Apakah Disyariatkan Bertakbir Ketika Sujud Tilawah?

Apakah Disyariatkan Bertakbir Ketika Sujud Tilawah?
Apakah Disyariatkan Bertakbir Ketika Sujud Tilawah?

Al-Imam Al Albani rahimahullah dalam kitabnya Tamaamul Minnah fii Ta’liqi ‘alaa Fiqhis Sunnah (hal. 267-cet. Daarur Rooyah) berkata :

“Penulis (asy-Syaikh Sayyid Sabiq) berkata, dari Ibnu Umar Rodhiyallahu 'anhu beliau berkata :


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْآنَ، فَإِذَا مَرَّ ‌بِالسَّجْدَةِ ‌كَبَّرَ، ‌وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ

“Bahwa Rasulullah Sholallahu 'alaihi wa salaam membacakan Al Qur’an kepada kami, jika melewati ayat sajadah, Beliau bertakbir, lalu sujud dan kami pun sujud bersama Beliau Sholallahu 'alaihi wa salaam.” 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Baihaqi dan Al Hakim, lalu beliau berkata : ‘shahih atas syarat Bukhori-Muslim. 


Aku (Al Albani) berkata, ada 2 catatan tentang ucapan penulis : 

1. Hadits ini dhoif, karena dalam sanadnya, sebagaimana riwayat Abu Dawud dan Baihaqi ada perowi yang bernama Abdullah bin Umar al-‘Umariy, ia perowi dhoif, sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz dalam at-Talkhiish. Demikian juga dalam Bulughul Marom, Al Hafidz berkata, sanadnya terdapat kelemahan. Nawawi berkata dalam al-Majmuu’, sanadnya dhoif. Telah diriwayatkan dari beberapa sahabat tentang sujud tilawahnya Beliau Sholallahu 'alaihi wa salaam dibanyak ayat dalam kesempatan yang berbeda-beda, namun tidak disebutkan oleh salah seorang dari mereka, takbirnya Nabi Sholallahu 'alaihi wa salaam ketika sujud. Oleh karenanya, kami condong kepada tidak disyariatkannya takbir ini, dan ini adalah salah satu riwayat pendapatnya Imam Abu Hanifah. 

2. Bahwa Al Hakim tidak meriwayatkan kalimat Takbiir, sedangkan ini adalah masalah yang akan dijadikan dalil dari hadisnya. Beliau meriwayatkan dari jalan ‘Ubaidillah bin Umar al-‘Umariy dengan isim Tasghiir, dan beliau adalah perowi tsiqoh, berbeda dengan saudaranya Abdullah dengan isim al-Mukabbir, ia adalah perowi dhoif sebagaimana penjelasan diatas. Haditsnya terdapat dalam Bukhori-Muslim serta selainnya dari jalan ‘Ubaidillah – dengan al-Mushoghir, bukan al-Mukabbir- yang otomatis juga menunjukkan kelemahan hadits (yang kita bahas-pent.), lihat al-Irwaa’ (471 & 472)." -selesai-.


(Baca Juga : Apakah Orang Awam Wajib Melihat Dalil? )


Demikian juga ini adalah salah satu pendapat al-Imam Malik rahimahullah sebagaimana dalam kitabnya "al-Mudawanah" (1/200) jika itu diluar sholat, beliau berkata :

قَالَ: وَإِذَا قَرَأَهَا وَهُوَ فِي غَيْرِ صَلَاةٍ فَكَانَ يُضَعِّفُ التَّكْبِيرَ قَبْلَ السُّجُودِ وَبَعْدَ السُّجُودِ

"Jika ia membaca sujud tilawahnya di luar sholat, maka beliau melemahkan takbir sebelum dan sesudah sujud." -selesai-.


Adapun didalam sholat, maka jika bertakbir untuk sujud dan juga ketika bangkit darinya, maka mayoritas ulama mensyariatkannya. Al-Imam Malik rahimahullah dalam kitabnya diatas mengatakan :

وَقَالَ مَالِكٌ: مَنْ قَرَأَ سَجْدَةً فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّهُ يُكَبِّرُ إذَا سَجَدَهَا وَيُكَبِّرُ إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْهَا

"Barangsiapa yang membaca ayat-ayat sujud tilawah dalam sholat, maka ia bertakbir ketika sujud dan bertakbir ketika mengangkat kepala darinya." -selesai-.


DR. Muhammad Na'im dalam kitabnya "Maushû'ah Masâ`il al-Jumhûriyah" (1/183) berkata :

جمهور الفقهاء على أن الساجد للتلاوة يكبِّر إذا خفض للسجود ويكبِّر إذا رفع منه، وممن رُوي عنه التكبير لسجود التلاوة ابن سيرين والحسن وأبو قلابة والنخعي ومسلم ابن يسار وأبو عبد الرحمن السلمي وبه يقول الشافعي وأحمد وإسحاق وأصحاب الرأي.

"Mayoritas ulama berpendapat bahwa orang yang bersujud tilawah itu bertakbir ketika turun sujud dan bertakbir ketika bangkit darinya. Yang berpendapat disyariatkannya takbir adalah Ibnu Sirîn, al-Hasan al-Bashri, Abu Qilâbah, an-Nakho'iy, Muslim bin Yasâr, Abu Abdir Rahman as-Sulamiy dan ini adalah pendapatnya Syafi'i, Ahmad, Ishaq dan ashabu Ra`yu." -selesai-.


Alasan jumhur sebagaimana yang telah disampaikan oleh al-'Allâmah ibnu Utsaimin -via islam web- :

ولكن السُّنَّة تدلُّ على أنه -أي سجود التلاوة- ليس فيه تكبير عند الرَّفع ولا سلام إلا إذا كان في صلاة، فإنه يجب أن يُكبِّرَ إذا سَجَدَ ويُكبِّرَ إذا رَفَعَ؛ لأنه إذا كان في الصَّلاة ثَبَتَ له حُكم الصَّلاة، .... وثَبَتَ عنه أنَّه كان يُكبِّر في كُلِّ رَفْعٍ وخَفْضٍ فيدخل في هذا العموم سُجودُ التِّلاوة. انتهى.

"Namun yang sunnah menunjukkan bahwa sujud tilawah tidak ada takbir ketika mengangkat kepala dari sujud dan juga tidak ada salam, kecuali dalam sholat, maka wajib untuk bertakbir ketika sujud dan bertakbir ketika bangkit, karena jika itu didalam sholat maka berlakulah padanya hukum sholat....telah valid dari bahwa Beliau bertakbir setiap bangkit dan juga turun sujud, maka sujud tilawah masuk kedalam keumuman ini." -selesai-.


Oleh sebab itu, apa yang dirinci oleh al-Imam Malik radhiyallahu anhu yang bertakbir ketika sujud tilawah dalam sholat dan tidak bertakbir ketika sujud tilawah diluar sholat adalah menurut kami pendapat yang rajih dalam masalah ini.

Wallahu A'lam bish-shawâb.


(Baca Juga : Kilasan Tentang Ilmu Riwayat)


Tulisan Al-Ustadz Abu Sa'id Neno Triyono hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/abu.s.triyono.5/posts/518679895965634


EmoticonEmoticon