Showing posts with label Pengetahuan Islam. Show all posts
Showing posts with label Pengetahuan Islam. Show all posts

21 Jenis-Jenis Azab di Al-Quran

21 Jenis-Jenis Azab di Al-Quran
21 Jenis-Jenis Azab di Al-Quran
AlQuranPedia.Org – Allah Tabaraka Wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Quran bahwa ada azab yang dijanjikan bagi mereka yang berdosa dan penghuni neraka. Ketahuilah bahwa azab Allah sangatlah pedih, sangat keras, sangat membakar, dan kita tidak akan sanggup menahannya. Dan Allah sekali-kali tidak menzalimi hamba-Nya, justru hamba tersebut yang menzalimi dirinya sendiri dengan perbuatan dosa dan maksiat. Maka Allah Ta’ala mengeluarkan hukum-Nya, bagi penghuni surga akan mendapatkan kenikmatan dan penghuni neraka akan mendapatkan azab.


Di dalam Al-Quran ada berbagai nama dan jenis azab. Apa sajakah itu? Simak selengkapnya pada tulisan di bawah ini.

1. ‘Adzabun Alim (Azab Yang Pedih)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang dibumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebusi diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih. (Q.S. Al-Maa’idah : 36)

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Q.S. An-Nuur : 63)

2. ‘Adzabum Muhin (Azab Yang Menghinakan)
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Q.S. Ali ‘Imran : 178)

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.S. Luqman : 6)

3. ‘Adzabu Qubula (Azab Yang Nyata)
Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata. (Q.S. Al-Kahf : 55)


4. ‘Adzabun Syadiid (Azab Yang Sangat Keras)
Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh). (Q.S. Al-Israa’ : 58)

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. (Q.S. Faathir : 10)

5. ‘Adzabun ‘Adzhim (Azab Yang Besar)
Di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar. (Q.S. Al-Jaatsiyah : 10)

6. Adzabum Muqim (Azab Yang Kekal)
Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa oleh azab yang kekal." (Q.S. Az-Zumar : 39-40)

7. ‘Adzabun Nar (Azab Neraka)
Maka pada hari ini sebahagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudharatan kepada sebahagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu." (Q.S. Saba’ : 42)


8. ‘Adzabu Jahannam (Azab Neraka)
Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Q.S. Al-Mulk : 6)

9. ‘Adzabun Nukro (Azab Yang Mengerikan)
Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (Q.S. Ath-Thalaaq : 8)

10. ‘Adzabul Akbar (Azab Yang Besar)
maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (Q.S. Al-Ghaasyiyah : 24)

11. ‘Adzabus Sa’ir (Azab Neraka)
yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. (Q.S. Al-Hajj : 4)

12. ‘Adzabun Sho’adan (Azab Yang Amat Berat)
Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (Q.S. Al-Jinn : 17)

13. ‘Adzabul Khuldi (Azab Yang Kekal)
Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan. (Q.S. As-Sajdah : 14)

14. Su’ul ‘Adzab (Azab Yang Buruk)
Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan." (Q.S. Az-Zumar : 24)

15. ‘Adzabun Kabir (Azab Yang Besar)
maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (Q.S. Al-Furqaan : 19)

16. ‘Adzabul Hariq (Azab Yang Membakar)
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (Q.S. Al-Buruuj : 10)

17. ‘Adzabul Jahim (Azab Neraka)
mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, (Q.S. Ad-Dukhaan : 56)

18. ‘Adzabus Samum (Azab Neraka)
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (Q.S. Ath-Thuur : 27)

19. ‘Adzabum Mustaqir (Azab Yang Kekal)
Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal. (Q.S. Al-Qamar : 38)

20. ‘Adzabun Gholidzh (Azab Yang Keras)
Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya." Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. (Q.S. Fushshilat : 50)

21. Azabun Qorib (Azab Yang Dekat)
Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat." (Q.S. Huud : 64)

Itulah berbagai ayat Al-Quran yang membicarakan tentang azab. Semoga pembahasan ini menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 28 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

Mencap Hasan Al-Banna Sebagai Syahid

Mencap Hasan Al-Banna Sebagai Syahid
Mencap Hasan Al-Banna Sebagai Syahid
AlQuranPedia.Org – Hasan Al-Banna sudah tidak asing terdengar di telinga kita. Beliau adalah pendiri Ikhwanul Muslimin. Beliau dicintai dan dihormati oleh banyak kaum muslimin. Pergerakan dan perjuangan beliau dianggap sangatlah berpengaruh bagi banyak kaum muslimin. Sampai-sampai beliau disebut “Asy-Syahid” Hasan Al-Banna. Lantas bolehkah kita menamakannya dengan Asy-Syahid?

Pertama, hal tersebut termasuk hal ghaib dan hal ghaib hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.

Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (Q.S. An-Naml : 65)

Terkecuali para rasul, mereka diberikan wahyu oleh Allah Ta’ala.

