf Untuk Mufti Medsos Salafi

NASEHAT PARA IMAM SALAF UNTUK MUFTI MEDSOS BERMANHAJ SALAF


-[1]- PESAN ULAMA SALAF


1️⃣ Ibnu Abbas & Ibnu Mas'ud - Radhiyallahu 'anhuma -


مَنْ أَفْتَى النَّاسَ فِيْ كُلِّ مَا يَسْأَلُوْنَهُ عَنْهُ فَهُوَ مَجْنُوْنٌ


" Barangsiapa yang berfatwa (memberikan jawaban) untuk semua pertanyaan (tentang agama) yang diajukan, maka (sebenarnya) dia orang gila. "


(Baca Juga : Siapakah Itu Kibar dan Shighar)


2️⃣ Abu Husain al-Asadi - Rahimahullah -


إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيُفْتِيْ فِيْ المَسْأَلَةِ لَوْ وَرَدَتْ عَلَى عُمَرَ ابْنِ الخَطَّابِ لَجَمَعَ لَهَا أَهْلَ بَدْرٍ


" Sesungguhnya salah seorang dari kalian berfatwa untuk sebuah pertanyaan, (yang mana) pertanyaan tersebut jika diajukan kepada Umar bin Khattab - Radhiyallahu anhu -, maka beliau akan mengadakan rapat bersama pasukan perang Badr. "


3️⃣ Khalil bin Ahmad - Rahimahullah -


إِنَّ الرَّجُلَ لَيُسْأَلُ عَنِ المَسْأَلَةِ وَيَعْجَلُ فِيٍ الجَوَابِ فَيُصِيْبُ فَأَذُمُّهُ، وَيُسْأَلُ عَنِ مَسْأَلَةٍ فَيَتَثَبَّتُ فِيْ الجَوَابِ فَيُخْطِئُ فَأَحْمَدُهُ


" Apabila seseorang ditanya sebuah permasalahan (dalam agama), lalu dia terburu-buru menjawabanya dan ternyata benar jawabannya, maka (orang itu) akan aku cela. (Namun), apabila dia teliti jawabannya, lalu ternyata salah, maka aku akan memujinya. "


4️⃣ Bisyr al-Haafii - Rahimahullah -


مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُسْأَلَ فَلَيْسَ بِأَهْلٍ أَنْ يُسْأَلَ


" Barangsiapa yang senang ditanya (soal agama), maka dia tidak pantas untuk ditanya (soal agama). "


5️⃣ Sufyan bin 'Uyainah - Rahimahullah -


أَجْسَرُ النَّاسِ عَلَى الفُتْيَا أَقَلُّهُمْ عِلْمًا


" Orang yang paling berani berfatwa (soal agama) biasanya orang yang paling cetek ilmunya. "


[Dinukil dari buku " Fadhu al-Ilmi " (hal.540-546 -dengan ringkas-), Dr. Muhammad bin Sa'id Ruslan, cet. Dar Alamiyyah]


(Baca Juga : Khidmat Kepada Orang-Orang Shalih)


-[2]- Pesan saya - sebagai hamba Allah yang lemah - kepada segenap ikhwan & akhwat salaf, panitia-panitia kajian sunnah yang sering berfatwa di media sosial dengan membawa ustaz-ustaz sepuh dan ternama, berhentilah berfatwa di media sosial, jangan mudah mengatakan, " Bismillah, bantu jawab akh/ukh ". 

Tugas kalian bukan memberikan fatwa di media sosial, tapi tugas kalian adalah belajar agama dengan tekun, agar tidak terkena fitnah syubhat & syahwat.


Tulisan Al-Ustadz Ragil Juliantoro hafidzhahullah

Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=114328287478416&id=100067037351373

Sisi Lain Kata "'Ala Bashiroh"

Sisi Lain Kata "'Ala Bashiroh"
Sisi Lain Kata "'Ala Bashiroh"

 

SISI LAIN KATA عَلَى بَصِيْرَةٍ DALAM QS. YUSUF : 108


-[1]- Allah - Ta'ala - berfirman, 


قُلۡ هَـٰذِهِۦ سَبِیلِیۤ أَدۡعُوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِیرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِیۖ وَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَاۤ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ


" Katakanlah (Muhammad), " Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah DENGAN BASHIRAH. Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang berbuat syirik ". (QS. Yusuf : 108).


