Ghuluw Kepada Syaikh/Ustadz

Ghuluw Kepada Syaikh/Ustadz
Ghuluw Kepada Syaikh/Ustadz

📝الغلوّ في المشايخ
📝Ghuluw terhadap Syaikh/Ustadz

    Ghuluw adalah berlebih-lebihan, ghuluw terhadap orang shalih tidak diperbolehkan dalam Syariat, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :
  إياكم و الغلوّ فإنما أهلك الذين من قبلكم الغلوّ في الدين
"Jauhilah ghuluw, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah ghuluw"

   Ghuluw itu bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, dan objek tujuan ghuluw nya bisa apa saja dan siapa saja.

(Baca Juga : 8 Bukti Cinta Kepada Rasulullah)

   Kaum Nabi Nuh ghuluw terhadap orang shalih sebelum mereka hingga berujung kepada kesyirikan.

   Orang Nasrani ghuluw terhadap Isa عليه السلام hingga mengangkatnya pada level Ketuhanan.

   Tidak ragu lagi bahwa ghuluw termasuk sifat yang tercela.

   Begitu pula orang-orang yang aslinya adalah orang-orang yang baik dan telah menuntut ilmu adakalanya terjangkit sifat ghuluw namun dalam konteks lain, di antaranya adalah ghuluw terhadap Syaikh atau Ustadz atau Gurunya.

Belum lama ditanyakan kepada Ustadzunaa-Fadhil Yazid Jawwas... Di awalnya saja beliau sudah katakan : "Ini pertanyaan ghuluw..."

   Akhirnya beliau mewasiatkan agar tidak boleh ghuluw terhadap dirinya yang hanyalah seorang Ustadz yang bisa benar dan bisa salah sebagaimana manusia biasa dan hendaknya para penuntut ilmu belajar kepada semua Ustadz Ahlussunnah yang bisa didapati selama Ustadz tsb mengajarkan Qur'an dan Sunah sesuai dengan ajaran para Salafusshalih, belajarlah kepada mereka semua bukan fanatik kepada beliau dan Ustadz Abdul Hakim Abdat saja...

   Adapun sikap ghuluw seperti itu maka hakikatnya kembali seperti ahli bid'ah dan kembali kepada hizbiyyah yang tercela... Demikian kurang lebih di antara wasiat beliau.

(Baca Juga : Benarkah dr. Zakir Naik Sesat?)

Ada jenis yang begitu di sekitar daerah Rawa Lumbu, Bekasi, padahal bisa dibilang daerah ini makmur kajian kurleb 4 masjid Ahlussunnah, mulai dari Aqidah Uluhiyyah maupun Asma wa Sifat ada semua, dari Ushul Tsalatsah, Kitabut Tauhid, Al Wasithiyyah hingga Al-Qawaid Mutsla,kajian Tafsir juga ada, juga Fiqh bisa pilih ada Fiqhus Sunnah ada juga Fiqh Asy-Syafi'iy, Hadits ada Riyadhus-Shalihin, Faraidh juga ada, Ushul Fiqh ada, Bahasa Arab dari yg dasar Durus Lughah hingga Al-Ajurrumiyyah bahkan majlis Qathrun-Nada ada 2 majlis, dan juga tazkiyatun-nafs dengan Kitabuz-Zuhd nya Imam Ahmad bin Hanbal serta ilmu-ilmu lainnya tapi Ikhwan model ini ga mau ngaji kecuali di Krukut aja titik ga pake koma.

   Pernah suatu ketika orang seperti ini diajak ke kajian Ust Fulan yg ampu Wasithiyyah eh dia bilang : "Ust Fulan dulu suka bareng sama ana ke Krukut" kurleb syarahnya adalah : "Gw selevel doi, kayak ga ada Ustadz yg bagusan lagi..." padahal kitab Al-Wasithiyyah adalah muqarrar Aqidah di Univ Madinah untuk S1 dan di masanya para mutakallimun mendebat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dengan mengacu kepada kitab tsb kalau bisa menghadirkan Aqidah Salaf yang bertentangan dengan kitab ini maka silakan hadirkan, ternyata para ulama mutakallimun di zamannya tidak mampu menghadirkan... Sekarang kajian tsb hadir di dekatnya namun urung hadir karena yang isi kajian bukan Ustadz favorit nya.

   Fenomena ghuluw terhadap Syaikh pun pernah terjadi di zaman Imam Asy-Syafi'iy, beliau menghikayatkan di Jima'ul-ilmi bahwasanya di Mekkah imamnya adalah Imam Sufyan bin Uyaynah dan Imam Muslim Az-Zanjiy. Ada orang-orang yang ghuluw kepada Ibnu Uyaynah dan tidak pernah keluar dari pendapatnya, sebaliknya juga ada orang-orang yang hanya mau mengambil fatwa dari Az-Zanjiy dan tidak mau ulama yang lain, murid-murid yang ghuluw kepada masing-masing pun saling cela satu sama lain.

   Begitu pula terjadi di Madinah, di antara Imam disana adalah Imam Malik bin Anas dan Imam Ibnul Majisyun, yang belajar kepada Imam Malik tidak mau mendatangi majlis Imam Ibnul Majisyun, begitu pula sebaliknya. Hanya segelintir thalib muwaffaq yang tidak fanatik kepada seorang Syaikh pun dan mendatangi seluruh majlis mereka, baik Imam Ibnu Uyaynah dan Imam Az-Zanjiy di Mekkah maupun majlis Imam Malik bin Anas dan Imam Ibnul Majisyun, di antara segelintir yang mendapat taufiq Allah tsb adalah Imam Asy-Syafi'iy yang kemudian menjadi imam kaum muslimin sepeninggal mereka.

(Baca Juga : Untuk Kita yang Awam)

   Penuntut Ilmu yang mendapat taufiq adalah yang seperti Abdullah bin Abbas رضي الله عنه yang berkata kepada teman Anshar nya :

 إن هذا العلم متفرق في بيوت الأنصار تعال نأتهم
"Sesungguhnya ilmu itu terpencar di rumah-rumah para Sahabat Anshar ayo kita datangi mereka" ternyata si teman Anshar ini tidak bersemangat sebagaimana Ibnu Abbas, sehingga Ibnu Abbas bertambah umurnya dan mengumpulkan ilmu para Sahabat Kibar sehingga jadi ulama rujukan, sedangkan sang Anshar menyesali tidak menyambut ajarkan Ibnu Abbas.

   Atau yang semodel Imam Asy-Syafi'iy ini, sudi mengambil ilmu dari seluruh para ulama sebisa mungkin tanpa terikat fanatisme kepada Imam tertentu,beliau kumpulkan Fiqh Hijaz, Yaman, Iraq dan Mesir, bersikap objektif, hakikatnya ilmu itu teramat luas dan tidak terkumpul di satu orang atau dua orang saja.

Tulisan Al-Ustadz Varian Ghani Hirma, BA hafidzhahullah

Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1151455728397614&id=100005995935102


EmoticonEmoticon