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Q.S. Al-Jinn : 26-27)


Kita tidak bisa mengatakan si fulan itu syuhada, syahid di jalan Allah, seorang syahid di medan juang, tanpa wahyu dari Al-Quran dan Sunnah. Belum tentu seseorang yang mati di medan perang membela agama Allah dipastikan seorang syuhada dan syahid. Kedudukannya hanya Allah Ta’ala yang tahu, hanya Allah yang tahu niat seseorang. Bahkan, seorang pahlawan/pejuang adalah di antara yang awal dihisab oleh Allah dan menjadi korek api neraka. Hal itu disebabkan karena niatnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca Al-Quran hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca Al-Quran supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca Al-Quran yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’” (HR. Muslim, An-Nasa'i dan Ahmad)


Jadi belum tentu yang mati di medan peperangan dinilai syahid di sisi Allah. Maka dari itu kita tidak boleh mengatakannya Asy-Syahid Fulan, Asy-Syahid Si Anu, meskipun dia dikenal sebagai orang yang sholih dan taat beragama. Terkecuali bila ada wahyu yang menyebutkannya. Contohnya adalah para pejuang di perang Badar. Mereka yang pernah ikut perang pada perang Badar maka dapat dipastikan sebagai syahid karena mereka semua masuk surga.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka.” (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih sesuai syarat Imam Muslim)

Jadi misalnya Ubaidah bin Al-Harits radhiyallahu ‘anhu, beliau gugur di Badar, maka boleh kita katakan Asy-Syahid Ubaidah bin Al-Harits. Ada juga sahabat Haritsah bin Suraqah, beliau juga bisa dikatakan Asy-Syahid Haritsah bin Suraqah, karena beliau adalah pejuang Badar. Atau siapa saja yang masih hidup setelah perang Badar lalu wafat, maka boleh kita katakan sebagai Asy-Syahid.

Contoh lainnya adalah seperti 10 sahabat yang dijamin surga, di antaranya adalah ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, dan lain sebagainya. Contoh lainnya lagi adalah seperti Hamzah bin Abdul Mutholib. Mereka kesemuanya wafat di jalan Allah dan dijamin surga. Untuk mereka semua ini boleh kita sebut Asy-Syahid ‘Ali, Asy-Syahid ‘Utsman, Asy-Syahid Hamzah, karena mereka memang sudah dijamin sebagai syuhada dan tempatnya pasti di surga. Hal ini tentu saja berdasarkan wahyu yang diturunkan Allah kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun untuk selainnya maka kita tidak boleh mengatakannya sebagai Asy-Syahid, termasuk dia imam besar, Sayyid Quthb, orang sholih dan siapapun.

Kedua, Hasan Al-Banna adalah orang yang bermasalah agamanya, baik itu aqidahnya, manhajnya, pemikirannya dan keilmuannya. Hal ini sebagaimana yang diterangkan para ulama seperti Al-Muhaddits Syaikh Al-Albani, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Syaikh ‘Utsaimin, Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan, Syaikh Ahmad An-Najmi, Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Abbad, Syaikh Rabi’ Al-Madkhali dan ulama-ulama lainnya. Beliau seorang sufi tulen dan bermasalah dalam banyak hal. Karangan-karangan beliau seperti Al-Ma’tsurat dan selainnya juga tidak tegak di atas Al-Quran dan Sunnah yang shahih, ini juga dikritik oleh para ‘ulama. Sementara orang sholih saja kita tidak boleh menyebutnya sebagai Asy-Syahid, apalagi mereka yang bermasalah aqidah dan manhajnya seperti Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb dan yang semisal mereka? Allahul musta’an.

Lalu bagaimana sikap kita yang benar? Sikap kita yang benar adalah mendoakan mereka. Kita katakan Hasan Al-Banna rahimahullah, Sayyid Quthb rahimahullah, semoga Allah merahmati mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka semuanya. Seperti yang kita ketahui bahwa selama seseorang itu masih muslim dan jelas keislamannya maka wajib bagi kita mendoakan kebaikan padanya. Adapun dosa, maksiat, penyimpangan yang ia lakukan ketika hidup biarlah itu menjadi urusannya dengan Allah Jalla Jalaluh. Tetapi kita juga tidak boleh mengatakannya sebagai Asy-Syahid karena itu sama saja menghukuminya sebagai penghuni surga, yang mana hal ini hanya wewenang Allah saja. Tugas kita adalah mendoakan mereka, bukan mencapnya dengan berlebihan sampai melebihi batasan dan juga tidak boleh menghinanya apalagi sampai berlebihan. Cukup dijelaskan penyimpangannya, dijauhi karangan-karangannya, tidak bersikap berlebihan kepadanya, dan kemudian mendoakan kebaikan baginya.


Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.


Diselesaikan pada 29 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

8 Keutamaan Penghafal Al-Quran

8 Keutamaan Penghafal Al-Quran
8 Keutamaan Penghafal Al-Quran
AlQuranPedia.Org – Kita melihat saat ini banyak sekali para penghafal Al-Quran, baik itu dari negeri Arab maupun non Arab, baik itu laki-laki ataupun perempuan, baik itu anak muda, anak kecil ataupun orang dewasa, baik itu yang normal ataupun yang memiliki kekurangan. Al-Quran tidak dibatasi itu semua. Karena sesungguhnya Al-Quran itu mudah dan tidak diturunkan untuk menyusahkan kita. Mereka saja yang sudah tua bisa menghafal 30 juz Al-Quran, bahkan yang buta saja bisa fasih menghafal keseluruhan dari Al-Quran. Allahu Akbar.

