Mengemis Like, "Menyembah" Subscribers

Mengemis Like, "Menyembah" Subscribers
Mengemis Like, "Menyembah" Subscribers
Penulis kitab Tuhfah al-Ahwadzy Bisyarh Jami' at-Tirmidzy menghikayatkan pernyataan al-Imam al-Ghazaly -rahimahullah- tentang riya:

 الرِّيَاءُ أَصْلُهُ طَلَبُ الْمَنْزِلَةِ فِي قُلُوبِ النَّاسِ بإرائهم الخصال المحمودة

"Riya itu asalnya mencari tempat di hati manusia dengan menampilkan kepada mereka karakter-karakter terpuji." [At-Tuhfah, 7/45]

Harus selalu kita mengaca kembali dan memperhatikan goal/tujuan amalan kita. Apakah orientasinya dunia atau akhirat? Apakah dominan dunia atau dominan akhirat jika bersamaan? Apakah sekadar cari perhatian manusia?

(Baca Juga : Kufur Nikmat Sebab Kezaliman Penguasa)

Terlebih untuk zaman kekinian, yang kerapkali pintar atau tidaknya insan digantungkan dengan banyaknya liker di media sosial. Zaman dimana setiap insan berkesempatan untuk memamerkan seluruh hartanya, atau seluruh kehebatannya, atau seluruh amalannya. Zaman dimana sebagian hamba yang berpenyakit hatinya, merasa gundah jika amalannya belum ada insan yang mengetahui kemudian tanpa berpikir panjang semua diungkapnyalah.

Ini adalah zaman dimana godaan untuk dipuji manusia, dengan cara riya atau sum'ah, menjadi fitnah yang jika tidak banyak kita introspeksi, kita akan hancur tanpa sadar.

Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُسَمِّعْ يُسَمِّعْ اللَّهُ بِهِ

"Barangsiapa melakukan riya' niscaya Allah akan mengabulkannya, dan barangsiapa melakukan sum'ah (ingin di dengar) niscaya Allah akan mengabulkannya (akan didengar orang)." [H.R. At-Tirmidzy, no. 2381]

(Baca Juga : 24 Ayat Al-Quran Tentang Kaum Tsamud)

Kita memang dilarang menampilkan hal-hal yang buruk dari diri kita. Namun jikalah menampilkan kebaikan dan amal shalih, hendaknya tidak berdasarkan riya dan sum'ah, melainkan berdasarkan keikhlasan dan ilmu.

Hadits di atas mengisyaratkan bahwa siapa yang riya dengan amalannya, maka Allah akan membongkar isi hatinya yang jelek itu; sehingga orang-orang akan merasa bahwa amalannya ini tidak ikhlas, mencari muka dan mereka akan membenci amalan ini dan pelakunya kendatipun di hadapan, mereka tidak menampilkan ketidaksukaan mereka.

Dan orang yang riya ditimpa adzab kekhawatiran jika niatan menyimpangnya itu diendus oleh insan, sehingga ia berusaha agar terus tampil baik demi ridha insan. Perlahan tanpa sadar, ia menghambakan diri pada manusia, mengabdi pada hawa nafsu dan bisikan setan, serta lupa tujuan ibadah.

Betul. Siapa yang Allah biarkan ia riya dan sum'ah, maka bencana maknawi sudah merambah hayat dan amalannya. Dinyana amalannya sudah sukses menabur senyum dan ridha, namun justru itu adalah penelantaran dari Allah Ta'ala.

Mencari manzilah, ketinggian nilai dan anggapan baik dari hati manusia, bukanlah tujuan. Bahkanpun jangan. Hati mereka dibolak-balikkan oleh Allah Ta'ala. Carilah ridha Allah, maka Anda akan merasa tidak perlu letih mencari ridha hamba-Nya dalam rangka syirik. Karena jika kita tidak ikhlas, maka hati akan mudah letih.

(Baca Juga : Perubahan yang Sebenarnya)

Tulisan Al-Ustadz Hasan Al-Jaizy, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2765501373491230&id=100000941826369


EmoticonEmoticon