8 Bukti Cinta Kepada Rasulullah

8 Bukti Cinta Kepada Rasulullah
8 Bukti Cinta Kepada Rasulullah

AlQuranPedia.Org – Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib bagi setiap muslim. Wajib kita mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang banyak sekali

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Tiga perkara yang membuat seseorang akan mendapatkan manisnya iman yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya; mencintai saudaranya hanya karena Allah; dan benci kembali pada kekufuran sebagaimana benci dilemparkan dalam api.” (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)

Bahkan pernah dikisahkan oleh seorang sahabat Nabi,

‘Abdullah bin Hisyam radhiyallahu 'anhu berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab radhiyallahu ’anhu. Lalu Umar berkata, ”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, ”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ’Umar berkata, ”Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, ”Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).” (HR. Bukhari no. 6632)


Apalah arti sebuah cinta namun tidak ada bukti, manis di bibir tetapi nyatanya amat pahit. Maka dari itu blog Al-Quran Pedia berusaha membahas sedikit tentang bagaimana kita menunjukkan bukti kecintaan kita terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu dimaksudkan agar kita benar-benar mencintai beliau, bukan hanya di lisan saja. Mari kita simak penjelasannya pada tulisan ini.

1. Mentaatinya
Mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah wajib. Bahkan perintah ini langsung turun dari langit, yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (Q.S. Al-Maa’idah : 92)

Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), (Q.S. Al-Anfaal : 20)

Mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mengerjakan apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangnya, karena apa yang diperintahkan dan dilarang Rasul berasal dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

2. Mengimani haditsnya
Bukti selanjutnya adalah dengan mengimani hadits yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apapun yang disampaikan Nabi, baik itu cocok atau tidak cocok untuk kita, suka atau tidak suka, logis ataukah tidak, maka wajib kita mengimani kebenarannya. Karena hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berasal dari wahyu yang Allah wahyukan kepadanya.

Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Q.S. An-Najm : 1-4)

3. Melestarikan sunnahnya, mencontoh beliau dan tidak mengerjakan bid’ah
Di antara bukti yang paling nampak kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melestarikan sunnahnya dan mencontoh beliau dalam segala aspek kehidupan.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzaab : 21)

Kalau kita mencintai seseorang maka kita pasti akan berusaha mengikuti semua tingkah lakunya dan mengerjakan apa yang dikerjakannya. Maka dari itu sudah sepatutnya kita yang mengaku mencintai beliau dan mengaku sebagai umatnya agar melestarikan sunnah-sunnah beliau dan tidak mengerjakan perbuatan yang tidak ada contohnya dari beliau. Hal itu dikarenakan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau dan sejelek-jelek perbuatan adalah perbuatan yang diada-adakan yang tidak pernah dikerjakan Nabi dan tidak dicontohkan beliau.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca ketika khutbah, “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim no. 867)

Jangan sepele dengan amalan sunnah. Mungkin ada beberapa sunnah nabi yang hukumnya tidak wajib, akan tetapi dengan itulah kita membuktikan cinta kita kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Allah Ta’ala sudah menyiapkan ganjaran besar bagi mereka yang mengerjakan sunnah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“ (HR. Ibnu Majah (no. 209), pada sanadnya ada kelemahan, namun hadits ini memiliki banyak pengkuat sehingga Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam kitab “Shahih Ibnu Majah” no. 173)

Mengerjakan sunnah Rasulullah juga harus diiringi dengan penolakan kita untuk berbuat sesuatu yang baru dalam agama yang tidak pernah dicontohkan beliau atau yang diistilahkan dengan bid’ah. Kalau kita berbuat bid’ah maka kita melakukan dosa yang luar biasa besar, karena dengan kita berbuat bid’ah berarti kita mengaku lebih tahu tentang ibadah daripada Rasul. Ditambah lagi amal yang tidak ada contohnya sampai kapanpun tidak akan diterima alias tertolak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Di antara perbuatan bid’ah adalah dzikir berjamaah setelah sholat Fardhu, perayaan maulid Nabi, perayaan Isra’ Mi’raj, sholawat nariyah, dan lain sebagainya.