-[2]- Kata بَصِيْرَةٌ dalam bahasa arab merupakan akar kata dari بَصُرَ - يَبْصُرُ yang memiliki beberapa makna, yaitu : 1️⃣ pengetahuan yang sangat kuat, 2️⃣ kemantapan (keistikamahan) hati, 3️⃣ cahaya hati yang dapat melihat batin dari suatu hal, 4️⃣ kecerdasan, 5️⃣ bukti yang valid, 6️⃣ ibrah (pelajaran), 7️⃣ khibrah (pengalaman), 8️⃣ pengawasan (yang ketat), 9️⃣ jelas & nyata, 🔟 teliti.


[Lihat " Mu'jamul Wasith " (hal.60)]


(Baca Juga : Imam Sholat Sambil Membuka Mushaf)


-[3]- Sisi lain dari kata بَصِيْرَةٌ adalah " فِرَاسَةٌ (firasat) ". 


Imam Ibnu Qayyim - Rahimahullah - menjelaskan - tentang firasat -, 


" Bashirah dapat menumbuhkan firasat yang jujur di dalam hati. FIRASAT ADALAH CAHAYA YANG ALLAH BERIKAN KE DALAM HATI, sehingga dapat membedakan kebenaran & kebatilan, kejujuran & kebohongan.

FIRASAT ORANG-ORANG YANG JUJUR DAN MENGENAL ALLAH AKAN TERHUBUNG DENGANNYA, TERHUBUNG DENGAN CAHAYA WAHYU & CAHAYA IMAN.

Dia mampu membedakan pelbagai macam perkataan & perbuatan yang diridhai maupun yang dibenci oleh Allah. Dia juga mampu membedakan antara yang bagus & yang jelek, yang benar & yang batil, yang jujur & yang dusta. "


[Diringkas dari kitab " Madaarij as-Salikiin " (jilid 1/hal.148-150), tahqiq : Syaikh Muhammad Mu'tashim Billah, cet.Dar Kitab al-Arabi]


⚫ KESIMPULAN 


1. Firasat merupakan buah dari bashirah itu sendiri. TIDAK ADA SEORANG PUN YANG MENDAPATKAN FIRASAT YANG TAJAM KECUALI ORANG-ORANG YANG TAUHIDNYA KEPADA ALLAH BETUL-BETUL MURNI, HATINYA BENING, JIWANYA BERSIH, LISANNYA JUJUR, BERTAKWA, WARA', & BERILMU. Firasat tidak akan pernah bisa didapatkan dengan titel/gelar akademik, tidak akan pernah bisa didapatkan dengan uang, tidak akan pernah bisa didapatkan dengan bantuan seseorang. 


2. Hampir-hampir tidak kita dapatkan sosok yang memiliki بَصِيْرَةٌ dengan kandungan-kandungan makna yang mengiringinya serta sisinya yang lain yaitu فِرَاسَةٌ (firasat), melainkan - semuanya itu ada pada - USTAZ YAZID BIN ABDUL QADIR JAWAS & USTAZ ABDUL HAKIM BIN AMIR ABDAT - Semoga Allah memanjangkan umur mereka, dan memberkahi dakwah salaf mereka -.

Jasa-jasa mereka untuk dakwah salaf tidak akan mampu kita bayar dengan apapun juga.

 

(Baca Juga : Kedudukan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)


Tulisan Al-Ustadz Ragil Juliantoro hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=114692684108643&id=100067037351373

Sepucuk Surat Untuk Para Pedagang

Sepucuk Surat Untuk Para Pedagang
Sepucuk Surat Untuk Para Pedagang


Imam Ibnu Qudamah - Rahimahullah - mengatakan, 


Selayaknya para pedagang agar memperhatikan 6 hal berikut ini : 


1️⃣ Niat yang baik ketika berdagang.

Hendaknya pedagang berniat untuk menjaga diri dari meminta-minta kepada manusia, menahan -diri- dari ketamakan manusia, mencukupi kebutuhan keluarga, agar dengan sebab itu dia termasuk golongan orang-orang yang berjihad, dan hendaknya pula berniat untuk menasihati kaum muslimin.