Perlu diketahui bahwa menghafal Al-Quran bukanlah perkara ringan dan sepele, akan tetapi menghafal Al-Quran adalah ibadah yang mulia dan memiliki banyak keutamaan.

Bahkan, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata, yang ada di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Q.S. Al-'Ankabuut : 49)


Pada tulisan kali ini blog Al-Quran Pedia akan menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan para penghafal Al-Quran berdasarkan hadits-hadits shahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Para penghafal Al-Quran didahulukan untuk menjadi imam ketika shalat jama'ah

Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Yang paling berhak jadi imam adalah yang paling banyak hafalan Al-Quran-nya. Jika dalam hafalan Al-Quran mereka sama, maka didahulukan yang paling paham dengan sunnah… dan seseorang tidak boleh menjadi imam di wilayah orang lain. (HR. Muslim 1564 Ahmad 17526, dan yang lainnya)

Dari Ibnu 'Umar, beliau bercerita, "Ketika para muhajirin pertama tiba di Quba, sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi imam mereka shalat adalah Salim mantan budak Abu Hudzaifah. Dan beliau adalah orang paling banyak hafalan Al-Qurannya. (HR. Bukhari 660)

2. Ketika meninggal, para penghafal Al-Quran didahulukan

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bercerita, "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan dua jenazah uhud dalam satu kain kafan. Setiap hendak memakamkan, beliau tanya, “Siapa yang paling banyak hafalan qurannya?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memposisikan yang paling banyak hafalannya di posisi paling dekat dengan lahat. Lalu beliau bersabda, "Saya akan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari kiamat. (HR. Bukhari 1343 & Turmudzi 1053)

3. Para penghafal Al-Quran diutamakan untuk menjadi pemimpin jika dia mampu memegangnya

Ketika 'Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah.

Suatu ketika, 'Umar bertemu Nafi’ di daerah Asfan.

Siapa yang menggantikanmu di Mekah?” tanya 'Umar.

Ibnu Abza.” Jawab Nafi’.

Siapa Ibnu Abza?” tanya 'Umar.

“Salah satu mantan budak di Mekkah.” Jawab Nafi’.

“Mantan budak kamu jadikan sebagai pemimpin?” tanya 'Umar.

“Dia hafal Al-Quran, dan paham tentang ilmu faraid.” Jawab Nafi’.

Kemudian 'Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab ini (Al-Quran), dan Allah menghinakan kaum yang lain, juga karena Al-Quran.” (HR. Muslim 1934 dan Ahmad 237)


4. Kedudukan penghafal Al-Quran di surga sesuai dengan banyaknya ayat yang dia hafal

Dari 'Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ditawarkan kepada penghafal Al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan Al-Quran ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.” (HR. Abu Dawud 1466, Tirmidzi 3162 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

5. Para penghafal Al-Quran akan ditemani malaikat

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang membaca dan menghafal Al-Quran, dia bersama para malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al-Quran, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala." (HR. Bukhari 4937)

6. Para penghafal Al-Quran akan diberi mahkota dan pakaian kemuliaan di akhirat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Al-Quran akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz al-Quran mahkota kemuliaan. Al-Quran meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz quran, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca." (HR. Tirmidzi 3164 dan beliau mengatakan haditsnya hasan shahih)

7. Al-Quran akan memberi syafaat bagi para penghafal Al-Quran

Dari Abu UmamahAal-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Rajinlah membaca Al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat". (HR. Muslim 1910)

8. Kedua orangtua dari penghafal Al-Quran akan diberi mahkota cahaya kelak di akhirat

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang menghafal Al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al-Quran.” (HR. Al-Hakim 1/756 dan dihasankan Syaikh Al-Abani)

Di dalam riwayat lain disebutkan,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar Al-Quran.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath 6/51, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

Itulah berbagai keutamaan para penghafal Al-Quran. Semoga kita diberikan nikmat oleh Allah berupa hafalan Al-Quran yang banyak dan keluarga penghafal Al-Quran. Dan semoga kita menjadi ahli Quran, yang senantiasa bersama Al-Quran dan mengamalkan Al-Quran.



Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 28 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil

Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil
Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil
AlQuranPedia.Org – Fitnah wanita adalah salah satu fitnah yang mengerikan. Fitnah wanita bisa menjadikan orang sholih menjadi futur. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang taat menjadi lupa kepada Allah. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang berbakti kepada kedua orangtua menjadi durhaka kepada orangtua. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang fokus kepada akhirat menjadi fokus kepada dunia. Fitnah wanita juga bisa menjadikan mereka yang akur di dalam rumah tangga menjadi bercerai berai berantakan. Dan inilah realitanya. Tidak heran bila Allah Ta’ala meletakkan posisi wanita sebagai posisi pertama ketika menggambarkan urutan kecintaan manusia terhadap dunia.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali ‘Imran : 14)


Nabi Yusuf ‘alaihissalam saja terkena fitnah wanita, seorang wanita kerajaan kala itu menggoda Yusuf, kalau saja bukan karena rahmat dan pertolongan Allah, maka Nabi Yusuf ‘alaihissalam akan terjerumus ke dalam perbuatan keji (zina). Melalui kisah itu Allah Ta’ala mengabadikannya di dalam Al-Quran, agar jelas dan terang benderang bagi seluruh umat manusia, bahwa fitnah wanita adalah fitnah yang begitu besar dan berbahaya

Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu (wanita) adalah besar." (Q.S.Yusuf : 28)

Bahkan tipu daya wanita lebih mengerikan daripada tipu daya syaitan. Tipu daya syaitan itu sangat lemah, sementara tipu daya wanita sangatlah kuat dan mengerikan

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (Q.S. An-Nisaa’ : 76)

Karena tipu daya syaitan hanya melalui bisikan, syaitan makhluk ghaib, kasat mata, tidak kelihatan, mereka hanya bisa menggoda lewat bisikan. Tetapi kalau wanita, mereka makhluk nyata, mereka bisa menggoda dengan fisik dan paras mereka. Terlebih-lebih lagi di zaman teknologi saat ini, dengan kata-kata saja fitnah wanita bisa merajalela di mana-mana, belum lagi foto-foto dan video mereka. Na’udzubillah. Semoga Allah jauhkan kita dari fitnah wanita ini.

Fitnah wanita ini pulalah yang menghancurkan Bani Israil. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti umatnya agar berhati-hati dan menjauhi fitnah wanita ini.

Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sesungguhnya fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita” (HR. Muslim 2742)


Bani Israil adalah umat yang begitu besar, begitu luar biasa dan dipuji Allah di dalam banyak ayat.

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (Q.S. Al-Baqarah : 47)

Tetapi ketika berhadapan dengan wanita, mereka lemah dan kalah. Mereka takluk dengan fitnah wanita. Wallahi. Tidak ada fitnah yang lebih mengerikan bagi laki-laki melebihi fitnah wanita. Fitnah wanita adalah fitnah terbesar bagi laki-laki

Dari Usamah Bin Zaid radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari 5096 dan Muslim 2740)

Jadi, hendaknyalah para lelaki berhati-hati terhadap fitnah wanita, baik bagi yang belum ataupun yang sudah menikah. Sementara bagi para wanita, hendaklah mereka sadar bahwa mereka adalah fitnah terbesar bagi para lelaki. Berhati-hatilah dalam tindakan dan perbuatan. Terlebih lagi di zaman sekarang ini, foto-foto wanita dengan mudahnya tersebar di mana-mana. Mereka mengupload foto-foto wajah mereka, tubuh mereka, tanpa memperdulikan resiko dan dampaknya. Jangankan yang membuka aurat, yang menutup aurat saja bahkan yang sudah berhijab dan bercadar, mereka memamerkan foto-foto mereka. Wahai muslimah! Di mana ‘izzah kalian? Di mana kemuliaan kalian? Bukankah Allah Ta’ala telah memuliakan kalian dengan memerintahkan kalian berhijab yang berfungsi menutupi diri kalian? Tetapi kenapa kalian memamerkan foto kalian? Itu sama saja kalian berhijab bukan karena Allah, tidak ikhlas sepenuhnya karena Allah, karena hakikat hijab adalah menutupi, bukan malah memamerkan dan menampakkannya. Semoga Alah memperbaiki niat kita.

Ketika ada laki-laki yang bernafsu kepada kalian maka kalian akan memarahinya, kalian menyalahkannya, kalian mengatakan mata-mata mereka jelalatan, tidak bisa menjaga pandangan. Wahai wanita! Kalianlah fitnah terbesar bagi lelaki, bantu para lelaki untuk menjaga pandangannya. Cukuplah fitnah bagi lelaki sangatlah banyak, dan janganlah kalian tambahkan lagi beban tersebut, terlebih lagi kalianlah fitnah terbesarnya.

Penulis pernah menjumpai kasus nyata, ada sebagian lelaki yang mengincar foto-foto wanita bercadar untuk kepuasan nafsu mereka. Dan ini nyata dan dirasakan oleh seorang akhwat yang menjadi korbannya. Akhwat tersebut terkejut, dan akhirnya hanya bisa menangis dan menyesal. Bayangkan wahai para wanita! Mereka yang sudah bercadar dan berhijab saja sekarang sudah menjadi incaran, apalagi yang tidak berhijab dan bercadar. Semua bermula dari foto-foto dan wajah-wajah para wanita yang tersebar di media sosial, di instagram, facebook dan lain-lain. Karena dengan akses tersebut, para lelaki yang tidak bertanggung jawab akan memanfaatkannya untuk memuaskan nafsu mereka. Relakah kalian wanita, foto-foto kalian digunakan untuk hal yang bukan-bukan, dinikmati oleh lelaki-lelaki berhidung belang, yang bukan suami kalian? Semoga Allah menjaga kita.

