Yahudi Keturunan Kera dan Babi?

Yahudi Keturunan Kera dan Babi?
Yahudi Keturunan Kera dan Babi?


 Akhir-akhir ini sering terdengar kembali ungkapan "Yahudi keturunan kera dan babi", sebuah ungkapan yang menunjukkan kejengkelan kaum muslimin terhadap tingkah pola bangsa Yahudi yang menjajah bumi Palestina. Namun apakah ungkapan tersebut benar?


Sebenarnya kata " Kera dan Babi" merujuk pada firman Allah:


(قُلۡ هَلۡ أُنَبِّئُكُم بِشَرࣲّ مِّن ذَ ٰ⁠لِكَ مَثُوبَةً عِندَ ٱللَّهِۚ مَن لَّعَنَهُ ٱللَّهُ وَغَضِبَ عَلَیۡهِ وَجَعَلَ مِنۡهُمُ ٱلۡقِرَدَةَ وَٱلۡخَنَازِیرَ وَعَبَدَ ٱلطَّـٰغُوتَۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ شَرࣱّ مَّكَانࣰا وَأَضَلُّ عَن سَوَاۤءِ ٱلسَّبِیلِ)


 Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari  itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, dan di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan para menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 60)


(Baca Juga : Bangkai Jahiliyyah)


Dan juga firman Allah:


(وَلَقَدۡ عَلِمۡتُمُ ٱلَّذِینَ ٱعۡتَدَوۡا۟ مِنكُمۡ فِی ٱلسَّبۡتِ فَقُلۡنَا لَهُمۡ كُونُوا۟ قِرَدَةً خَـٰسِـِٔینَ)


Dan sesungguhnya telah kalian ketahui orang-orang yang melanggar di antara kalian pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina". (QS. Al-Baqarah:65).


Al-Imam Ibn Katsir Rahimahullah menyebutkan bahwa di antara sebab hukuman ini adalah karena mereka melanggar larangan Allah mencari ikan di hari Sabtu...mereka inilah yang disebut Ashabus sabt.


Namun, Rasulullah menjelaskan bahwa sebagian bangsa Yahudi yang dijelmakan menjadi kera dan babi itu tidak memiliki keturunan. 


Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, bahwa pernah disebut-sebut kera dan babi karena jelmaan di samping nabi shalallahu alaihi wassalam, maka Nabi berkata:


: إِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ لِمَسْخٍ نَسْلًا وَلَا عَقِبًا، وَقَدْ كَانَتِ الْقِرَدَةُ وَالْخَنَازِيرُ قَبْلَ ذَلِكَ ) .


Sesungguhnya Allah tidak menjadikan manusia yang dijelmakan (kera dan babi) itu memiliki anak keturunan. Dan kera dan babi sudah ada sebelumnya. (HR. Muslim: 2663)


(Baca Juga : 17 Ayat Al-Quran Tentang Jin)


Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhu juga berkata:


  الَّذِينَ اعْتَدَوْا فِي السَّبْتِ فَجُعِلُوا قِرَدَةً فَوَاقًا ، ثُمَّ هَلَكُوا ؛ مَا كَانَ لِلْمَسْخِ نَسْلٌ  . انتهى


Orang-orang yang melampaui batas pada hari sabt mereka dijadikan kera kemudian mereka binasa tanpa memiliki keturunan. (Tafsir Ibn Hatim, hal. 670).


Jadi Ungkapan: " Yahudi keturunan kera dan babi" itu tidak benar.


Adapun yang benar, mereka adalah saudara kera dan babi, hal ini berdasarkan riwayat yang shahih bahwa Aisyah Radhiyallahu Anhu pernah memanggil Yahudi dg sebutan:


إخوان القردة والخنازير


"Wahai, saudara kera dan babi" (Al-Albani, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, vol.2. hal: 306 no. 691)


(Baca Juga : Bahaya Syirik dan Keutamaan Tauhid)


Tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. MHI hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/fadlan.fahamsyah/posts/1972972056191399

6 Fakta Fatwa Syaikh Al-Albani Seputar Palestina

6 Fakta Fatwa Syaikh Al-Albani Seputar Palestina
6 Fakta Fatwa Syaikh Al-Albani Seputar Palestina

Apa benar syekh al-Albani berfatwa agar kaum muslimin meninggalkan masjid Al-Aqsa dan mengosongkan Palestina untuk yahudi????


Berikut Fakta tentang Fatwa syekh al-Albani seputar Palestina.


