Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu

Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu
Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu

⛔❌ JANGAN SIA-SIAKAN MASA MUDAMU
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Ikhwanifillah rahimakumulloh,..
Umur merupakan kumpulan dari waktu-waktu yang dilalui oleh seorang manusia. Sedangkan masa muda merupakan salah satu fase yang akan dilalui oleh setiap kita. Masa muda merupakan masa keemasan yang dimiliki oleh seseorang, karena saat itulah pertumbuhan fisiknya telah sempurna dan ia mempunyai kesempatan serta kekuatan yang besar. Hal ini merupakan salah satu nikmat dari Allah ﷻ yang patut untuk kita syukuri karena tidak semua orang memperoleh kenikmatan ini. Pertanyaannya,sudahkah kita mensyukuri masa muda yang Allah berikan kepada kita ini?...

*Hidup di Dunia Hanyalah Sementara*

Ikhwani fiddin rahimaniyyallohuwa iyyakum,...
Seorang pemuda yang sadar bahwa suatu saat ia akan meninggalkan masa muda dan kehidupan dunianya, pasti akan senantiasa berfikir untuk masa depannya kelak di akhirat. Dia tentunya tidak akan menyia-nyiakan masa mudanya tersebut hanya untuk berfoya-foya tanpa melakukan amal perbuatan yang bermanfaat bagi akhiratnya. Dia juga akan senantiasa memanfaatkan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah dan mengisi hari-harinya dengan perbuatan yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.

(Baca Juga : Benarkah Allah Mempunyai Kaki?)

Dan bukankah tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ?
Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan kita bukan tanpa adanya tujuan. Bukan pula memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia yaitu beribadah kepada _Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
📖(Adz Dzariyat: 56)

Maka Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.

Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya. Yaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ala dan hendaknya ibadah itu berkesesuaian dengan apa yg dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam

Jangan beribadah karena terpaksa, atau karena gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah orang-orang shalih atau bentuk pujian dan sanjungan orang lain,jangan pula beribadah tanpa ada contoh dari nabi shallallohu alaihi wassalam.

Umurmu Tidak Akan Lama Lagi Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi teman mereka di An Nar (neraka). Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala, berapa lama lagi kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
📖(Luqman: 34)

Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan menyesakkan.
Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya).”
📚(Muttafaqun ‘Alaihi)

Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wata’ala. Sudah siapkah kalian dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti. Sudah cukupkah amal yang kalian lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan. Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ala:
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُه() فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ() وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ() فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ() وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ() نَارٌ حَامِيَةٌ()
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.”
📖 (Al Qari’ah: 6-11)

Ikhwanifillah rahimaniyyallohu wa iyyakum
Bersegeralah dalam Beramal Wahai , bersegeralah untuk beramal kebajikan,...

Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam senantiasa menasihatkan kepada para pemuda untuk benar-benar memanfaatkan hidupnya di dunia ini untuk memperbanyak bekal akhiratnya. Karena sejatinya, seorang yang hidup di dunia ini adalah ibarat seorang pengembara yang beristirahat di suatu tempat dan suatu saat akan meninggalkannya. Dahulu ketika Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma masih remaja(dalam atsar disebutkan bliau saat itu berumur 12 Th) , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah menasihatinya dengan sabdanya:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Jadilah engkau di dunia ini sebagai orang yang asing atau seorang pengembara”.
📚 (HR. Bukhari no. 6416)

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

”Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku hidup di dunia ini melainkan seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu pengembara tersebut pergi meninggalkannya.”
📚 (HR. at-Tirmidzi no. 2377)

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu juga memberi petuah kepada kita,

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ

“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.”
📚(HR. Bukhari secara mu’allaq-)

Ikhwanifillah rahimaniyyallohu wa iyyakum,..
Manfaatkanlah Waktu Muda kita , Sebelum Datang Waktu Tua

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :

[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
📚(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, maksudnya: “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.” Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, maksudnya: “Beramallah di waktu sehat, sebelum datang waktu yang menghalangi untuk beramal seperti di waktu sakit.” Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, maksudnya: “Manfaatklah kesempatan (waktu luangmu) di dunia ini sebelum datang waktu sibukmu di akhirat nanti. Dan awal kehidupan akhirat adalah di alam kubur.” Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, maksudnya: ”Bersedekahlah dengan kelebihan hartamu sebelum datang bencana yang dapat merusak harta tersebut, sehingga akhirnya engkau menjadi fakir di dunia maupun akhirat.” Hidupmu sebelum datang kematianmu, maksudnya: “Lakukanlah sesuatu yang manfaat untuk kehidupan sesudah matimu, karena siapa pun yang mati, maka akan terputus amalannya.”

