Khidmat Kepada Orang-Orang Shalih

Khidmat Kepada Orang-Orang Shalih

✒️خدمة الصالحين
✒️Khidmat kepada orang-orang shalih

   Allah Ta’ala berfirman:
وأما الجدار فكان لغلامين يتيمين في المدينة وكان تحته كنز لهما وكان أبوهما صالحًا...
Adapun dinding (yang diperbaiki oleh Nabi Khadhir) itu adalah milik dua anak yatim di kota tsb dan di bawahnya terdapat perbendaharaan milik mereka berdua DAN AYAH MEREKA ADALAH ORANG YANG SHALIH (QS Al-Kahfi: 76)

   Syaikh As-Sa'diy menyebutkan di antara faidah kisah ini adalah :
أن خدمة الصالحين أو من يتعلق بهم أفضل من غيرها لأنه علل استخراج كنزهما وإقامة جدارهما أن أباهما صالح

"Berkhidmat kepada orang-orang shalih atau orang-orang yang terkait dengan orang shalih tsb adalah ibadah yang lebih utama daripada ibadah lainnya karena dalam ayat ini dijelaskan bahwa alasan beliau (Khadhir عليه السلام) mengeluarkan perbendaharaan dan membantu memperbaiki dinding rumahnya adalah karena ayah kedua anak tsb adalah orang shalih"(Tafsir As-Sa'diy: 1/ 482)

(Baca Juga : Sekilas Mengenai Imam Abu Hanifah)

   Salah seorang Ustadz lulusan Univ Islam Madinah pernah ngobrol santai dan berkata bahwa perkara ini (khidmat kepada orang shalih) masih jarang diamalkan di kalangan Salafiyyin, justru yang gemar mengamalkannya adalah kaum muslimin Nahdhiyyin...

   Memang benar adanya, praktik ini masih diamalkan di kalangan santri pesantren tradisional, bahkan ada seorang yang dahulu adalah santri Kiayi Amtsar Bekasi, murid dari Syaikh Muhammad Yasin Al-Fadaniy, ada santri yang dahulu - menurut pengakuannya - hanya sebagai juru tulis Sang Kiayi, tidak kurang Mishbahuzh-Zhalam syarah Bulughul-maram dengan 4 jilid besar, itu adalah salinan tangan sang santri, di kemudian hari santri tsb menjadi Ketua MUI di salah satu cabang Jakarta...

   Namun amat disayangkan adakalanya di kalangan Nahdhiyyin amal ini sampai tingkat "mubalaghah" hingga tabarrukan ke zat dan peninggalan Kiayi bak tabarruk kepada jasad Nabi صلى الله عليه وسلم dan bekas-bekas beliau, tentu saja orang shalih sehebat apapun amal dan ilmunya, tidak dapat diqiyaskan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, ditambah lagi tidak ada keterangan bahwa sepeninggal Nabi صلى الله عليه وسلم ada orang-orang yang tabarrukan kepada Abu Bakar atau Umar bin Khattab atau Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thalib رضي الله عنهم

(Baca Juga : Sumber Perpisahan dan Perpecahan)

   Ifraath (berlebihan) sampai mengqiyaskan orang shalih dengan Nabi صلى الله عليه وسلم tidak benar, sebaliknya tafriith (melalaikan/merendahkan) orang shalih juga tidak tepat terlebih sampai membicarakan di belakang bahkan menjelek-jelekkan di belakang, terlebih sampai mentahdzir yang notabene adalah Gurunya sendiri

نسأل الله السلامة والعافية

Tulisan Al-Ustadz Varian Ghani Hirma, BA hafidzhahullah

Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1246057648937421&id=100005995935102


EmoticonEmoticon