1. Al-Albani tidak pernah berfatwa agar kaum muslimin meninggalkan masjid al-Aqsa. 


2. Al-Albani tidak pernah berfatwa agar kaum muslimin mengosongkan palestina untuk diserahkan ke Yahudi...


3. Yang ada adalah Al-Albani ditanya bagaimana hukumnya orang yang berada di tepi barat (west bank/dhiffah ghorbiyah) sebuah wilayah di palestina yang pada waktu itu menjadi objek kebrutalan zionis, untuk berhijrah ke negri yang kedua, negeri yang lain di dalam Palestina, karena pada waktu itu palestina itu banyak..ada tepi barat, ada juga Gaza dan ada tempat lainnya.


(Baca Juga : Perubahan yang Sebenarnya)


Maka al-Albani menjawab:


" Wajib untuk keluar dari tempat yang belum memungkinkan mengusir orang2 kafir tersebut ke sebuah tempat yang memungkinkan menegakkan syiar Islam di dalamnya".


Jangan anda mengira fatwa ini datang dari hawa nafsu al-Albani atau datang dari pesanan Yahudi, demi Allah al-Albani jauh dari itu...akan tetapi fatwa ini bersumber dari firman Allah:


 Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan zhalim terhadap diri mereka sendiri. Malaikat bertanya kepada mereka :’Dalam keadaan bagaimana kamu ini .? ‘Mereka menjawab : Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri Makkah. Para malaikat berkata : ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (kemana saja) di bumi ini ? (QS. An-nisa: 97)


(الشريط 730 من فتاوى الشيخ الألباني)


Apanya yang salah dengan fatwa ini??? 


4. Syekh al-Albani pernah ditanya tentang penduduk kota-kota yang dikuasai Yahudi tahun 1948 mereka dipaksa untuk mengikuti hukum Yahudi secara total di tempat itu.


Maka al-Albani menjawab: apakah di Palestina ada desa atau kota lain  yang mereka bisa melaksanakan agamanya? Dan menjadikannya sebagai negeri untuk menangkis fitnah? Jika ada maka hendaknya mereka hijrah ke sana tanpa keluar dari palestina.


يقول الدكتور محمد شقرة: فلقد سُئل الشيخ – حفظه الله – عن بعض أهل المدن التي احتلها اليهود عام 1948م، وضربوا عليها صبغة الحكم اليهودي بالكلية، حتى صار أهلها فيها إلى حال من الغربة المرملة في دينهم، وأضحوا فيها عبدة أذلاء؟ فقال: هل في قرى فلسطين أو في مدنها قرية أو مدينة يستطيع هؤلاء أن يجدوا فيها دينهم، ويتخذوها داراً يدرءون فيها الفتنة عنهم؟ فإن كان؛ فعليهم أن يهاجروا إليها، ولا يخرجوا من أرض فلسطين، إذ إن هجرتهم من داخلها إلى داخلها أمر مقدور عليه، ومحقق الغاية من الهـجرة


(Baca Juga : Mati Karena Membela Negara, Syahidkah?)


5. Al-Albani berfatwa itu bukan menyuruh mereka lari seperti larinya para pengecut yang kabur dari peperangan akan tetapi hijrah itu bertujuan untuk menyusun kekuatan untuk memerangi musuh.


  الشيخ قيدين لهذه الهجرة وهما ان تكون اله ومدد رىىرة بنية التأهب لقتال العدو وان يتحقق المهاجرون من ان البلد ار   للللللللللرلمضيف لهم سيسمح لهم بالاستعداد لقتال الاعداء

.

 (الشريط 730 من فتاوى الشيخ الألباني)


6.  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sudah pernah berfatwa seperti ini sebelumnya.


Beliau pernah ditanya tentang penduduk Mardin (ماردين) sebuah negeri di wilayah Syam yang dicaplok dan dikuasai kafir musuh Islam..apakah mereka wajib hijrah???


Maka syaikhul islam menjawab:


: “والمقيم بها إن كان عاجزاً عن إقامة دينه وجبت الهجرة عليه، "


Orang yang mukim di tempat itu jika tak mampu menegakkan agamanya maka wajib dia hijrah.


Semoga Allah merahmatinya syekh al-Albani rahimahullah rahmatan wasi'atan


Sumber: dirangkum dari kulalsalafiyeen tanpa cantumkan link, setiap cantumkan link atau tautan dihapus FB.


(Baca Juga : Manfaat dan Etika Mengkritik)


Tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. MHI hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/fadlan.fahamsyah/posts/1974483142706957

9 Cara Tawassul yang Syar'i

9 Cara Tawassul yang Syar'i
9 Cara Tawassul yang Syar'i


Pada dasarnya bertawassul (mencari perantara) itu diperintahkan agama. Allah berfirman:


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah WASILAH (perantara/jalan) yang bisa mendekatkan diri kepada Allah". (QS. Al-Mā'idah):35


Namun apa yang dimaksud dg wasilah di ayat ini? Imam Qatadah seorang tabi'in berkata:


تقربوا إليه بطاعته والعمل بما يرضيه


Yang dimaksud wasilah di sini adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaatinya dan beramal yang diridhai Allah.