Al Munawi mengatakan,

فَهِذِهِ الخَمْسَةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلاَّ بَعْدَ زَوَالِهَا

“Lima hal ini (waktu muda, masa sehat masa luang, masa kaya dan waktu ketika hidup) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut hilang.”
📚(At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 1/356)

Benarlah kata Al Munawi. Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat sehat, ketika dia merasakan sakit. Dia baru ingat diberi kekayaan, setelah jatuh miskin. Dan dia baru ingat memiliki waktu semangat untuk beramal di masa muda, setelah dia nanti berada di usia senja yang sulit beramal. Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati masa tersebut dengan sia-sia.

(Baca Juga : 4 Ayat Al-Quran Tentang Asmaul Husna)

Siapa saja yang Beramal Di Waktu Muda Akan Bermanfaat Untuk Waktu Tuanya.

Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi yaitu [1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun –tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam-, [2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, [3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
📖 (QS. At Tiin [95] : 4-6)

An Nakho’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda.

Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah (yang artinya), “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.”
📚 (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)

Begitu juga kita dapat melihat penjelasan dalam masalah ini di surat Ar Ruum ayat 54.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
📚(QS. Ar Ruum: 54)

Ibnu Katsir mengatakan, “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala menceritakan mengenai fase kehidupan, tahap demi tahap. Awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke fase nutfah, beralih ke fase ‘alaqoh (segumpal darah), lalu ke fase mudh-goh (segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang yang dibalut daging. Setelah itu ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil dan tidak begitu kuat. Kemudian si mungil tadi berkembang perlahan-lahan hingga menjadi seorang bocah kecil. Lalu berkembang lagi menjadi seorang pemuda, remaja. Inilah fase kekuatan setelah sebelumnya berada dalam keadaan lemah. Lalu setelah itu, dia menginjak fase dewasa (usia 30-50 tahun). Setelah itu dia akan melewati fase usia senja, dalam keadaan penuh uban. Inilah fase lemah setelah sebelumnya berada pada fase kuat. Pada fase inilah berkurangnya semangat dan kekuatan. Juga pada fase ini berkurang sifat lahiriyah maupun batin. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban”.”
📚 (Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada surat Ar Ruum ayat 54)

Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal.
Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.

Ingatlah wahai para pemuda,..rahimakumulloh...
Bahwa Allah Senantiasa Mengawasi Setiap Perbuatan kita

Seseorang yang mempunyai keimanan terhadap kehidupan akhirat tentunya akan benar-benar memanfaatkan umur dan masa muda yang diberikan oleh Allah kepadanya dengan sebaik mungkin. Dia akan mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Disaat dia lalai dan berbuat salah kepada Allah, ia pun akan segera bertaubat kepadaNya. Karena dia tidak mau mengahadap Allah Ta’ala dengan membawa dosa yang justru akan mendatangkan murka Allah Ta’ala.

Berbeda dengan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat dan cenderung tidak merasa takut terhadap balasan Allah Ta’ala. Maka mereka pun akan menghabiskan masa mudanya di dunia ini dengan bermaksiat kepada Allah dan melakukan hal-hal yang disukainya saja tanpa memperhatikan apakah hal itu dilarang oleh Allah atau tidak. Mereka seakan-akan tidak merasa takut dengan apa yang dilakukannya. Padahal mereka tidak akan pernah lepas dari pengawasan Allah Ta’ala walaupun sedetik saja. Dan akan selalu ada malaikat di sampingnya yang akan mencatat segala apa yang ia lakukan dan apa yang ia ucapkan. Allah Ta’ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
📖(QS. Qaaf [50]: 18)

Dan ingatlah,.
Masa Muda Seseorang, Akan Ditanyakan di Hari Kiamat, maka persiapkanlah jawaban yang kelak bisa menyelamatkan kita dari azab Allah ﷻ

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalambersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya.”
📚(HR. ath-Thirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 hadits no. 9772 dan hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Ashahihah no. 946)

Umur adalah masa umum
Dan masa muda adalah masa yang khusus yang kelak akan ditanya, dihabiskan dan digunakan untuk apa?

Bahkan pendengaran, penglihatan dan apa-apa yang tersimpan di dalam hatinya pun akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di hari kiamat . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.”
📖(QS. al-Isra [17]: 36)

Setelah mengetahui bahwa segala macam perbuatan yang kita lakukan itu akan dimintai pertanggungjawabannya, maka sudah selayaknya kita harus lebih berhati-hati dalam setiap tindak tanduk kita. Dan berusahalah untuk senantiasa menghindari keburukan-keburukan yang bisa saja kita lakukan dengan anggota badan maupun dengan pendengaran, penglihatan dan hati kita.

