Menghukumi Imam Ali Ibnul Madini

Menghukumi Imam Ali Ibnul Madini
Menghukumi Imam Ali Ibnul Madini

✒️الحكم على الإمام علي بن عبد الله الديني
✒️Menghukumi Imam Ali bin Abdillah Al-Madiniy

   Barangsiapa yang membaca Shahih Al-Bukhariy maka ia akan dapati bahwasanya Imam Al-Bukhariy lebih banyak meriwayatkan dari Imam Ali Ibnul-Madiniy daripada riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal...

   Sedangkan dalam Masail Imam Ahmad bin Hanbal dari riwayat anaknya Imam Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal nama Imam Ali Ibnul Madiniy dicoret dan diibhamkan...

  Hal ini adalah karena Imam Ibnul Madiniy ketika fitnah Qur'an makhluk awalnya beliau tauriyah lalu berbalik mendukung pemuka Mu'tazilah Ahmad bin Abi Duad, bukan hanya itu bahkan beliau juga mengajari para pemuka Ahli bid'ah hadits-hadits yang terdapat illat namun zhahirnya menguatkan mazhab Qur'an makhluk, seperti riwayat :

فكلوه إلى خالقه

(Baca Juga : 21 Ayat Al-Quran Tentang Hari Kiamat)

  Namun Imam Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah meriwayatkan dari Imam Ibnul Madiniy bahwasanya dua bulan menjelang wafat, Ibnul Madiniy berkata :

القرآن كلام الله غير مخلوق ومن قال مخلوق فهو كافر
"Al Qur'an adalah Kalam Allah dan bukan makhluk barangsiapa yang berkata bahwa Qur'an adalah makhluk maka sungguh ia telah kafir" dan nyatanya Imam Al-Lalaka'iyy riwayatkan Aqidah Imam Ibnul Madiniy dalam kitab : "Syarh Ushul I'tiqad Ahli-Sunnah" maka akan dapati Aqidah Ibnul Madiniy tsb hampir sama persis dengan Ushulus-Sunnah Imam Ahmad bin Hanbal.

   Pada kisah ini terdapat faidah bahwa hukum seseorang adalah tergantung bagaimana penghujungnya, jika di akhirnya muslim maka dihukumi muslim, jika di akhirnya kafir maka zhahirnya demikian, lihat bagaimana para Ulama sebagaimana Imam Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah menukil keadaan akhir Imam Ibnul Madiniy bahwa beliau di atas Aqidah Ahlussunnah dalam Bab Qur'an. Begitu pula Imam Al-Lalaka'iyy menukil aqidahnya hampir sama dengan aqidah Imam Ahmad bin Hanbal, barangkali hal ini juga yang menjadikan Imam Al-Bukhariy masih meriwayatkan hadits-hadits beliau dalam Shahih nya. Maka demikian pula hukum seorang muslim ketika ia sudah bartaubat maka yang jadi patokan adalah keadaan seseorang setelah taubatnya bukan keadaan masa dahulu ketika memiliki dosa walaupun itu dosa besar, oleh karena itu Imam Asy-Syafi'iy dan Imam Ahmad bin Hanbal masih mengakui keutamaan Sahabat yang sepeninggal Nabi صلى الله عليه وسلم sempat murtad namun masuk Islam kembali di khilafah Abu Bakar رضي الله عنه bahkan Abu Bakar رضي الله عنه menikahkan sahabat yang sempat murtad tsb dengan kerabatnya.

(Baca Juga : Membuat Orang Lain Bahagia)

   Pada kisah ini pun terdapat faidah bahwa hajr maupun tahdzir Ahli bid'ah atau orang yang diduga memiliki bid'ah sifatnya adalah ijtihadiy, lihat bagaimana Imam Ahmad bin Hanbal menghajr dan tahdzir Imam Ibnul Madiniy namun Imam Al-Bukhariy ternyata meriwayatkan hadits-hadits Imam Ibnul Madiniy bahkan lebih banyak daripada riwayat Imam Ahmad bin Hanbal... Tidak sebagaimana sebagian orang zaman now yang anggap hajr dan tahdzir bak wahyu dari langit, barangsiapa yang tidak ikut SK tahdzir yang telah dikeluarkan maka juga berhak ditahdzir

نسأل الله السلامة والعافية ونعوذ بالله من الجهل

Tulisan Al-Ustadz Varian Ghani Hirma, BA hafidzhahullah

Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1246918485518004&id=100005995935102


EmoticonEmoticon