(Baca Juga : Jadilah Muslim Yang Produktif)


2️⃣ Hendaknya meniatkan dalam bekerja dan berdagang itu untuk menegakkan kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang sifatnya kifayah, karena jika keduanya ditinggalkan, lapangan pekerjaan akan hilang.

Hanya saja ada pekerjaan yang sifatnya urgen, dan ada juga pekerjaan yang sifatnya sebagai hiasan atau sekedar mencari kenikmatan -saja-.

Maka, hendaknya sibukkan untuk pekerjaan yang lebih urgen, agar pekerjaan ini cukup dari kaum muslimin yang lain.


3️⃣ Pasar dunia tidak menghalanginya untuk (meraih) pasar akhirat.

Pasar akhirat adalah masjid, maka seyogyanya jadikanlah waktu pagi hari untuk pasar akhirat, dengan merutinkan wirid-wirid/dzikir-dzikir.


4️⃣ Selalu berdzikir kepada Allah - Ta'ala - di pasar, serta sibuk dengan tasbih (mengucapkan سُبْحَانَ اللّٰهِ) dan tahlil (mengucapkan لاَ إِلٰهٕ إِلاَّ اللّٰهُ)


5️⃣ Jangan sampai terlalu bersemangat untuk pasar dan perdagangan. Janganlah menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar, dan jangan menjadi orang yang terakhir keluar darinya.


6️⃣ Tidak cukup hanya dengan menjauhi perkara-perkara yang haram, tapi hendaknya menjauhi tempat-tempat yang penuh syubhat dan keraguan. 


[Lihat " Mukhtashar Minhajul Qashidin " (hal.111-112), Imam Ibnu Qudamah, tahqiq : Syaikh Ali Hasan Al-Halabiy]


(Baca Juga : Kisah Menuntut Ilmu dan Seorang Istri)


Tulisan Al-Ustadz Ragil Juliantoro hafidzhahullaah


Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=115898887321356&id=100067037351373

Adab Untuk Menjaga Rahasia dan Tidak Kepo

Adab Untuk Menjaga Rahasia dan Tidak Kepo
Adab Untuk Menjaga Rahasia dan Tidak Kepo


Sahabat Anas - Radhiyallahu 'anha -, berkata : “ Rasulullah - shallallahu 'alaihi wa sallam - mendatangiku saat aku sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau - shallallahu 'alaihi wa sallam - mengucapkan salam kepada kami, kemudian beliau mengajakku untuk suatu keperluan. Oleh sebab itu, aku terlambat menemui ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya,  " Kenapa kamu terlambat? ", Aku pun menjawab, " Aku diperintah oleh Rasulullah - shallallahu 'alaihi wa sallam - untuk suatu keperluannya. ". Ibu bertanya, “ APAKAH KEPERLUAN BELIAU? ", Aku menjawab, “ ITU ADALAH RAHASIA. ” Ibuku berkata,


 لَا تُحَدِّثَنَّ بِسرِّ رَسُوْلِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – أَحَداً 


“ KALAU BEGITU JANGAN SEKALI-KALI ENGKAU MEMBERITAHUKAN RAHASIA RASULULLAH - SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM - TERSEBUT KEPADA SIAPAPUN JUGA. ” Anas berkata, “ Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.” 


[HR. Bukhari (no.6289) -secara ringkas- & Muslim (2482) -dan ini lafazh Muslim]


(Baca Juga : Pentingnya Meluruskan Niat)


PELAJARAN HADIS


1️⃣ Keutamaan Anas bin Malik, sosok yang lemah lembut, amanah, menepati janji, dan menjaga rahasia Rasulullah ketika hidup maupun sudah wafat.


2️⃣ Bagusnya pendidikan Ummu Sulaim kepada anaknya (Anas bin Malik). Beliau mewasiatkan kepadanya agar tidak menyebarkan rahasia Rasulullah - shallallahu 'alaihi wa sallam -.


3️⃣ Menyembunyikan rahasia sesama saudara dan tidak menyebarkannya merupakan akhlak dan adab islami.


[Lihat " Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhusshalihin " (jilid 2, hal.14-15), Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilaly, cet. Dar Ibn Jauzi]


(Baca Juga : Adab Penuntut Ilmu Terhadap Dirinya)


Tulisan Al-Ustadz Ragil Juliantoro hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=115896837321561&id=100067037351373

Siapa Yang Merekomendasikannya?