Maka dari itu jagalah diri kita. Cukuplah para wanita menjadi sebaik-baik perhiasan bagi suaminya, bagi keluarganya, yaitu menjadi wanita yang sholihah, yakni wanita yang taat kepada Allah, taat kepada suaminya, dan foto-fotonya tidak mudah dijumpai di manapun. Cukuplah suami saja yang menikmati kecantikan kalian, tidak perlu lelaki lain. Kepada para suami hendaknya mereka jangan menjadi suami yang dayyuts, yaitu suami yang tidak memiliki rasa cemburu ketika istrinya bermaksiat dan menjadi tontonan lelaki lain. Jadilah suami yang melindungi istri dan menjaganya. Dan kepada mereka yang belum menikah, baik laki-laki ataupun perempuan. Jagalah pandangan kita, jangan kotori mata-mata kita dengan melihat foto-foto yang sebenarnya tidak pantas kita lihat. Cukuplah mata kita melihat hal-hal yang baik dan melihat suami/istri kita kelak.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim 1467)


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 19 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/31 Agustus 2018 Masehi

Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna

Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna
Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna
AlQuranPedia.Org – Beberapa waktu yang lalu, sekitar kurang lebih satu tahun yang lalu, penulis mendapatkan hadiah buku dari salah seorang teman. Mungkin teman penulis ini tahu kalau penulis sangat suka mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan agama. Buku yang diberikan adalah sebanyak dua buah, salah satunya berjudul, “Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna Solusi Segala Masalah” karya Sri Fauziah. Buku ini berukuran 13 x 19 dengan jumlah halaman sebanyak 192 halaman. Penerbitnya Shava Pustaka.


Pada tulisan kali ini Blog Al-Quran Pedia akan mereview dan akan menjelaskan sedikit tentang buku tersebut. Sebagaimana yang ditulis di buku ini, bahwa Sri Fauziah adalah “Guru lulusan IAIN Serang Banten. Beliau aktif menjadi penulis sejak masa remaja. Kini di luar kesibukannya sebagai guru, dia pun sudah berhasil menerbitkan beberapa buku berkisar agama ringan. Harapannya adalah, dengan karya-karya islaminya ini, bisa menjadi dakwah lewat tulisan. Puteri ketiga dari tujuh bersaudara ini memberikan pengajaran bahasa Arab di tingkat Sekolah Menengah Atas. Dia pun banyak membina siswa-siswi yang suka dan ingin mendalami pengetahuan khazanah keagamaannya lewat bimbingan Rohani Siswa”. -selesai kutipan-.

Penulis tidak mengenal siapa penulisnya. Tapi tampaknya memang beliau suka menulis. Baiklah langsung saja kita bahas bukunya. PERTAMA, buku tersebut memuat amalan-amalan menggunakan asmaul husna yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan-amalan tersebut juga tidak memiliki landasan baik itu ayat Al-Quran dan hadits-hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah seperti yang disebutkan pada hal 7, “Jika seorang muslim, mengamalkan atau membaca Ya Rahmaan setelah selesai menunaikan shalat fardhu, maka insya Allah atas rahmat dan izin-Nya, segala sifat lalai serta lupa akan dihilangkan dari dirinya. Selain itu juga, bilamana Ya Rahmaan dibaca sebanyak 500 kali setelah selesai menunaikan shalat lima waktu, insya Allah, Allah akan membuat hatinya tenang dan tenteram.” Amalan ini sama sekali tidak ada landasannya dari Nabi, dan amal apa saja yang tidak ada landasan dalil dan hujjahnya, maka amal tersebut tertolak.

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim no. 1718)

Bahkan kami katakan, seluruh amalan 99 asmaul husna pada buku ini adalah bid’ah, tidak ada asalnya, tidak ada contohnya dari Nabi dan tidak ada landasan dalilnya. Kalau pun ada maka hujjahnya lemah dan tidak bisa dipakai untuk amal.

Contoh lainnya adalah sebagaimana yang disebutkan pada hal 59, “Jika seorang muslim merasa berdosa oleh karenanya ia merasa berat di dalam hatinya, dengan membaca yaa Ghafuur sebanyak 100 kali setelah shalat jum’at, penderitaannya akan hilang dan jika Allah meizinkan, Dia akan mengampuni dosa itu. Jika seseorang sering mengamalkan Asma Allah ini maka marabahaya dan duka cita akan menjauh darinya, Insya Allah. Disamping itu Allah SWT akan memberikan keberkahan pada kekayaannya dan keturunannya. Orang yang menyebutnya sebanyak tiga kali yaa Rabb Aghfirli Al-Ghafuur ketika sujud maka Allah SWT akan mengampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.


