17 Ayat Al-Quran Tentang Hijrah

17 Ayat Al-Quran Tentang Hijrah
17 Ayat Al-Quran Tentang Hijrah

AlQuranPedia.Org – Makna (الْمُهَاجَرَةُ), -Hijrah- sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah keluar dari negeri kafir kepada negeri iman, sebagaimana para sahabat yang berhijrah dari Makkah ke Madinah. [Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, dari asal kata hajaro, hal. 537. Lihat pula, Tahriru Alfadhit Tanbih, hal. 313 dan Kitab At-Ta’rifat, hal. 27]

Dan hijrah di jalan Allah itu, sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha harus dengan sebenar-benarnya. Artinya, maksud orang yang berhijrah dari negerinya itu adalah untuk mendapatkan ridha Allah dengan menegakkan agamaNya yang ia merupakan kewajiban baginya, dan merupakan sesuatu yang dicintai Allah, juga untuk menolong saudara-saudaranya yang beriman dari permusuhan orang-orang kafir. [Lihat Tafsirul Manar 5/359]


Sederhananya. Hijrah itu meninggalkan apa yang dilarang Allah menuju apa yang  dicintai/disukai Allah. Pada tulisan ini Blog Al-Quran Pedia akan membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan tentang hijrah. Simak selengkapnya di bawah ini.

1
Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzaab : 50)

2
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, (Q.S. An-Nisaa’ : 97)

3
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nisaa’ : 100)

4
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Anfaal : 72)

5
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (Q.S. Al-Anfaal : 74)

6
Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Anfaal : 75)

(Baca Juga : Zhalim Dalam Berdoa)

7
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah : 218)

8
Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki. (Q.S. Al-Hajj : 58)

9
(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Hasyr : 8)

10
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (Q.S. Al-Hasyr : 9)

11
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Mumtahanah : 10)

12
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (Q.S. Ali ‘Imran : 195)

13
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (Q.S. An-Nahl : 41)

14
Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nahl : 110)

15
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, (Q.S. An-Nisaa’ : 89)

16
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Q.S. An-Nuur : 22)

17
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. At-Taubah : 19-20)

Itulah berbagai ayat Al-Quran yang membahas dan menjelaskan tentang hijrah. Semoga tulisan ini menambah khazanah pengetahuan agama kita.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 17 Muharram 1440 Hijriyah/17 September 2019 Masehi.

Rakyat dan Penegak Hukum Jangan Zalim

Rakyat dan Penegak Hukum Jangan Zalim
Rakyat dan Penegak Hukum Jangan Zalim
Rakyat jangan berbuat zhalim
Dan para penegak hukum jangan berbuat zhalim

Semua ada hisabnya pada hari kiamat, hari di mana tiada satupun kezhaliman yang tak terbalas, semua akan tertuntaskan di hari pembalasan....

(Baca Juga : 15 Ayat Al-Quran Tentang Bersedih)

Rasulullah Shallallahu ‘aliahi wa sallam bersabda:

سَيَكُوْنُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ شُرْطَةٌ يَغْدُوْنَ فِـي غَضَبِ اللهِ، وَيَرُوْحُوْنَ فيِ شَخَطِ اللهِ، فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُوْنَ مِنْ بِطَانَتِهِمْ.

“Akan ada di akhir zaman para penegak hukum yang pergi dengan kemurkaan Allah dan kembali dengan kemurkaan Allah, maka hati-hatilah engkau agar tidak menjadi kelompok mereka.” [lihat Shahiihul Jaami’ (III/317, no. 3560).

Rasulullah Shallallahu ‘aliahi wa sallam juga bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّـارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَـرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ…

‘Ada dua kelompok dari penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; satu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuk manusia….’” [HR. Muslim]

(Baca Juga : Perhatikan Izin Suamimu)

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah di antara mukzijat Nabi Shallallahu ‘aliahi wa sallam. Sungguh, telah terbukti apa yang dikabarkan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun orang-orang yang membawa cambuk adalah pengawal-pengawal penguasa yang berbuat kezhaliman.”[Syarh an-Nawawi (XVII/190]

BEGITUPUN DENGAN RAKYAT....

