Ini Dia Sebenarnya Wali Allah

Ini Dia Sebenarnya Wali Allah
Ini Dia Sebenarnya Wali Allah
AlQuranPedia.Org – Kita mengetahui bahwa wali-wali Allah adalah orang-orang yang sangat mulia. Mereka memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah. Ini disebutkan dalam ayat Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah hadits berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Siapa yang memusuhi wali-Ku maka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan dan jika dia meminta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.’” (HR. Bukhari)


Namun di zaman sekarang ini banyak sekali khurafat-khurafat atau dongeng-dongeng yang coba dikembangkan oleh sebagian orang. Orang-orang tersebut mengatakan bahwa ada namanya wali majdub, wali-wali Allah, yang mana mereka bertingkah aneh dan berprilaku seperti orang gila. Mereka mengatakan bahwa wali-wali Allah tersebut ada yang sudah tidak sholat lagi, ada yang bertingkah sangat aneh dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sebenarnya itu melanggar syariat Islam. Mereka menganggap bahwa “wali Allah” tersebut sudah berbeda derajatnya, tingkatannya sudah berbeda, tindakan-tindakan aneh tersebut dianggap sebagai bentuk kewaliannya. Sebagian orang yang -diwalikan- tersebut ada yang suka corat-coret, ada yang merokok, memakan makanan aneh-aneh, berpenampilan seperti orang gila, tidak menutup aurat, katanya ada yang pernah memukul bokong wanita tanpa nafsu sehingga wanita tersebut hamil, katanya ada orang yang pernah melihat Ka’bah di ketiaknya, dan lain sebagainya.

Lantas benarkah ini? Benarkah ini disebut wali Allah? Jawabannya adalah SALAH. Allah Ta’ala sudah memberikan 2 kriteria saja siapa itu wali-wali-Nya

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (Q.S. Yunus : 62-63)

Jadi wali-wali Allah itu adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Siapa saja yang mengaku wali Allah tetapi tidak sholat lagi karena menganggap derajatnya sudah tinggi maka dia bukan wali Allah. Siapa saja yang mengaku wali Allah tetapi perbuatan-perbuatannya melanggar syariat Allah maka dia bukan wali Allah. Mereka para wali Allah adalah yang beriman dan bertaqwa, termasuklah di dalamnya mereka yang menegakkan tauhid, melakukan amal-amal sholih yang sesuai dengan tuntunan, mendakwahkan kebenaran, melestarikan sunnah, menentang syirik dan bid’ah dan yang semisalnya. Dan jaminan Allah bagi para wali-Nya tidaklah tanggung-tanggung.

Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Q.S. Yunus : 64)


Yunus bin ‘Abdil A’la Ash-Shadafi rahimahullah pernah menyatakan: “Aku pernah berkata kepada Al-Imam Asy-Syafi’i: ‘Aku mendengar Sahabat kita al-Laits bin Sa’ad menyatakan bahwa apabila kita melihat seseorang yang bisa berjalan di atas air, janganlah kita langsung menganggapnya sebagai wali Allah sebelum kita mengukur amalannya dengan Al-Quran dan As-Sunnah.’ Imam Asy-Syafi’i menanggapi: ‘Ucapannya itu kurang.’ (Lalu beliau menambahkan): ‘Bahkan jika kalian menyaksikan seseorang dapat berjalan di atas air, atau terbang di udara sekalipun, janganlah kalian menganggapnya sebagai wali, sebelum kalian mengukur amalannya dengan Al-Quran dan As-Sunnah.’” (Lihat Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 769) takhrij dan ta’liq Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin at-Turki, dan Tafsiir Ibni Katsiir (II/286-287) tahqiq Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy)

Jadi Imam Syafi’i sudah menerangkan bahwasannya siapa saja yang mengaku wali Allah, dia berjalan di atas air, terbang di udara, tetapi kalau amalannya tidak sesuai Al-Quran dan Sunnah maka dia bukanlah wali Allah. Karena seperti yang sudah disebutkan tadi bahwa wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Terlebih lagi kalau seseorang yang -diwalikan- tersebut melakukan tingkah-tingkah aneh di atas ambang kewajaran sampai-sampai melanggar syari’at Allah. Nabi saja masih sholat, Nabi saja seperti manusia biasa yang tidak bisa terbang dan tidak bisa berjalan di atas air, Nabi saja tidak pernah menyentuh yang bukan mahramnya, tidak pernah menyentuh perempuan. Lantas mereka-mereka itu apakah lebih baik daripada Nabi? Padahal para Nabi itu adalah wali-wali Allah yang sebenarnya karena mereka adalah orang-orang yang jelas keimanan dan ketaqwaannya.

Dan kita juga tidak bisa menilai seseorang itu wali atau bukan, cukuplah Allah yang menilai. Karena keimanan dan ketaqwaan seseorang hanya Allah yang tahu. Jangan hanya karena ada orang yang bersorban, memakai peci kemana-mana, memakai sarung kemana-mana, berpakaian putih bersih, berdakwah di mana-mana, lantas kita menyebutnya sebagai wali. Tidak bisa. Sebagaimana kata Imam Syafi’i bahwa kita harus menimbang amalannya dengan Al-Quran dan Sunnah, sesuai tidak dengan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jadi kalau kita mau melihat wali, maka lihatlah para nabi, Rasulullah, para sahabatnya, dan orang-orang sholih yang bersama mereka. Itulah wali Allah yang sesungguhnya. Jelas iman dan taqwa mereka. Maka dari itu kita contoh mereka, kita cintai mereka, agar kita termasuk di antara wali-wali Allah Jalla Jalaluh. Semoga kita dapat mencontoh mereka dan semoga kita dikumpulkan bersama mereka kelak di surga.

Itulah pembahasan singkat kita mengenai wali Allah. Semoga menambah ilmu dan wawasan agama kita.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.


EmoticonEmoticon