Siapa Yang Merekomendasikannya?
Siapa Yang Merekomendasikannya?


 مَنْ زَكَّاهُ؟

SIAPA YANG MEREKOMENDASIKANNYA?


-[1]- PENANYA : Saya mendengarkan pelajaran Syaikh Shalih bin Hamad Al-Ushaimi, & mendapat banyak manfaat darinya. Aku mulai menyebarkan pelajaran - pelajaran beliau kepada saudara-saudara (muslim) yang lain. Lalu ada salah seorang di antara mereka yang menyanggah dan bertanya kepadaku, " SIAPA YANG MEREKOMENDASIKAN BELIAU? ". Aku menjawab, "  Ketenaran dan permintaan (mengajarnya) sudah melimpah ruah. " 


Saudaramu tercinta Samir dari Al-Jazair.


(Baca Juga : Ta'ashub Seolah Membela Kebenaran)


⚫ SYAIKH MASYHUR HASAN SALMAN MENJAWAB :


" TIDAK LAYAK BAGI GURU-GURU BESAR yang mengajar di Al-Haramain asy-Syarifaini, dan orang-orang yang ingin menuntut ilmu kepada beliau datang dari berbagai penjuru, DITANYA " SIAPA YANG MEREKOMENDASIKANNYA? "


KETENARAN YANG BERASAL DARI PELBAGAI MACAM TULISAN SERTA PUJIAN-PUJIAN PARA MASYAIKH UNTUK BELIAU ITU SUDAH LEBIH DARI CUKUP.


Saudara kami " Syaikh Shalih al-Ushaimi " diberikan rekomendasi oleh para ulama besar (tersohor). Beliau memiliki banyak sekali guru besar (masyaikh), dan guru-guru besar beliau sangat terkenal di dunia ini.


MENCARI-CARI SIAPA ORANG YANG MEREKOMENDASI BELIAU (DALAM MENGAJAR, BERDAKWAH, MENULIS, DLL) ADALAH PERBUATAN YANG ZALIM. " 


Wallahu Ta'ala A'lam.


(Baca Juga : Kesalahan Imam Atau 'Alim)


-[2]- Senada dengan hal tersebut, masih ada segelintir orang -bahkan penuntut ilmu- yang bertanya -dengan nada sindiran, satire, penolakan, dll- perihal 2 guru besar -dalam dakwah, ilmu, dan amal- Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas & Ustaz Abdul Hakim bin Amir Abdat, dengan pertanyaan, 


مَنْ زَكَّاهُمَا؟


" SIAPA YANG MEREKOMENDASI MEREKA BERDUA? "


Maka, kita katakan,


1️⃣ استفاضتْ شُهرَتُهُمَا واستفاضَ عليْهِمَا والطلب عليْهِمَا


" KETENARAN DAN PERMINTAAN (MENGAJARNYA) SUDAH MELIMPAH RUAH. "


2️⃣ الاسْتِفاضةُ والشهرةُ من وجودِ المؤلَّفَات وثناءِ الأسَاتِذَةِ عليْهِمَا تَكْفِيْ


" KETENARAN YANG BERASAL DARI PELBAGAI MACAM TULISAN SERTA PUJIAN-PUJIAN PARA USTAZ (UNTUK MEREKA BERDUA) SUDAH LEBIH DARI CUKUP. "


3️⃣ المُطَالَبَةُ بِمَنْ زَكَّاهُمَا مُطَالَبَةٌ فِيْهَا ظُلْمٌ.


" MENCARI-CARI SIAPA ORANG YANG MEREKOMENDASI MEREKA BERDUA (DALAM MENGAJAR, BERDAKWAH, MENULIS, DLL) ADALAH PERBUATAN YANG ZALIM. "


(Baca Juga : Ambil Ilmu Dari Syaikh Abu Auf, Syaikh Yazid Jawas dan Syaikh Abdul Hakim)


Tulisan Al-Ustadz Ragil Juliantoro hafidzhahullaah


Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=116633007247944&id=100067037351373

Perselisihan Itu Buruk

Perselisihan Itu Buruk
Perselisihan Itu Buruk


AL-KHILAAFU SYARR (PERSELISIHAN ITU BURUK) 


Kalimat di atas adalah ucapan dari seorang sababat nabi yang Mulia Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu. 