Jangan berbuat zhalim! karena penguasa zhalim itu berasal dari rakyat yang zhalim.

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai pemimpin bagi sebagian orang zhalim yang lain disebabkan perbuatan yang mereka lakukan.” (Qs Al An’am: 129)

(Baca Juga : Apakah Ada Sholat Sunnah Ashar?)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1337449246410353&id=100004358714062

Sumber Perpisahan dan Perpecahan

Sumber Perpisahan dan Perpecahan
Sumber Perpisahan dan Perpecahan
Ketika Menemani asy-syaikh Walid bin Saif Alu Nashr hafizhahullah (salah seorang murid al-Imam al-Albani rahimahullah) di salah satu masjid di daerah Kenjeran Surabaya, saya tanyakan kepada beliau seputar fenomena saling tahdzir antar da'i, hajr dan boikot, apa penyebab itu semua?

Beliau menjawab: semua itu karena dosa yang mereka lakukan, hendaknya mereka beristighfar dan bertaubat kepada Allah...

(Baca Juga : 7 Hadits Tentang Ya'juj dan Ma'juj)

Kemudian beliau mengutip sabda rasulullah:

« والذي نفس محمد بيده ؛ ما تواد اثنان في الله ففرق بينهما إلا بذنب يحدثه أحدهما »  أخرجه أحمد وصححه الألباني في الإرواء 8/99

Demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tangannya, tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah kemudian Allah pisahkan keduanya kecuali karena dosa yang dilakukan salah satu di antara keduanya. (HR. Ahmad dishahihkan imam al-Albani dalam al-Irwa': 8/99)

Selesai
===============

Al-Imam al-Munawi mengomentari hadits ini dan berkata: "Perpisahan atau perpecahan adalah hukuman dari sebuah dosa......"

(Baca Juga : 12 Ayat Al-Quran Tentang Emas)

Al-Imam al-Muzani berkata:

إذا وجدت من إخوانك جفاء ، فتب إلى الله ، فإنك أحدثت ذنبا ، وإذا وجدت منهم زيادة ود ، فذلك لطاعة أحدثتها ، فاشكر الله تعالى

Jika engkau menjumpai sifat  kasar (kebencian) dari sahabat2mu maka segeralah bertaubat kepada Allah karena engkau telah berbuat dosa.

dan jika engkau menjumpai tambahan cinta dari mereka maka itu berasal dari ketaatan yang kau lakukan...maka bersyukurlah kepada Allah.

Al-Faidl (5/437)

Mari bertaubat dan memperbanyak istighfar, kita perbaiki hubungan kita kepada Allah agar Allah memperbaiki hubungan di antara kita.

(Baca Juga : Sarana Menuntut Ilmu)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1341575912664353&id=100004358714062

Perisai dari Fitnah Dajjal

Perisai dari Fitnah Dajjal
Perisai dari Fitnah Dajjal
1. Melazimi dan berpegang teguh dengan ajaran Islam kemudian mempelajari seluk beluk Dajjal, kapan dia muncul, di mana munculnya, apa cirinya, apa saja fitnahnya? Dan bagaimana cara menghindar darinya?.

Hal ini penting untuk diketahui, sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Arab, Abu Faras al-Hamdani,

عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّر … رِ لَكِنْ لِتَوَقِّيهِ

وَمَنْ لَا يَعْرِفِ الشَّرَّ … مِنَ النَّاسِ يَقَعْ فيهِ!

“Aku mengetahui keburukan bukan untuk berbuat keburukan… Akan tetapi agar aku mampu terhindar darinya…

Karena barang siapa dari manusia yang tidak mengetahui keburukan......Suatu saat akan terjerumus ke dalamnya!