(Baca Juga : Man Salafuka? Siapa Salafmu?)


Lalu apa saja tawassul yang disyariatkan:


1. Tawassul dengan iman 


Seperti: Ya Allah, aku beriman kepadamu, maka ampunilah dosaku, Ya Allah aku beriman kepadamu, maka berikanlah kebahagiaan kepada ku, dst.


Allah berfirman: 


 Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman: "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.('Āli `Imrān :193) .


2. Tawassul dengan Tauhid


Hal ini, seperti yang dilakukan nabi Yunus ketika beliau berada di perut ikan paus, beliau bertawassul dg tauhid dan Allah pun menyelamatkannya.


(وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَـٰضِبࣰا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقۡدِرَ عَلَیۡهِ فَنَادَىٰ فِی ٱلظُّلُمَـٰتِ أَن لَّاۤ إِلَـٰهَ إِلَّاۤ أَنتَ سُبۡحَـٰنَكَ إِنِّی كُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِینَ ۝  فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّیۡنَـٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّۚ وَكَذَ ٰ⁠لِكَ نُـۨجِی ٱلۡمُؤۡمِنِینَ)


Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap di perut ikan: "Bahwa tiada yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim, Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. ( QS. Al-Anbiya' 87 - 88]


3. Bertawassul dg Nama² Allah yang terindah (Asmaul Husna)


(وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَاۤءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ )


Kepunyaan Allah nama² terindah Asmaul Husna, maka berdoalah kepada Allah dengan nama² terindah tersebut. [Surat Al-A'raf 180]


Contoh: Ya Rahman berikan rahmatmu, ya Razzaaq berikan rizqimu, dst 


(Baca Juga : Poin Penting Dalam Berdakwah)


4. Bertawassul dengan sifat Allah.


Contoh: ya Allah dengan keperkasaanmu tolonglah aku, ya Allah dengan kemulianmu berkahilah aku!

يا حي يا قيوم برحمتك أستغيثك


ya Allah dengan rahmatmu aku memohon pertolonganmu. (HR. Tirmidzi)


5. Bertawassul dg amal shalih, seperti sholat, berbakti kepada orang tua, sedekah dst.


Hal ini sebagaimana ucapan Qotadah:


تقربوا إليه بطاعته والعمل بما يرضيه


Yang dimaksud wasilah di sini adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaatinya dan beramal yang diridhai Allah.


6. Bertawassul dengan doa orang Shalih yamg masih hidup bukan dengan dzatnya.


Seperti kisah Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu bertawassul dg minta supaya al-Abbas (paman nabi) berdoa agar Allah turunkan hujan. Dan akhirnya Allah kabulkan lalu turunkan hujan deras..” lihat: (HR. Bukhari no. 1010).


7. Bertawassul dengan mengakui dosa.


Seperti kisah nabi Yunus ketika ditelan ikan paus (QS. Al-Anbiya: 87-88) dan juga kisah nabi Adam tatkala termakan rayu Iblis (QS. Al-A'raf: 23)


8. Bertawassul dg meninggalkan maksiat, seperti kisah salah satu dari 3 orang yang tertawan dalam gua, dia bertawassul dg meninggalkan dosa zina yang hampir ia lakukan di masa lalu...


Dia berkata: Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang aku sangat menyukainya. Aku pun sangat menginginkannya. Namun ia menolak cintaku. Hingga berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku (karena sedang butuh uang). Aku pun memberinya 120 dinar. Namun pemberian itu dengan syarat ia mau tidur denganku (alias: berzina). Ia pun mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, keluarlah dari lisannya, “Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar (maksudnya: barulah halal dengan nikah, bukan zina).” Aku pun langsung tercengang kaget dan pergi meninggalkannya padahal dialah yang paling kucintai. Aku pun meninggalkan emas (dinar) yang telah kuberikan untuknya. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka lagi,....(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743)


(Baca Juga : Tantangan Dalam Berdakwah)


9. Bertawassul dengan merendahkan diri dan menunjukkan kelemahan di hadapan Allah. Seperti yang dilakukan nabi zakariya:


(قَالَ رَبِّ إِنِّی وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّی وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَیۡبࣰا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِیࣰّا).


 "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.

[Surat Maryam 4]


Sumber: Disarikan dari Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Majmu'ah al-Rasail cet. Ke-9 (Riyadh: Dar al-Shamai'i,  1997) vol.1 hal. 203-204), Rumaysho.com. dll.