Contoh lainnya lagi adalah sebagaimana yang tertulis pada hal 118, “Jika seorang yang membaca asma Allah ini dalam keadaan mempunyai wudhu sebanyak 19 kali setelah selesai mengerjakan shalat subuh, maka semua doanya akan dikabulkan, Insya Allah. Jika seseorang yang duduk sendirian ditempat yang sunyi dengan membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali, merenung artinya mencoba merasakan kesatuan pada wujudnya, beberapa hal mengenai inti batin dapat dimanifestasikan.

Dan lain-lainnya semua amal tersebut adalah batil dan bid’ah (tidak ada contohnya).

KEDUA, di setiap selesai satu asmaul husna maka akan diberikan satu hadits sebagai penutup. Contohnya adalah seperti yang disebutkan pada hal. 58, “Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudara sesama muslim. (HR. Muslim)”. Contoh lainnya seperti yang dimuat pada hal. 139, “Dari Ummu Farah ra, ia berkata Rasulullah SAW ditanya, “amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Shalat pada awal waktunya” (HR. Abu Dawud)”. Dan lain sebagainya.

Kami tidak memungkiri bahwa hadits-hadits yang dimuat tersebut banyak memuat hadits yang diterima, baik itu hadits shahih maupun hadits hasan. Jadi kami tidak menyalahkan hadits shahih yang dibawa pada buku tersebut, namun amal-amal yang tidak ada contohnya dan tidak ada dalilnya itulah yang dipermasalahkan. Karena perbuatan tersebut adalah perbuatan bid’ah, perbuatan yang dibenci Allah dan Rasul-Nya dan dapat memadamkan cahaya sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

KETIGA, di akhir buku dituliskan berbagai macam doa seperti doa sakaratul maut, doa melihat jenazah, doa bila ditimpa bermacam-macam kesusahan, doa menengok orang sakit, doa menghadapi orang yang sakit, doa mohon dijauhkan dari sakit mata dan lain sebagainya.

Doa-doa ini juga tidak ada dalilnya baik Al-Quran dan Sunnah yang shahih. Jadi tidak boleh mengamalkan doa-doa tersebut, terlebih lagi tidak ada dalilnya dan hujjahnya. Cukuplah bagi kita doa-doa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya melalui Al-Quran dan hadits-hadits yang shahih.

KESIMPULANNYA, dari pembahasan singkat kita, maka dapat kita simpulkan buku ini sangat-sangat tidak direkomendasikan. Alasannya adalah buku ini memuat amal-amal yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak adda dalilnya baik dari Al-Quran ataupun hadits. Amal-amal tersebut batil bahkan sangat batil.

Lalu bagaimana dengan hadits-hadits shahih yang terdapat di dalam buku tersebut? Kami katakan, bahwa betul ada terdapat hadits-hadits shahih di dalamnya, akan tetapi tidak boleh kita mencampurkan yang haq dan yang batil.

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 42)

Jadi meskipun di dalamnya terdapat kebenaran, namun di dalamnya juga terdapat banyak kebatilan dan kesesatan. Daripada kita mendapatkan ilmu tapi tercampur kejelekan lebih baik kita tidak mendapatkannya sama sekali. Kita takut ilmu kita tercampur hal-hal yang tidak baik dan mengandung kesesatan. Cukuplah bagi kita karya-karya para asatidz kita dan para ulama kita yang -insya Allah- penuh dengan ilmu dan dalil-dalil yang kuat.

Kalau buku yang berkaitan dengan Asmaul Husna ada karya Fiqih Asmaul Husna karangan Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzhahullah. Pada buku tersebut kita akan mengetahui amal-amal apa saja yang sesuai dengan sunnah Rasulullah berkaitan dengan asmaul husna. Di dalam buku tersebut juga dijelaskan berbagai penyimpangan orang yang mengamalkan asmaul husna seperti yang terdapat pada buku karangan Sri Fauziah ini.


Cukup sekian pembahasan singkat kita tentang buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.

Lebih Buruk Ahlul Bid’ah Atau Orang Kafir?

Lebih Buruk Ahlul Bid’ah Atau Orang Kafir?
Lebih Buruk Ahlul Bid’ah Atau Orang Kafir?
AlQuranPedia.Org – Ahlul Bid’ah adalah pengekor hawa nafsu. Ahlul bid’ah suka berbuat bid’ah, bangga akan kebid’ahannya dan tidak suka jika bid’ahnya diusik. Mereka lebih mendahulukan akal, hawa nafsu, dan kepentingan dunia lainnya daripada dalil-dalil yang shahih. Mereka banyak menentang ayat Al-Quran dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara mereka bahkan tidak segan-segan menentang dan menghalang-halangi dakwah salafiyyah yang mulia ini. Maka dari itu, mereka adalah sekelompok orang yang sangat berbahaya. Sampai-sampai Imam Ahmad saja menyuruh anaknya untuk tutup kuping ketika melewati pengajian Mu’tazilah. Hal itu dikarenakan syubhat dan pengaruhnya yang luar biasa.


Bahaya ahlul bid’ah diterangkan oleh banyak ulama, sejak zaman sahabat, ulama tabi’in sampai ulama kontemporer. Hal itu tertuang di dalam kata-kata mereka. Simak penuturan beberapa perkataan ulama berikut ini.