Ingatlah pesan sahabat Ibnu Mas’ud berikut ini.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), janganlah membuat bid’ah. Karena (ajaran Nabi) itu sudah cukup bagi kalian. Semua amalan yang tanpa tuntunan Nabi (bid’ah) adalah sesat .” (HR. Thobroni dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 8770. Al-Haitsami mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shahih)

Kalau kita mengaku cinta Nabi tetapi tidak berusaha mengikutinya, mencontohnya, maka cinta kita adalah cinta palsu. Betapa banyak orang mengaku kekasih Laila tetapi Laila tidak menganggapnya.

4. Menyebarkan hadits dan ajarannya
Di antara bukti kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menyebarkan hadits dan ajarannya.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam telah mendo’akan keceriaan wajah bagi siapa yang membela panji sunnah ini dengan sabdanya, “Semoga Allah memberikan kenikmatan pada seseorang yang mendengar sabda kami lalu ia menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya. Betapa banyak orang yang diberi berita lebih paham daripada orang yang mendengar.” (HR. Abu Daud no. 3660, Tirmidzi no. 2656, Ibnu Majah no. 232 dan Ahmad (5/183). Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat." (HR. Bukhari no. 3461)

Selain membuktikan cinta kita kepada Nabi, menyebarkan hadits dan ajaran beliau dapat mendatangkan pahala yang besar dan amal jariyah yang terus-menerus mengalir meskipun kita sudah meninggal.


5. Menghafal haditsnya
Hal ini yang jarang dilakukan oleh kaum muslimin, yaitu menghafal hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits beliau sangatlah banyak, ada ratusan ribu bahkan jutaan hadits. Kita bisa melihat kitab-kitab para ulama, ada Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud dan lain sebagainya. Itu masih kitab-kitab hadits, belum lagi hadits-hadits yang terdapat pada kitab-kitab ulama lainnya.

Hal yang banyak dilupakan kaum muslimin ternyata menyimpan ganjaran yang besar.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Allah akan memberikan “Nadhrah” kepada seseorang yang telah mendengarkan ucapanku, lalu dia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya, karena berapa banyak para pembawa fikih, ada yang lebih faham lagi darinya”. (HR. Tirmidzi (2658). Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ 2309)

Dalam riwayat lain,

Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari ayahnya radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Allah akan memberikan “Nadhrah” kepada seseorang yang telah mendengarkan ucapanku, lalu menghafalnya dan mengamalkannya sebagaimana yang telah ia dengar”. (HR. Al-Bazzar)

Maksud dari “Nadhrah” adalah keindahan dan cemerlang.

Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai mendoakan mereka yang menghafal hadits Nabi dan mengamalkannya. Maka dari itu sudah sepantasnya setiap muslim berusaha menghafal hadits. Kita bisa memulai menghafal hadits dari kitab-kitab yang kecil seperti Arba’in Nawawi yang memuat 42 hadits, kemudian setelah itu kita bisa tambah dengan kitab lain seperti Riyadush Sholihi dan Bulughul Maram.

6. Bersholawat kepadanya
Bersholawat adalah ibadah yang kelihatannya kecil namun di sisi Allah sangatlah besar. Allah bukan hanya memerintahkan bersholawat kepada kita, tetapi Allah dan para malaikat pun bersholawat kepada Nabi

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S. Al-Ahzaab : 56)

Bersholawat itu sangat ditekankan diperbanyak, terlebih lagi ketika ada penyebutan nama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecap mereka sebagai orang yang bakhil

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang apabila namaku disebut di sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi no. 3546 dan Ahmad (1/201). Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih gharib. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini shahih)

7. Membaca sirahnya
Tidak ada yang cara yang lebih ampuh untuk membangkitkan cinta kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi cara ini, yakni membaca sirah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan membaca sirah beliau kita tahu bagaimana perjuangan beliau agar dakwah Islam sampai kepada kita, beliau mengorbakan harta, keringat, air mata, darah dan nyawa beliau. Dengan sirah kita tahu bahwa beliau amat mencintai kaumnya. Dengan sirah pula kita tahu bagaimana beliau sebelum lahir, saat beliau lahir, saat beliau kanak-kanak, remaja, menerima wahyu, istri-istri beliau, anak-anak beliau, canda tawa, suka duka beliau sampai kepada wafatnya beliau.