=======

Tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. MHI hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/fadlan.fahamsyah/posts/1975635232591748

Ketika Ibunda 'Aisyah Tersenyum Ceria

Ketika Ibunda 'Aisyah Tersenyum Ceria
Ketika Ibunda 'Aisyah Tersenyum Ceria


Ibunda Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata: ketika aku menjumpai Rasulullah dalam keadaan lapang bahagia, aku berkata kepadanya: ya Rasulullah berdoalah kepada Allah untukku! Maka nabi berkata: ". YA ALLAH AMPUNILAH AISYAH ATAS DOSA YANG DULU MAUPUN YANG AKAN DATANG, YANG TERSEMBUNYI ATAUPUN YANG NAMPAK, maka Aisyah tertawa (riang gembira) Sampai jatuhlah kepala Aisyah di pangkuan Baginda Rasulullah, saking gembiranya. Lalu Rasulullah berkata: " APAKAH DOAKU MEMBUATMU BAHAGIA (WAHAI AISYAH)? Aisyah berkata: bagaimana aku tak bahagia dg doamu ya Rasulullah? Maka Rasulullah berkata: " Demi Allah, itulah doa yang aku panjatkan kepada Allah untuk umatku setiap kali Sholat.


[Al-Albani,As-Silsilah as-Shahihah: 5/323].


(Baca Juga : 17 Ayat Al-Quran Tentang Hijrah)


Pelajaran yang bisa dipetik:


1. Romantisme di rumah tangga nabi

2. Aisyah seorang istri yang "manja" penuh cinta.

3. Rasulullah seorang suami yang pandai membahagiakan istri.

4. Bolehnya bertawassul dg doa orang Shalih yang masih hidup.

5. Hendaknya seorang suami bertanya kepada istrinya, hal apa yang membuatnya bahagia.

6. Terkadang Aisyah meletakkan kepalanya di pangkuan nabi, dan terkadang pula nabi meletakkan kepalanya di pangkuan Aisyah.

7. Hendaknya suami mendoakan istrinya.

8. Welas asih dan kasih sayang rasulullah kepada umatnya, menginginkan kebaikan bagi umatnya.

9. Seorang da'i hendaknya menyontoh Rasulullah, selalu mendo'akan yg terbaik untuk kaumnya...

10. Memohonkan ampun adalah sebaik²nya doa

11. Doa adalah tanda cinta.

12. Rasulullah tidak mendoakan Aisyah sekedar urusan duniawiyah.

13. Aisyah bahagia dan ridho dengan doa ukhrowiyah, bukan sekedar doa² untuk dunia yang fana.


Ya Allah, kami mencintai Nabimu, maka kumpulkan lah kami bersamanya dan para sahabatnya...kabulkan ya Allah agar kami bisa melabuhkan rindu ini kepada mereka.


(Baca Juga : Jika Kita Bersama Allah)


Tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. MHI hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/fadlan.fahamsyah/posts/1983063805182224

Mengubah Harokat Dalam Membaca Al-Quran

 

Mengubah Harokat Dalam Membaca Al-Quran
Mengubah Harokat Dalam Membaca Al-Quran


Dalam membaca al-Qur'an Mengubah harokat bisa mengubah makna, dan bisa besar dampaknya.


Dikisahkan dari Abul Aswad Ad-Duali, ketika ia melewati seseorang yang sedang membaca al-Qur'an, ia mendengar sang qari membaca surat At-Taubah ayat 3 dengan ucapan,


أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهُ


Dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya ??Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya..? hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rusak dan menyesatkan.


Seharusnya kalimat tersebut adalah,


أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُوْلُهُ


Sesungguhnya Allah dan Rasul–Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.


Karena mendengar perkataan ini, Abul Aswad Ad-Duali menjadi ketakutan... Dan peristiwa ini di antara penyebab dicetuskannya ilmu nahwu.


(Baca Juga : Keutamaan Ahli Quran)


Contoh lain: surat An-Nisa 164.


 ۚ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Akhir Lafadz Allah diberi harakat dhommah, sehingga artinya ayat " "dan Allah telah berbicara kepada Musa dg langsung"


Seandainya lafazh ALLAHU dibaca ALLAHA, maka artinya berubah menjadi:


“Dan Musa berbicara kepada Allah dengan sebenarnya.”


Ini adalah bacaan kaum mu'tazilah karena tidak mau menetapkan sifat Kalam bagi Allah..


