Benarkah Allah Mempunyai Wajah?

Benarkah Allah Mempunyai Wajah?
Benarkah Allah Mempunyai Wajah?


AlQuranPedia.Org - Di antara aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala memiliki wajah. Hal ini tentu saja berdasarkan dalil Al-Quran dan hadits sahih yang jumlahnya sangatlah banyak.

Bahkan kenikmatan terbesar di surga adalah melihat wajah Allah ‘Azza Wa Jalla. Hal ini disebutkan dalam banyak ayat dan hadits sahih.

Adapun dalil di Al-Quran adalah sebagai berikut.

1
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Q.S. Al-Qiyaamah : 22-23)

2
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Yunus : 26)
3
Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya. (Q.S. Qaaf : 35)

4
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka. (Q.S. Al-Muthaffifiin : 15)

5
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Q.S. Ar-Rahmaan : 26-27)

Adapun dalil dari hadits yakni

1
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa manusia berkata: "Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Beliau menjawab: "Apakah kalian berdesak-desakan ketika melihat bulan pada malam purnama di saat tidak ada awan di bawahnya?" Mereka menjawab: "Tidak, ya Rasulullah?" Beliau berkata: "Apakah kalian pun berdesak-desakan ketika melihat matahari di saat tidak ada awan?" Mereka menjawab: "Tidak." Beliau berkata: "Maka sesungguhnya kalian akan melihat-Nya seperti itu." (HR. Bukhari 764).

2
Dari Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)? Maka mereka menjawab, "Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?". Maka (pada waktu itu) Allah membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Maha Mulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada melihat (wajah) Allah Ta’ala”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat berikut, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (Q.S. Yunus : 26) (HR. Muslim)

3
Imam Bukhari rahimahullah berkata, "Bab firman Allah Ta'ala, 'Segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya." (QS. Al-Qashash: 88)"

Kemudian beliau meriwayatkan hadits Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, 'Ketika turun ayat berikut,

"Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu."... (Q.S. Al-An'aam : 65)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Aku berlindung dengan wajah-Mu." Lalu diturunkan lagi ayat kelanjutannya,

"Atau dari bawah kakimu." (QS. Al-An'am: 65)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Aku berlindung dengan wajah-Mu." Lalu diturunkan lagi ayat kelanjutannya,

"atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)." (Q.S. Al-An'aam : 65)

Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Ini perkaranya mudah." (HR. Bukhari)
4
Doa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ

[As-aluka ladzdzatan nazhor ila wajhik, wasy-syauqo ilaa liqo’ik] “Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia). (HR. An-Nasa’i, Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Hakim, disepakati oleh Adz-Dzahabi dan Syaikh Al-Albani dalam Zhilalul Jannah fii Takhrijis Sunnah (no. 424).

Para ‘ulama kita juga menjelaskan mengenai melihat wajah Allah ini.

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah di zamannya, menegaskan ideologi Ahlussunnah yang agung ini dalam ucapan beliau, “(Termasuk prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah adalah kewajiban) mengimani (bahwa kaum mu’minin) akan melihat (wajah Allah Ta’ala yang maha mulia) pada hari kiamat, sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih” (Kitab “Ushuulus sunnah” (hal. 23, cet. Daarul manaar, Arab Saudi)

Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah berkata, "Kami dan seluruh ulama kami, baik dari Hijaz, Tihama, Yaman, Irak, Syam, Mesir, mazhab kami adalah bahwa kami menetapkan bagi Allah apa yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami tetapkan hal itu dengan lisan kami dan kami benarkan dalam hati kami, tanpa menyerupai wajah Pencipta kami dengan wajah seorang pun dari kalangan makhluk. Maha suci Tuhan kami dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Maha suci Tuhan kami dari pendapat orang-orang yang tidak mempercayai adanya sifat Allah." (Kitab Tauhid, 1/18)

Al-Imam Al-Hafidz Abul Fida Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ”(Kenikmatan) yang paling agung dan tinggi (yang melebihi semua) kenikmatan di surga adalah memandang wajah Allah yang maha mulia, karena inilah “tambahan” yang paling agung (melebihi) semua (kenikmatan) yang Allah berikan kepada para penghuni surga. Mereka berhak mendapatkan kenikmatan tersebut bukan (semata-mata) karena amal perbuatan mereka, tetapi karena karunia dan rahmat Allah”. (Kitab Tafsir Al-Quranul 'Adzhim karya Al-Hafidz Ibnu Katsir, (4/262).

Jadi jelaslah bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala mempunyai wajah. Namun sekali lagi, wajah Allah berbeda dengan wajah manusia. Karena Allah Ta’ala berbeda dengan makhluk-Nya.

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (Q.S. Asy-Syuura : 11)

Cukup bagi kita ayat secara zhahir mengatakan Allah memiliki wajah. Sungguh tidak tepat penafsiran segolongan orang yang mengatakan “wajah Allah” sebagai keridhoan Allah. Pertama, ulama telah menjelaskan bahwa wajah Allah adalah hakikat, bukan majas dan perumpamaan. Kedua, kalaulah wajah itu diartikan sebagai keridhoan, maka ini tidak tepat dengan do’a Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan banyak hadits yang telah kita sebutkan.

Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia).

Kita ganti menjadi

Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang keridhoan-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia)

Tidak tepat bukan? Kalau mereka mengingkari wajah Allah. Maka bagaimana dengan kenikmatan penghuni surga melihat wajah Allah? Apakah mereka mengingkari kenikmatan terbesar itu?

Semoga Allah lindungi kita dari akidah yang menyimpang. Semoga Allah beri hidayah kepada mereka yang berusaha mentakwil “wajah Allah”. Semoga kita tetap teguh di atas manhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan pemahaman para sahabat.

(Baca Juga : 39 Hadits Tentang Dajjal)

Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 4 Rabiul Akhir 1439 Hijriyah/22 Desember 2017 Masehi.


EmoticonEmoticon