(Jami’ Dawawin asy-Syi’r al-‘Arabi ‘ala Marr al-‘Ushur, 16/41. Maktabah Syamilah).

(Baca Juga : 24 Ayat Al-Quran Tentang Dunia)

Maka dari itulah Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي

“Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, sedangkan aku justru bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena aku takut keburukan itu akan menimpaku (HR. Bukhari: 3060, dan Muslim: 1847)

2.  Berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal, terkhusus dalam shalat setelah tasyahud akhir

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Jika salah seorang di antara kalian melakukan tasyahud, mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah Al Masih Ad Dajjal” (HR. Muslim no. 588).

(Baca Juga : Balasan Keimanan dan Amal Sholih)

3. Menghapal awal surat al-Kahfi

Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal” (HR. Muslim no. 809).

4. Jangan mendekati Dajjal

Dari ‘Imron bin Hushain, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهْوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَات

“Barangsiapa mendengar kemunculan Dajjal, maka menjauhlah darinya. Demi Allah, ada seseorang yang mendatangi Dajjal dan ia mengira bahwa ia punya iman (yang kokoh), malah ia yang menjadi pengikut Dajjal karena ia terkena syubhatnya ketika Dajjal itu muncul” (HR. Abu Daud no. 4319 dan Ahmad 4: 441).

Wallahu a'lam bish-showab

(Baca Juga : Jangan Pernah Mencabut Uban)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1350283095126968&id=100004358714062

Zhalim Dalam Berdoa

Zhalim Dalam Berdoa
Zhalim Dalam Berdoa
Termasuk kezhaliman adalah mendoakan orang yang berbuat zhalim dengan doa yang melampau batas....

Hanya karena masalah dunia, seseorang berseteru dengan saudara muslim lainnya... hingga terlontar kalimat2 mengerikan " qotalahumullah" (semoga Allah membunuhnya)
la'anahullah (semoga Allah melaknatnya).. akhzahullah (semoga Allah menghinakannya)
 dan kalimat semisalnya...

Apalagi jika doa itu hanya bersumber dari prasangka dan suudzhon kepada muslim lainya....na'udzu billah...

(Baca Juga : Keutamaan Bersalaman Ketika Bertemu Sesama Muslim)

Allah berfirman dalam surat Asy- Syura :

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖفَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚإِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. " (Asy-Syura : 40)"

Membalas kezhaliman itu ada 3:

1. Serupa
2. Memaafkan
3. Melampau batas (membalas kezhaliman dg kezhaliman yang lebih)

Berdoa pun bisa menyebabkan dosa... berhati2lah....

... semoga kita menjadi hamba2 Allah yang bersaudara....

(Baca Juga : Hukum Bercanda "Prank")

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1355958077892803&id=100004358714062

Sesungguhnya Ilmu Itu Muroja'ah

Sesungguhnya Ilmu Itu Muroja'ah
Sesungguhnya Ilmu Itu Muroja'ah
INNAMAL 'ILMU AL-MUROJA'AH

Sesungguhnya ilmu itu adalah muraja'ah (mengulang-ulang).

Salah seorang masyayikh kami pernah bercerita di hadapan kami:

Dahulu kami menghadiri majlisnya syaikh Bin Baz rahimahullah, beliau mempunyai dars (kajian) Fath al-bari yang dihadiri oleh banyak para penuntut ilmu, bahkan para dosen, para doktor  ikut menghadiri dars beliau. Dalam dars tersebut ada seorang Qori' yang bertugas untuk membaca kitab yang nantinya dijelaskan penjabarannya oleh syaikh.