(Baca Juga : Hari H nya Kiamat)


Tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. MHI hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/fadlan.fahamsyah/posts/1925075687647703

15 Keutamaan dan Fakta Masjidil Aqsha

15 Keutamaan dan Fakta Masjidil Aqsha
15 Keutamaan dan Fakta Masjidil Aqsha


1. Qiblat pertama Islam, sebelum kaum muslimin berkiblat ke Ka'bah, dahulu Rasulullah dan para sahabat sempat berkiblat ke masjid al-Aqsha selama 16 atau 17 bulan”. (HR. Bukhori 41, dan Muslim 525). Kala itu masjid al-Aqsha belum ditaklukkan, masih berupa tanah suci yang juga digunakan beribadah kaum Nasrani. Dan pada masa itu Baitul Maqdis Masih dalam pangkuan imperium Romawi.


2. Masjid al-Aqsha dan sekelilingnya adalah tanah yang diberkati (QS. al-Isra: 1)


3. Tanah Baitul Maqdis adalah tanah suci

(al-Maidah: 21), Musa  alaihissalam pernah mengajak kaumnya bani Israel untuk membebaskan tanah Baitul maqdis dari kaum jabbarin, akan tetapi Bani Israel mbalelo dan tak mau berjuang bersama nabi Musa.


4. Tempat isra' Mi'raj Nabi (QS. Al-Isra: 1), Allah memilih al-Aqsha sebagai "masra" nabi.


5. al-Aqsha adalah permukaan bumi yang dipilih Allah menjadi tempat landasan dari bumi menuju sidratul muntaha (mi’raj).


Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dibawakan kepadaku Buraq. Ia adalah hewan tunggangan berwarna putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. Ada tanda di setiap ujungnya.” Beliau melanjutkan, “Aku mengikat Buraq itu di salah satu pintu Baitul Maqdis, tempat dimana para nabi mengikat hewan tunggangan mereka. Kemudian aku masuk ke dalamnya dan shalat dua rakaat. Setelah itu aku keluar dari masjid, lalu Jibril mendatangiku dengan membawa bejana yang berisi khamr dan susu. Aku memilih yang berisi susu, lalu Jibril shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Engkau telah memilih fitrah’. Setelah itu, kami pun mi’raj menuju langit.” (HR. Muslim)


(Baca Juga : Kesalahan Imam Atau 'Alim)


6. Masjidil Aqsha adalah tempat beribadah dan  berdoa Musa, Daud, Sulaiman, keluarga Imron, bunda Maryam nabi Zakariya, nabi Yahya, Isa, dan nabi² yang lain. Lihat secara umum di surat ali Imron.


7. Masjidil Aqsha adalah tempat berkumpulnya para Nabi, bahkan Rasulullah pernah mengimami seluruh para nabi di masjidl Aqsha. (HR. Muslim 172)


8. Tempat yang tidak mampu ditembus Dajjal, Bahwa Si mata satu Dajjal tidak mampu memasuki Baitul Maqdis, berdasarkan hadits:


وإنه سيظهر على الأرض كلها إلا الحرم وبيت المقدس ) رواه أحمد  19665 ، وصححه ابن خزيمة  2 / 327  وابن حبان  7 / 102 ) .


“…Bahwasanya (Dajjal) akan muncul di muka bumi semuanya kecuali di Masjidil Haram dan Baitul Maqdis”. (HR. Ahmad 19775, dan dishahikan oleh Ibnu Khuzaimah: 2/327 dan Ibnu Hibban: 7/102)


9. Dekat Baitul Maqdis adalah tempat terbunuhnya Dajjal. Dajjal terbunuh di dekat Baitul Maqdis, dibunuh oleh Nabi Isa bin Maryam –alaihis salam-, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:


يَقتل ابنُ مريم الدجالَ بباب لُدّ ) رواه مسلم ( 2937 ) من حديث النواس بن سمعان(


“Ibnu Maryam akan membunuh Dajjal di pintu “Ludd”. (HR. Muslim 2937 dari hadits an Nuwas bin Sam’an)


“Ludd” adalah tempat dekat dengan Baitul Maqdis.


(Baca Juga : Berdakwah Lewat Tiktok?)


10. Masjidil Aqsha termasuk salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk diziarahi.


Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallahu ‘laihi wa sallam- bersabda:


لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد المسجد الحرام ومسجد الرسول صلى الله عليه وسلم ومسجد الأقصى )رواه البخاري  1132  ومسلم  827 من حديث أبي سعيد الخدري بلفظ " لا تشدوا الرحال إلا …(


“Tidak boleh bersengaja bepergian kecuali kepada tiga masjid: al Masjidil Haram, dan Masjid Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan Masjidil Aqsha”. (HR. Bukhori 1132, dan Muslim  827.


11. Sholat di Masjidil Aqsha lebih baik dari pada sholat 250 kali di Masjid lain.


Dari Abu Dzar –radhiyallahu ‘anhu- berkata: Ketika kami berada di majelis Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ada yang bertanya: Mana yang lebih utama Masjid Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- atau Baitul Maqdis?, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:


صلاة في مسجدي أفضل من أربع صلوات فيه ولنعم المصلى هو


“Mendirikan shalat di masjidku lebih baik dari 4 kali shalat di dalamnya (masjdil Aqsha) dan ia adalah sebaik² tempat sholat.