Wahai saudaraku para pemuda rahimakumulloh,...
Jadilah Pemuda yang Dicintai Oleh Allah

Dan menjadi seorang pemuda yang dicintai oleh Allah hendaknya menjadi impian setiap insan yang beriman.
Karena jika Allah telah mencintai seorang hamba, maka keberkahan dan kebaikanlah yang kan ia dapatkan.

Dan di akhirat kelak, ia akan mendapatkan perlindungan dan naungan dari-Nya, dimana pada hari itu tidak akan ada naungan (sama sekali) kecuali naungan dari-Nya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ…… وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah, di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (diantaranya adalah): …….Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.”
📚 (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”
📚(HR Ahmad 2/263, dishahihkan leh syaikh Al-Albani dalam “ash-Shahiihah” no. 2843)

Maksud “shabwah” adalah pemuda yang tidak mengikuti hawa nafsunya, dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

Hendaknya para pemuda mengisi waktu mereka dengan kegiatan positif atau mencari-cari kegiatan positif. Misalnya menghadiri majelis ilmu, menghapalkan Al-Quran dan sunnah, membuat kegiatan sosial dan lain-lainya. Tidak lupa juga segera mencari teman yang baik, teman bergaul yang baik dalam melaksanakan kegiatan tesebut agar bisa saling menopang dan saling menasehati. Pemuda masih sangat labil serta mudah terpengaruh dan terhasut oleh lingkungan dan pertemanan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل

“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya”
📚(HR Abu Dawud no. 4833,dihasankan oleh syaikh Al-Albani)

Jika kita lihat pemuda di zaman sekarang, banyak banyak hal-hal aneh yang mereka lakukan. Misalnya saja sekelompok anak “punk”, memakai “tepong” cincin di hidung, lidah dan pusar, mewarnai rambut dan mengolah rambut dengan bentuk yang sangat aneh. Melakukan aksi kebut-kebutan di jalan dengan berbonceng empat, atau melakukan berbagai kegiatan aneh lainnya yang intinya adalah mencari perhatian dan mengisi waktu mereka sebagai dorongan hasrat jiwa muda mereka.

Salah satu penyebab kerusakan pemuda adalah kekosongan waktu alias tidak ada kegiatan yang bernilai positif. Jika tidak diisi dengan kegiatan positif, maka akan diisi dengan kegiatan negatif.

Ketika pemuda mengalami kekosongan waktu (kosong dari kegiatan positif), maka mereka mulai mulai mencari-cari kegiatan atau mengisinya dengan kegiatan yang paling minimal sia-sia dan kurang bermanfaat seperti nongkrong-nongkrong tidak jelas. Belum lagi ada yang merasa kurang perhatian baik dari keluarga dan temannya, maka ia akan melakukan hal-hal yang aneh, ajaib bahkan vulgar agar tetap eksis. Misalnya balap-balapan di jalan raya, membuat kerusuhan di sekolah bersama gengnya bahkan membuat video tidak layak dengan geng atau pasangan tidak halalnya.

(Baca Juga : Jangan Pernah Mencabut Uban)

Sungguh benar adanya, apa yang telah dikatakan oleh al imam
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah ,

وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ

“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”
📚(Al Jawabul Kaafi hal 156)

Inilah kaidah kehidupan, bahwa jika kita tidak mengisi kehidupan kita dengan kegiatan positif, kita tidak mencari kegiatan positif, maka pasti kita isi dengan kegiatan yang negatif atau minimal sia-sia dan kurang bermanfaat. Apalagi bagi seorang pemuda yang jiwanya masih bergelora.

Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan kepada kita sekalian taufiq dan hidayah-Nya untuk beramal sholih dan menetapkan kita sekalian kepada perkara yang dicintai dan diridhoi_Nya serta menjaga kita dari ragam fitnah baik di dunia maupun di akhirat kelak...

📝Penulis :
Al faqir ila maghfirati rabbih
Fajrin Abu Yahya  حفظه الله تعالى
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Rumah Qur'an As-Sunnah Pinrang
Jum'at sore, 3 Syawal 1440 H / 7 Juni 2019 M.
Materi Tabligh akbar "Kemuliaan Pemuda Hijrah Dalam Islam"

https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www..facebook.com/story.php?story_fbid=2298883163513023&id=1991277107606965


EmoticonEmoticon