(Baca Juga : Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya)

Dalam prakteknya sang qori' membaca hingga berbaris2 bahkan berhalaman2, tapi syaikh Bin Baz hanya menjelaskan sedikit sekali dari isi kitab tersebut, seakan2 yang berperan justru si Qori' saja. Hingga kenyataan tersebut membuat malal (kebosanan) dan kejenuhan bagi kami para doktor dan dosen2 yang hadir,  kami merasa metode seperti itu sangat mudah kita lakukan sendiri di rumah2 kami tanpa menghadiri darsnya syaikh.

Hingga sampai beliau wafat,..dan ketika beliau wafat baru kami sadari betapa mahalnya darsnya syaikh Bin Baz, dengannya kami bisa memurajaah kembali apa yg dulu kita pelajari..dan setelah  wafatnya beliau kami kesulitan memurajaah kitab itu lagi...rahimahullah.

Benarlah orang yang berkata: majlisnya ulama itu membawa keberkahan.

(Baca Juga : 6 Ayat Al-Quran Tentang Salib)

Senada dengan cerita di atas, ketika di kota Riyadh kami pernah berkesempatan hadir di majlisnya syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah, kami melihat yang hadir dihadapan beliau adalah para profesor dan  guru besar universitas, mereka sabar dan telaten mendengarkan apa yang disampaikan syaikh fauzan, padahal kami yakin para guru besar itu sudah paham apa yg disampaikan syaikh fauzan...bahkan dari segi gelar akademik mereka lebih tinggi levelnya dari syaikh fauzan...tapi itulah penuntut ilmu sejati mereka duduk tawadhu dihadapan para ulama.

Cerita di atas mengajarkan kepada kita bahwa ilmu yang sesungguhnya adalah dg muroja'ah (mengulang-ulang) apa yang pernah kita dapat.

Jangan pernah bosan jika kita menjumpai materi yang sama yang sudah pernah kita dengar...karena hal itu, menajamkan hapalan, melengkapi apa yg dulu kelewatan, dan membetulkan kekeliruan.

Yuk ...mari muraja'ah !!!!

@fadlanfahamsyah

(Baca Juga : Rambut Peninggalan Rasulullah, Benarkah?)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1089304867891460&id=100004358714062

Problem Da'i

Problem Da'i
Problem Da'i
Problematika yang harus dihadapi da’i  itu banyak dan beragam,bagaikan krikil yang menperlambat dakwahnya atau mengelincirkannya dalam jalan dakwah.

Bisa jadi sumber masalah da’i datang dari fitnah wanita dan segala pernak-perniknya, membuat da’i jatuh tersungkur bahkan ada yang tak bangun lagi selamanya untuk berdakwah.

(Baca Juga : 17 Ayat Al-Quran Tentang Lauh Mahfudzh)

Terkadang sumber petaka datang dari godaan harta, fulus, dinar dan dirham, membuat da’i lupa diri dan tenggelam dalam genangan harta yang melalaikannya dari dakwah. Kadang harta yang membuat da’i hilang sifat amanahnya, tak sanggup melihat uang banyak, yang terkadang milik ummat dia anggap halal-halal saja dia “tilep” dan manfaatkan untuk kebutuhan pribadinya.

Terkadang godaan itu bisa berasal dari hasrat dai akan ketenaran dan popularitas, sehingga ia lakukan segala cara untuk membangun ketenaran diri, meski dengan menjatuhkan kawan-kawan seprofesinya.

Penyakit “ gila tenar” ini adalah alat pembunuh dahsyat tanpa pisau yang akan menghancurkan jati diri da’i kelak.

Hendaklah dai senantiasa mencari Ridho Allah bukan ridho manusia, mencari apa yang disenangi Allah bukan kesenangan manusia. Biarlah dirimu tak tenar dikalangan makhluk, asal dikenal oleh Sang Khaliq pencipta Alam semesta.