12. Tempat terbaik untuk i'tikaf. Dari Huzaifah bahwa beliau mengatakan kepada Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhuma: “Saya melewati orang berdiam di antara rumah anda dan rumah Abu Musa (maksdunya di dalam masjid). Sungguh saya telah mengetahui bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada I’tikaf kecuali di tiga masjid, Masjdil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjdi al-Aqsha.” Dinyatakan shohih oleh Albani di Ahadits Shohehah, 2876)


(Baca Juga : Pentingnya Meluruskan Niat)


13. Baitul Maqdis adalah negeri Mahsyar, tempat dikumpulkannya semua manusia pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah)


 14. Al-Aqsha adalah tempat turunnya Wahyu dan negeri para rasul


15. Al-Aqsha termasuk bagian inti dari negeri Syam yang banyak keutamaannya berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.


عَلَيْكُمْ بِالشَّامِ فَإنَّهَا صَفْوَةُ بِلَادِ اللهِ يَسْكُنُهَا خِيرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ..


 “Beradalah kalian di Syam. Sesungguhnya ia merupakan negeri pilihan Allah, dihuni oleh makhluk pilihanNya  (Shahihut-Targhib wat-Tarhib, no. 3089)


Tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. MHI hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/fadlan.fahamsyah/posts/1971206789701259

Ta'ashub Seolah Membela Kebenaran

Ta'ashub Seolah Membela Kebenaran
Ta'ashub Seolah Membela Kebenaran


📝 التعصب في صورة الدفاع عن الحقّ

📝Ta'ashub seolah membela kebenaran


   Sebagian besar masalah Fiqhiyyah Ijtihadiyyah adalah masalah zhaniy yakni sebatas dugaan kuat, tidak sampai derajat yakin, kecuali masalah-masalah yang telah ditetapkan berdasarkan Ijma' ulama.


   Oleh karena itu para Sahabat maupun para Ulama setelah mereka dinukil khilaf yang banyak dalam berbagai masalah Ijtihadiyyah tsb, itu adalah hal yang wajar yang terkait banyak faktor, mulai dari Ushul Fiqh yang digunakan berbeda, belum pemahaman terhadap dalil yang juga berbeda, belum lafazh Bahasa Arab sendiri yang luas yang memiliki lafazh musytarak, mutaradif, zhahir, muawwal yang kembali membuka pintu perbedaan kesimpulan tergantung ke jenis makna yang mana lafazh dalil tsb dilabuhkan, belum dalil-dalil yang zhahir nya ta'arudh apakah dijamak, metode jamaknya pun berbeda, atau ditarjih, yang metode tarjih dalam Ulum Hadits saja lebih dari 100 cara, baik terkait sanad atau terkait matan dan sebab - sebab lainnya dari hal yang memicu khilaf ulama.


(Baca Juga : Ilmu Sebelum Berdakwah)


  Dan dalam hal-hal ijtihadiy seperti ini berlaku qawl Imam Malik bin Anas رحمه الله :


كلٌ رادٌّ ومردودٌ إلّا صاحب هذا القبر

"Setiap orang bisa menolak dan bisa tertolak pendapatnya kecuali penghuni kuburan ini (yakni Nabi صلى الله عليه وسلم)".


   Tidak ada yang terkecuali dari qawl Imam Malik ini, baik qawl orang per orang dari Sahabat Nabi atau qawl Tabi'in atau qawl Imam mazhab terdahulu, baik 4 mazhab atau lainnya, atau Ulama setelahnya atau Masyaikh kontemporer, baik Syaikh Bin Baz, Syaikh Al-Albany, Syaikh Al-'Utsaimin, Syaikh Thahir Ibn' Asyuur, Syaikh Al-Kautsariy, atau Masyaikh yang masih hidup seperti Syaikh Shalih Al-Fawzan, Syaikh Abdul-Muhsin Al Badr, Syaikh Rabi'Al-Madkhaliy atau Asatidzah dalam negeri, baik guru anda, guru saya dan semua guru-guru kita, semua pendapat ijtihadiy selama bukan ijma' dan bukan nash yang tidak memiliki banyak kemungkinan dari Firman Allah atau Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم maka bisa diterima dan bisa ditolak.


