Pentingnya Meluruskan Niat


Bismillahirrahmanirrahim.. 

   Imam An Nawawi رحمه الله berkata dalam kitab nya Arba'in nawawiyyah :

Pada Hadits pertama :

عن ابي حفص عمربن الخطاب -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله ﷺ يقول: «إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها، او امرأة ينكحها، فهجرته إلى ماهاجر إليه»

   Dari Abi Hafsh Umar Bin Khattab -رضي الله عنه- beliau berkata : "Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda" : «Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah dinilai bila disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapat sesuai apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahi nya, maka hijrahnya itu ke arah apa yang ia tuju.»

✒️ (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits : Abu abdillah Muhammad bin ismail bin ibrohim bin mughiroh bin bardizbah al bukhori dan Abu Husain muslim bin hajaj bin muslim al qusyairi an naisaburi dalam dua kitab shahih mereka yang merupakan dua kitab yang paling shahih).

Hadits ini merupakan hadits yang sangat Agung. 

   Imam Syafi'i رحمه الله berkata mengenai hadits ini : "Hadits ini sebanding dengan sepertiga ilmu, dan masuk kedalam 70 bab tentang Fiqih".

   Imam Ahmad رحمه الله juga berkata mengenai hadits ini : "tidak ada satupun hadits Nabi ﷺ yang lebih lengkap, kaya, dan banyak faidah nya daripada hadits ini."

   Imam Ibnu Daqiq 'abd رحمه الله menyebutkan sebab keagungan hadits ini : "Sesungguhnya keberuntungan seorang hamba ada pada hati, lisan, dan anggota badannya, dan niat merupakan bagian dari ketiganya."

   Makna sabda Rasulullah ﷺ : "Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah dinilai bila disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapat sesuai apa yang ia niatkan."

⇨ Artinya sah atau tidak sah nya suatu amalan tergantung pada niat nya, maka barangsiapa yang berniat baik maka ganjaran dan pahalanya dari Allah ﷻ, dan barangsiapa yang berniat buruk maka tidak ada baginya ganjaran dan pahala, maka barangsiapa yang berniat sesuatu pasti tidak akan mendapat ganjaran dari selain yang ia niatkan."       

   Kemudian Rasulullah ﷺ memberikan contoh dari niat : "Maka barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya."

⇨ Artinya barangsiapa yang hijrah nya mengharapkan wajah Allah ﷻ, dan ingin mengikuti (ittiba') Rasulullah ﷺ, maka hijrahnya itu mendapat pahala dan balasan, begitupula dengan seluruh amalan, siapa saja yang beramal diniatkan karena Allah ta'ala maka dia akan di balas pahala. Dan siapa saja yang beramal diniatkan karena dunia, kedudukan, popularitas, sum'ah, maka dia sedikitpun tidak akan dibalas pahala. 

   Dan Sabda Rasulullah ﷺ : "Dan barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahi nya, maka hijrahnya itu ke arah apa yang ia tuju."

⇨ Artinya siapa saja yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia yang ia inginkan, atau seorang wanita yang ingin dinikahi nya maka hijrahnya itu untuk apa yang ia tuju tanpa adanya balasan dan pahala dari Allah ta'ala. Begitupula dengan seluruh amalan, siapa saja yang beramal, baik itu amal ketaatan maupun amalan mubah, jika diniatkan kepada selain Allah ta'ala maka amalan tersebut tidak akan di balas pahala. 

📎Kita ambil faidah dari hadits ini :

   Faidah dari hadits ini merupakan asal diterima nya amalan, yaitu ikhlas, karena Allah ta'ala tidak akan menerima amalan seorang hamba tanpa disertai dengan niat yang lurus. 

   Sebagai contoh, siapa saja yang beramal yakni amalan yang tidak diniatkan untuk mendapat pahala dan ganjaran dari Allah, maka amalannya tidak akan di balas pahala. 

   Begitupula siapa saja yang beramal baik itu amal ketaatan atau yang lainnya, jika diniatkan untuk selain Allah, maka amalannya juga tidak akan di balas pahala. 

   seharusnya supaya seorang hamba ingin mendapat balasan pahala dari apa yang ia amalkan, hendaknya amalan tersebut ia niatkan untuk mengharapkan wajah Allah ﷻ dan mengharapkan balasan pahala dari Allah ta'ala. Dan siapa saja yang beramal yakni urusan dunia nya akan tetapi dia niatkan urusannya tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala, maka urusan dunia nya dibalas pahala oleh Allah ﷻ.

Sebagai contoh :
📌berbicara, Tatkala engkau berbicara, jika pembicaraan mu diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala, seperti untuk menyenangkan kedua orang tuamu, atau untuk menyenangkan salah satu orang muslimin, maka pembicaraanmu itu dihitung pahala. 

   Begitupula amalan duniawi, seperti berdagang, buruh, dll,  jika diniatkan untuk untuk mendekatkan diri kepada Allah, berdagang agar beruntung, atau agar bisa menafkahi keluarga dari yang halal, maka itu  dihitung pahala. 

   Begitupula saat  menjenguk orang sakit, jika engkau menjenguk orang sakit berharap agar mendapatkan pahala dari Allah, maka itu dihitung pahala. 

   Adapun jika engkau tidak meniatkan segala amalan duniawi mu agar mendapatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah, maka amalan duniawi mu itu tidak dihitung pahala. 

   Engkau akan takjub saat membaca kisah keikhlasan para salaf berikut ini :

   Hasan bin abi sinan رحمه الله, istrinya berkata tentangnya : "terkala beliau datang dan masuk ke kamarnya, beliau merangkulku, seperti seorang wanita yang merangkul bayinya, dan ketika dia tau bahwa aku telah tertidur, diapun pelan-pelan pergi untuk sholat."

   Lihatlah keikhlasannya, beliau menunggu istrinya tidur terlebih dahulu kemudian sholat sendirian, sholatnya seperti orang yang banyak dosanya, beliau tidak ingin orang-orang mengetahui dirinya sedang sholat kecuali Allah ﷻ.

   Dan Amru bin Qais رحمه الله yang senantiasa berpuasa selama 20 tahun berturut turut tanpa diketahui keluarganya, beliau mengambil makanannya, lalu pergi ke toko untuk menyedekahkan makanannya, sehingga beliau berpuasa, dan keluarga nya tidak mengetahui itu.

Dan Muhammad bin wasi' رحمه الله : beliau pernah menangis selama 20 tahun, dan istri yang bersamanya tidak pernah mengetahui itu. 

Imam Syafi'i رحمه الله berkata : "aku telah menyuruh orang-orang yang belajar ilmu dariku, agar tidak menisbatkan namaku pada ilmu tersebut satu huruf pun."

Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata : "amal perbuatan tanpa keikhlasan, dan tanpa meneladani Rasulullah ﷺ seperti musafir yang mengisi kantong nya dengan pasir yang banyak sehingga hanya memberatkannya dan tidak bermanfaat baginya." artinya dia banyak beramal namun amalannya tidak dibalas pahala. 

Ya'kub al makfuf رحمه الله berkata : "Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana dia menyembunyikan kejelekan-kejelekan nya."

Semoga kita termasuk kedalam orang orang yang ikhlas dari generasi salaf terdahulu. 

Kita cukupkan sampai disini, Segala Puji bagi Allah yang dengan nikmatnyalah sempurna segala kebaikan. 

Sumber : 📚Kitab Syarah Arba'in Nawawiyah

✍🏻 Al-Quran Pedia 

(Diselesaikan pada hari selasa 5 Sofar 1442 H / 22 September 2020 M) 


EmoticonEmoticon