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Jahannam)

Hakikatnya da’i harus meyakini bahwa kemulian itu ditangan Allah, Dia yang akan mengangkat derajat seseorang atau menghinakannya, Dialah pemilik hati-hati hamba yang menaklukkannya untuk mencintai seseorang atau membencinya. Sehebat apapun da’i bersembunyi dari ketenaran, dan Allah ingin membuat dia tenar, pasti keharuman namanya kan tetap tersebar luas-mau tidak mau, suka tidak suka- tercium oleh manusia.

Terkadang penyakit serius yang dihadapi da’i -sebagian mereka tidak menyadarinya- adalah penyakit iri,dengki, hasad jika melihat ada orang lain yang dianggap sebagai pesaingnya dalam dakwah. Ia kan berusaha sekuat tenanganya untuk membunuh karakter sang da’i yang menjadi pesaingnya dengan ghibah, fitnah dst, dengan tujuan agar hanya bendera dirinya yang berkibar dalam dakwah, semua bendera lain harus jatuh dan tumbang tak boleh tegak.

Penyakit serius lainnya adalah perasaan da’i hanya dia seoranglah penyelamat Islam, penegak pilarnya, tanpa dirinya cahaya Islam kan redup, syiar Islam melemah, padahal kejayaan Islam takkan pernah rela dilekatkan dengan seseorang. Tanpa dirimu wahai da’i Islam kan berkibar sepanjang masa. Islam tak butuh dirimu,justru engkaulah yang membutuhkan Islam.

*percikan dari nasehat berharga Syeikh Ziyad Al-Abbadi.

(Baca Juga : 21 Ayat Al-Quran Tentang Kurma)

Batu, Malang 22 Syawwal 1440/25Juni 2019

Tulisan Al-Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1361994057289205&id=100004358714062

Pelajaran yang Berkesan

Pelajaran yang Berkesan
Pelajaran yang Berkesan
Pelajaran paling berharga setelah mempelajari ilmu “jarh dan ta’dil” yang intinya  adalah...bagaimana para perawi hadis terdahulu ada yang mendapatkan pujian ulama setinggi langit semisal”tisqah, tsabt, hujjah, amirul mukminin fil hadis dan semacamnya...

Sebaliknya ada pula para perawi hadis yang mendapatkan celaan jelek direndahkan dengan serendah-rendahnya, seperti lafaz” dhaif, kazzab(pendusta) dajjal...dan semacamnya..

Maka ambillah pelajaran untuk dirimu kelak, apakah ketika hidup dan setelah wafat, dirimu kan menuai pujian manusia dengan kebaikanmu, dan kontribusimu untuk manusia dan orang banyak, dengan sebutan” orang jujur, dermawan, pahawan, orang alim, orang zuhud dan ahli ibadah, pemurah dan rela berkorban” dan semacamnya..

(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Jihad)

Atau dikalungkan dilehermu rantai celaan dan umpatan manusia dikala kau hidup atau setelah matimu dengan  ucapan mereka” pendusta bin penipu, perampok bin pencuri, pecundag bin pengkhiat, koruptor bin manipulator, pengkhianat...dan semacamnya.

Zaman tak kan pernah basa-basi terhadapmu, ia kan menilaimu apa adanya, ukirlah sejarahmu di prasasti emas yang bernilai, bukan dalam lembaran hitam yang dicampakkan sejarah dalam kumuhnya lubang sampah dan tempat pembuangan.

 Hilangkan segala tendensi dan kepentingan dirimu, tak perlu mencari tenar dan populer, sebarkan kebaikan meski dirimu tak dikenal, cintai Allah segenap kemampuanmu, bila Allah mencintaimu...pastikan bahwa manusia kan memberikan cintanya yang tulus padamu...

*nasehat yang sangat berkesan dari Syeikh Ziyad Al Abbadi-hafizahullah-“

(Baca Juga : Tawakkal Dengan Rezeki Allah)

Batu, Malang 24 Syawwal 1440/28 Juni 2019

Tulisan Al-Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA hafidzhahullah

Sumber:https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1363794283775849&id=100004358714062