   Imam Ibnu Rajab Al Hanbaliy Al-Atsariy menyebutkan dalam pedoman-pedoman terkait amar ma'ruf nahy mungkar bahwasanya kadang ada orang yang sebenarnya ia memiliki sikap fanatis kepada imam mazhabnya, syaikhnya, ustadznya atau gurunya, ia membelanya mati-matian namun ia tampakkan kepada manusia seolah ia membela al-haq dan kebenaran, padahal sejatinya ia hanya kesal bahwa imam mazhabnya, syaikhnya, ustadznya atau gurunya diselisihi bak kebakaran jenggot, bukan karena ia melihat kebenaran diselisihi, demikian makna wejangan beliau.


(Baca Juga : Guru Itu Pengaruh Bagi Murid)


Semoga Allah berikan kita keselamatan dari fanatisme terselubung macam ini.


Tulisan Al-Ustadz Varian Ghani Hirma hafidzhahullah


Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1550611705148679&id=100005995935102

Imam Abu Sa'id Utsman bin Sa'id Ad-Darimy

Imam Abu Sa'id Utsman bin Sa'id Ad-Darimy
Imam Abu Sa'id Utsman bin Sa'id Ad-Darimy


📝الإمام أبو سعيد عثمان بن سعيد الدارمي 

📝Imam Abu Sa'id Utsman bin Sa'id Ad-Darimiy 


   Imam Utsman bin Sa'id Ad-Darimiy mari kita sedikit mengenal tentang beliau.


   Imam Tajud-Din Abdul-Wahhab As-Subkiy Asy-Syafi'iy Al-Asy'ariy dalam "Thabaqatusy-Syafi'iyyah Al-Kubra: juz 2/ hal. 304-306“, menyebutkan tentang biografi Imam Utsman bin Sa'id Ad-Darimiy, beliau berkata :


محدث هراة وأحد الأعلام الثقات... قال العبادي : الإمام في الحديث والفقه، أخذ الأدب عن ابن الأعرابي، والفقه عن البويطي، والحديث عن يحيى بن معين.

قلت (السبكي) : كان الدارمي واسع الرحلة طوف الأقاليم ولقي الكبار، سمع أبا اليمان الحمصي ويحيى الوحاظي وحيوة بن شريح بحمص، وسعيد بن أبي مريم وعبد الغفار بن داود الحراني، ونعيم بن حماد بمصر، وهشام بن عمار بدمشق.


   Ahli Hadits dari kota Harah dan salah seorang ulama yang tsiqah. Al-Abbadiy berkata : Beliau adalah imam dalam Hadits dan Fiqh, belajar Adab Arab dari Ibnul-A'rabiy, belajar Fiqh dari Al-Buwaithiy (murid Imam Asy-Syafi'iy) dan belajar Hadits dari Yahya bin Ma'in.

Aku (As-Subkiy) berkata : Ad-Darimiy luas rihlah nya dan mengelilingi negeri-negeri dan bertemu para ulama besar, ia mendengar dan belajar dari Abul-Yaman Al-Hismshiy, Yahya Al-Wuhazhiy dan Haywah bin Syuraih di kota Himsh. Belajar dari Sa'id bin Abi Maryam, Abdul-Ghaffar bin Dawud Al-Harraniy dan Nu'aim bin Hammad di Mesir. Belajar dari Hisyam bin 'Ammar di Damaskus.


(Baca Juga : Mengenal Imam Abul Hasan Al-Karaji Asy-Syafi'i)


ومن مشايخه في الحديث أحمد بن حنبل وعلي بن المديني وإسحاق بن راهويه ويحيى بن معين وشيخه في الفقه البويطي.


   Di antara Masyaikh nya dalam Ilmu Hadits adalah Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ali Ibnul-Madiniy, Imam Ishaq bin Rahawih dan Imam Yahya bin Ma'in. Dan Syaikh nya dalam Fiqh adalah Imam Al-Buwaithiy.


للدارمي كتاب في الرد على الجهمية وكتاب في الرد على بشر المريسي ومسند كبير. وهو الذي قام على محمد بن كرّام الذي تنسب إليه الكرامية وطردوه عن هراة. وكان من خبر ابن كرّام هذا، وهو شيخ سجستاني مجسّم أنه سمع يسيرا من الحديث ونشأ بسجستان ثم دخل خراسان وأكثر الاختلاف إلى أحمد بن حرب الزاهد ثم جاور مكة خمس سنين ثم ورد نيسابور وانصرف منها إلى سجستان وباع ما كان يملكه وعاد إلى نيسابور وباح بالتجسيم.


   As-Subkiy melanjutkan : "Ad-Daarimiy memiliki kitab" Ar-Radd alal Jahmiyyah ", kitab "Ar-Radd ala Bisyr Al-Marisiy" dan "Musnad Kabir. Dan dia lah yang melawan Muhammad bin Karram yang firqah dinisbatkan kepadanya lalu manusia mengusirnya dari kota Harah.