Imam Sufyan Ibnu ‘Uyainah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah timbangan paling inti. Maka, segala sesuatu ditimbang dengan akhlak, siroh dan petunjuk beliau. Yang sesuai, maka itulah yang benar, dan yang berlawanan dengannya, maka itulah kebatilan”. (Diriwayatkan Al-Khathib Al-Baghdadi dalam muqaddimah Kitab Al-Jami li Akhlaqir Rawi wa Adabi as-Sami’)

Maka dari itu jangan sekali-kali kita malas membaca sirah beliau, kisah hidup dan perjuangan dakwah beliau shallallahu ‘aaihi wa sallam. Wallahi seandainya kita betul-betul meresapi sirah beliau dari beliau kanak-kanak sampai kepada wafatnya, maka hati kita akan dipenuhi cinta kepada beliau dan tidak henti-hentinya kita mengenang beliau.

8. Membenci apa yang dibenci Rasulullah dan mencintai apa yang dicintai Rasulullah
Fitrahnya seseorang ketika mencintai adalah membenci apa yang dibencinya dan mencintai apa yang dicintainya. Contoh saja, kita fans dengan suatu artis. Kita berusaha sekuat tenaga membenci apa yang dibencinya dan menyukai apa yang disukainya. Kalau dengan artis saja kita begitu bagaimana dengan Rasul kita? Kalau kita mencintai artis kemungkinan besar dia tidak tahu siapa kita dan cinta kita tak berbalas. Akan tetapi kalau kita mencintai Rasul maka cinta kita sudah dipastikan berbalas, bahkan sebelum kita mencintai beliau, beliau sudah mencintai kita 1400 tahun yang lalu.

Di antara hal yang dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kota Mekkah dan Madinah.

Sesungguhnya Nabi Ibrahim menjadikan kota Mekah sebagai kota haram, dan sesungguhnya aku menjadikan Madinah sebagai kota yang haram juga. (HR. Muslim)

Dikisahkan kala itu Nabi diharuskan untuk berhijrah dari Mekkah ke Madinah dikarenakan perlakuan kaum musyrikin Mekkah, maka ketika itu Nabi sangat sedih. Beliau harus meninggalkan kota kelahirannya, tempat di mana dia dibesarkan. Padahal ketika itu Mekkah hanyalah padang pasir dan tumpukan bebatuan. Akan tetapi beliau sangat mencintai dan menyayangi kota Mekkah. Ketika beliau hendak hijrah beliau menghadapkan wajahnya ke Mekkah seraya mengatakan, “Demi Allah! Sesungguhnya kamu merupakan bumi Allah yang terbaik, tempat yang paling dicintai oleh Allah. Seandainya aku tidak diusir darimu niscaya aku tidak akan keluar darimu.” (HR. Tirmizdi dan Ibnu Majah. Hadits ini hadits shahih)

Maka dari itu penulis amat heran terhadap sebagian kaum muslimin yang amat membenci Arab Saudi di mana Mekkah dan Madinah berada di situ. Mereka mengatakan yang tidak-tidak terhadap negeri yang mana Islam lahir di sana. Mereka mencaci dan menghina Arab Saudi, akan tetapi kalau haji tetap saja ke sana, kalau sholat juga masih menghadap ke sana, lantas maunya apa?

Hal yang dicintai Nabi selanjutnya adalah bersiwak. Hampir di setiap kesempatan, siang dan malam hari, sampai-sampai hal pertama yang dilakukan Nabi ketika masuk rumah adalah bersiwak. Maka sepantasnya setiap kaum muslimin membiasakan diri bersiwak, terlebih lagi ketika hendak wudhu maupun sholat. Dan masih banyak lagi hal-hal yang dicintai Nabi lainnya.

Adapun hal-hal yang dibenci Nabi di antaranya adalah tidur setelah sholat Subuh, tidur antara Maghrib dan Isya’, begadang sampai larut malam mengerjakan hal yang tidak berguna sampai-sampai terlewat sholat Tahajjud dan Subuh, dan lain sebagainya.

Itulah pembahasan singkat kita mengenai bukti-bukti cinta kita kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dapat kita amalkan dan kerjakan. Semoga Allah mudahkan.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 29 Dzulqaidah 1439 Hijriyah/11 Agustus 2018 Masehi.


EmoticonEmoticon