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Hindarilah duduk bersama ahli bid’ah dan barangsiapa yang duduk bersama ahli bid’ah, maka ia tidak akan diberi hikmah. Aku suka jika di antara aku dan pelaku bid’ah ada benteng dari besi.” (Lihat al-Ibaanah (no. 470) oleh Ibnu Baththah al-‘Ukbari, Syarhus Sunnah (no. 170) oleh Imam al-Barbahari dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 1149) oleh al-Lalika-i)

Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata, “Jika engkau bertemu dengan pelaku bid’ah di jalan, maka ambillah jalan lain.” (Lihat Al-Bida’ wan Nahyu ‘anhaa (I/98-99, no. 124) oleh Ibnu Wadhdhah, tahqiq ‘Abdul Mun’im Salim, asy-Syarii’ah (I/458, no. 135) oleh al-Ajurri, al-Ibaanah (no. 390-392) oleh Ibnu Baththah al-‘Ukbari dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah no. 240)

Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Janganlah kalian duduk dengan pengikut hawa nafsu, janganlah berdebat dengan mereka dan janganlah mendengar perkataan mereka.” (HR. Ad-Darimi dalam Sunannya (I/110), Ibnu Baththah al-‘Ukbari dalam al-Ibaanah (no. 395, 458), dan lihat Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah no. 240)

Lihatlah bagaimana buruk dan mengerikannya ahlul bid’ah sampai-sampai para ulama saja sangat tegas dan keras terhadap mereka. Tak sedikit pula ulama yang mentahdzir dan menghajr (memboikot) sebagian ahlul bid’ah karena bahayanya mereka.


Akan tetapi kita dapati saat ini ada sebagian orang yang salah menempatkan permasalahan ahlul bid’ah ini. Ada orang yang membenci ahlul bid’ah dan mentahdzir ahlul bid’ah secara berlebihan, tidak lagi sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menjatuhi perkataan-perkataan yang sangat berat di sisi Allah. Sampai-sampai mereka meletakkan posisi ahlul bid’ah lebih buruk dan lebih jelek daripada orang kafir. Lantas benarkah hal ini? Benarkah ahlul bid’ah lebih buruk daripada orang kafir?

Kita jawab, betul sekali bahwa ahlul bid’ah adalah sekelompok orang yang buruk, berbahaya dan jelek. Karena mereka mempermainkan agama Allah, berbuat semena-mena terhadap agama Allah, melestarikan bid’ah yang tidak ada contohnya dari Rasul dan memadamkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi ahlul bid’ah masihlah muslim, dan siapapun dia selama dia masih muslim, bertauhid, maka dia tetaplah lebih baik dan lebih mulia daripada orang kafir. Karena tidak ada yang lebih buruk daripada orang kafir, orang kafir adalah sejelek-jelek makhluk.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Q.S. Al-Bayyinah : 6)

Sementara orang mukmin dan yang beramal sholih adala sebaik-baik makhluk

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (Q.S. Al-Bayyinah : 7)

Jadi orang kafir manapun dia, selama dia non-muslim, baik itu Yahudi, Nasrani, Majusi, Buddha, Hindu, Konghuchu, Ateis dan yang semacamnya, maka dia tetaplah seburuk-buruk makhluk. Orang Islam atau muslim tetaplah lebih baik dari mereka.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) serta orang-orang musyrik adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah. Jika mereka adalah sejelek-jelek makhluk, maka berarti dipastikan pada mereka kejelekan. Karena yang dimaksud kejelekan di sini adalah nampak pada mereka kejelekan yang tidak mungkin kita berhusnuzhon (berprasangka baik) pada mereka. Kecuali ada beberapa orang yang dipersaksikan langsung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di antara orang musyrik seperti ‘Abdullah bin Ariqoth. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyewanya untuk menunjukkan jalan ketika hijrah. Akan tetapi selain dia, yaitu mayoritas orang musyrik adalah tidak bisa kita menaruh percaya pada mereka. Karena mereka adalah sejelek-jeleknya makhluk.” (Tafsir Juz ‘Amma karya Syaikh 'Utsaimin, hal. 284)

Meskipun seorang muslim berbuat bid’ah yang paling parah, melakukan dosa yang sangat besar dan bermaksiat kepada Allah dengan maksiat yang luar biasa. Mereka tetap lebih baik di sisi Allah daripada orang kafir (non muslim) yang baik, baik itu mereka suka bersedekah, beramal, membantu kaum muslimin. Karena semua perbuatan mereka tidak berguna. Mereka melakukan perbuatan dosa yang sampai kapanpun Allah tidak pernah ampuni, yaitu syirik kepada Allah, mereka menyekutukan Allah. Amal-amal kaum kafir tidak akan diterima dan jika mereka mati dalam keadaan tidak bersyahadat, maka mereka akan masuk neraka Jahannam dan kekal di dalamnya.