Kapan beliau mengucapkan kalimat tersebut??? 


Beliau mengucapkannya tatkala beliau harus melakukan apa yang diyakininya menyelisihi sunnah nabi, tapi demi persatuan beliau melakukannya


Bagaimana kisahnya? Simak riwayat berikut:


عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ صَلَّى عُثْمَانُ بِمِنًى أَرْبَعًا فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- رَكْعَتَيْنِ وَمَعَ أَبِى بَكْرٍ رَكْعَتَيْنِ وَمَعَ عُمَرَ رَكْعَتَيْنِ ... وَمَعَ عُثْمَانَ صَدْرًا مِنْ إِمَارَتِهِ ثُمَّ أَتَمَّهَا. ...  فَلَوَدِدْتُ أَنَّ لِى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ مُتَقَبَّلَتَيْنِ. 

قَالَ الأَعْمَشُ :فَحَدَّثَنِى مُعَاوِيَةُ بْنُ قُرَّةَ عَنْ أَشْيَاخِهِ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ صَلَّى أَرْبَعًا،قَالَ:فَقِيلَ لَهُ:عِبْتَ عَلَى عُثْمَانَ ثُمَّ صَلَّيْتَ أَرْبَعًا !!

قَالَ: الْخِلاَفُ شَرٌّ".

أخرجه أبو داود(1962)،والبيهقي(5641


Dari Abdurrahman bin Yazid: Utsman bin Affan  Radhiyallahu anhu pernah sholat 4 rakaat (ketika safar) di Mina,  maka Abdullah bin Mas'ud berkata: aku pernah sholat safar bersama rasulullah,  beliau melakukannya hanya dua rokaat,  dengan Abu Bakar dua Rakaat,  dengan Umar dua rakaat, dan di awal2 pemerintahan ustman dua rakaat.


Kemudian ustman menggenapkannya menjadi 4 rakaat. Saya berharap di antara 4 rakaat itu,  sholatku diterima 2 rakaat. 


Abdullah bin mas'ud ditanya mengapa anda mencela ustman yang sholat 4 rakaat ketika safar,  tapi anda sendiri ikut sholat 4 rakaat? Beliau menjawab:"AL-KHILAAFU SYARR" PERSELISIHAN ITU BURUK.  (HR.  Abu Dawud:1962) 


(Baca Juga : Banyak Berdoa di Masa Fitnah)


 Disebutkan pula dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, Abdullah bin Mas'ud menyatakan:


“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. 


Aku shalat bersama Nabi di Mina dua rakaat, bersama Abu Bakr di Mina dua rakaat, bersama Umar ibnul Khaththab dua rakaat.


فَلَيْتَ حَظِّي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَانِ مُتَقَبَّلَتَانِ


Andaikata bagianku dari empat rakat, dua rakaat yang diterima (oleh Allah).”


Abdullah bin Mas'ud sampai beristirja',  hal ini menunujukan bahwa yang dilakukan ustman tidaklah tepat dalam pandangan abdullah bin Mas'ud. Tapi hal itu tidak menghalangi beliau untuk shalat 4 rakaat bersama ustman demi persatuan. 


Barangkali inilah yang juga menjadi dasar fatwa al-Imam Ahmad dan al-Imam al-Utsaimin dan imam-imam yang lainya dalam masalah bermakmum di belakang imam yang Qunut subuh. 


Wallahu a'lam


(Baca Juga : Adab Penting Penuntut Ilmu)


===================

Catatan:

1. Riwayat di atas tak bisa dijadikan dalil bolehnya persatuan di atas kebid'ahan

2. Riwayat di atas bukanlah sebuah celaan terhAdap ustman bin Affan

3. Subtansi dari stataus di atas tidak fokus pada masalah hukum sholat safar 4 rakaat dan kenapa Ustman melakukanya....karena itu membutuhkan penjelasan panjang, tapi subtansi yang ingin disampaikan adalah bagaimana sikap shahabat dalam menghadapi perbedaan.


Tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. MHI hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/fadlan.fahamsyah/posts/1928601600628445