Begitupula sebaliknya, kaum muslimin yang separah apapun perbuatan bid’ahnya, tetap tidak bisa kita sebut sejelek-jelek makhluk, kita tidak boleh memposisikan mereka lebih buruk daripada orang kafir. Apalagi sampai-sampai menghukumi mereka dengan neraka. Siapapun dia, selama muslim, selama bertauhid, maka tempatnya adalah di surga meskipun ada yang melalui neraka terlebih dahulu.

Jadi itulah pembahasan singkat kita mengenai kedudukan ahlul bid’ah dan orang kafir. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 19 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/31 Agustus 2018 Masehi.

Nama-Nama 8 Pintu Surga

Nama-Nama 8 Pintu Surga
Nama-Nama 8 Pintu Surga
AlQuranPedia.Org – Setiap orang mukmin pasti berkeinginan masuk surga. Karena di dalam surga diberikan segala kenikmatan yang luar biasa nikmatnya. Nikmat yang tidak ada bandingannya dibandingkan kenikmatan di dunia.

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (Q.S. Al-Hajj : 23)


Di dalam suatu hadits disebutkan,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia. Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (Q.S. As-Sajdah : 17)

Di dalam surga juga ada pintu-pintu yang berjumlah 8. Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits,

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari no. 3257)

Adapun mengenai nama-nama pintu surga tersebut dijelaskan beberapa hadits dan para ulama.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.

Sedangkan pintu kelima adalah pintu Al-Ayman. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dalam hadits tentang syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan, “Wahai Muhammad, suruhlah umatmu (yaitu) orang-orang yang tidak dihisab untuk masuk ke dalam surga melalui pintu Al-Ayman yang merupakan di antara pintu-pintu surga. Sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang.” (HR. Bukhari no. 3340, 3361, 4712 dan Muslim no. 194)

Nama pintu keenam adalah Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas (mudah menahan amarah dan memaafkan orang lain) terdapat dalam hadits dari Rawh bin ‘Ubadah, dari Asy’ats, dari Al-Hasan Al-Bashri secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.” (HR. Ahmad. Lihat Fath Al-Bari, 7: 28)


Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Al-Qadhi berkata, pintu-pintu surga lainnya disebutkan dalam hadits lain yaitu pintu taubat, pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas, Pintu Ridha. Inilah jadinya ada tujuh pintu yang ada dalam berbagai hadits. Sedangkan 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab akan masuk melalui pintu Al-Ayman. Itulah pintu kedelapan.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 106-107)

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan, “Dalam hadits disebutkan ada empat pintu surga. Di awal-awal bab jihad sudah diterangkan pula bahwa pintu surga itu ada delapan. Rukun Islam yang tersisa adalah haji, tentu ada pintu khusus untuk orang yang berhaji. Itulah pintu kelima. Adapun tiga pintu lainnya, ada di situ pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, dari Rawh bin ‘Ubadah dari Asy’ats, dari Al-Hasan Al-Bashri secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.”

Ada juga pintu Al-Ayman (pintu ketujuh), yaitu pintu orang yang bertawakkal pada Allah yang masuk dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Adapun pintu kedelapan adalah Pintu Dzikir sebagaimana yang diisyaratkan dalam riwayat Tirmidzi. Bisa jadi pula adalah Pintu Ilmu. Wallahu a’lam.” (Fath Al-Bari, 7: 28)

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan, “Dalam hadits disebutkan ada empat pintu surga. Di awal-awal bab jihad sudah diterangkan pula bahwa pintu surga itu ada delapan. Rukun Islam yang tersisa adalah haji, tentu ada pintu khusus untuk orang yang berhaji. Itulah pintu kelima. Adapun tiga pintu lainnya, ada di situ pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, dari Rawh bin ‘Ubadah dari Asy’ats, dari Al-Hasan Al-Bashri secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.”

Ibnu Hajar melanjutkan, “Ada juga pintu Al-Ayman (pintu ketujuh), yaitu pintu orang yang bertawakkal pada Allah yang masuk dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Adapun pintu kedelapan adalah Pintu Dzikir sebagaimana yang diisyaratkan dalam riwayat Tirmidzi. Bisa jadi pula adalah Pintu Ilmu. Wallahu a’lam.” (Fath Al-Bari, 7: 28)

Berdasarkan dalil-dalil hadits, maka ada 6 pintu surga yang sudah jelas namanya, yaitu:

Pintu 1 : Pintu Sholat
Pintu 2 : Pintu Jihad
Pintu 3 : Pintu Puasa (Pintu Ar-Rayyan)
Pintu 4 : Pintu Sedekah
Pintu 5 : Pintu Orang Yang Tidak Dihisab (Pintu Al-Ayman)
Pintu 6 : Pintu Orang Yang Mudah Menahan Amarah dan Memaafkan (Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas)

Adapun nama 2 pintu lainnya para ulama berselisih, setidaknya ada 5 nama lainnya.

Pintu Taubat, Pintu Haji, Pintu Dzikir, Pintu Ridha, dan Pintu Ilmu.

Wallahu a’lam. Hal terpenting adalah di dalam surga ada 8 pintu, mengenai namanya kita serahkan kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala. Dan hal yang terpenting lagi dari itu semua adalah bagaimana kita bisa masuk surga kelak.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.