   Di antara kisah Muhammad bin Karram ini, ia adalah syaikh dari Sijistan MUJASSIM, ia mendengar sedikit hadits dan tumbuh di Sijistan, kemudian masuk ke daerah Khurasan dan sering mendatangi majlis Ahmad bin Harb Az-Zahid. Kemudian ia tinggal di Mekkah selama 5 tahun, lalu memasuki kota Naisabur, lalu pergi dari Naisabur ke Sijistan dan menjual semua harta yang ia miliki disana dan kembali ke Naisabur dan menyebarkan pemahaman TAJSIM...


(Thabaqatusy-Syafi'iyyah Al-Kubra : 2/304 - 306)


   Lalu Imam As-Subkiy lanjut mengkisahkan tentang Muhammad bin Karram ini, baik dari kalam beliau dan nukilan dari Imam Al-Hakim dll. Kalaulah ingin menyematkan tuduhan tajsim maka ini adalah waktu dan posisi yang tepat bagi As-Subkiy, namun bolak-balik alfaqir baca sematan tajsim hanya ada pada Muhammad bin Karram, tidak pada Imam Utsman bin Sa'id Ad-Darimiy. Tidak pula ada komentar pedas dari As-Subkiy terhadap kitab-kitab Imam Ad-Darimiy. 


   Mari kita singgung sedikit tentang kitab beliau, sebenarnya beliau memiliki banyak karya, namun karyanya yang bikin sebagian manusia 'kepanasan' adalah kitab "Naqdh Utsman bin Sa'id Ad-Darimiy ala Bisyr Al-Marisiy Al-'Aniid fima iftara' alallahi fit-Tauhid". 


(Baca Juga : Kedudukan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)


Imam Utsman bin Sa'id Ad-Darimiy berkata di muqaddimah kitab tersebut:


"Ada seseorang di antara kalian (orang di zaman beliau) yang membantah mazhab kami (Ulama Ahlul-Hadits) dalam mengingkari firqah Jahmiyyah, bahkan ada yang maju di antara mereka (pembela Jahmiyyah) yang membatalkan apa yang kami riwayatkan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan dari para Sahabatnya hanya dengan penafsiran-penafsiran orang sesat Al-Marisiy, Bisyr bin Ghiyats Al-Jahmiy.

... Orang ini (di zaman beliau) berpegang dengan kalam Bisyr, orang yang dikenal dengan sebutan yang buruk di tengah kaum muslimin, tersingkap kesesatannya di setiap kota. (Oleh karena itu beliau mengarang kitabnya berdasarkan kalam Bisyr) agar lebih memudahkan bagi kami terhadap orang yang membantah ini dan lebih mengena di hati mereka untuk menerima kebenaran.


   Orang yang membantah ini dalam kitabnya menyembunyikan nama Bisyr dan memang patut ia seperti itu dan ia menyebarkannya kepada manusia secara sembunyi (mazhab Bisyr tsb) sehingga tidak ada yang menyadarinya kecuali orang-orang yang memiliki keilmuan, walaupun kadang orang ini kadang menyebut nama "Al-Marisiy" secara jelas... Dan cukuplah kerugian bagi seseorang jika imam nya dalam mentauhidkan Allah adalah Bisyr Al-Marisiy, orang yang menyimpang dalam Bab Asma Allah, pendusta lagi penafi Sifat-sifat Allah dan seorang jahmiy."


(Muqaddimah Naqdh Utsman bin Sa'id Ad-Darimiy alal-Marisiy Al-'Aniid fima iftara alallahi minat-Tauhid: hal. 41)


   Demikian kutipan kalam beliau dalam muqaddimah kitabnya tersebut.


   Pada hakikatnya, sebenarnya Imam Ad-Darimiy tidak punya masalah dengan Asya'irah, Maturidiyyah ataupun firqah-firqah yang baru lahir setelah tahun 300 H, bagaimana mungkin beliau punya masalah dengan mereka sedangkan beliau wafat tahun 280 H sedangkan Imam Abul-Hasan Al-Asy'ariy tahun segitu masih bergumul dengan aqidah Mu'tazilah dan belum mematenkan aqidah Asya'irah versi "Al-Luma' yang lebih diagungkan oleh Asya'irah atau versi kitab "Al-Ibanah" yang lebih dihormati oleh Atsariyyah dan beliau wafat tahun 324 H, dan belumlah pula menyebar mazhab beliau. 


   Lantas mengapa Imam Ad-Darimiy selalu jadi tujuan cacian, tuduhan tajsim dan semacamnya? Barangkali alasannya adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam "Al-Hamawiyyah" :


"Takwil-takwil yang ada pada hari ini, seperti kebanyakan takwil yang disebutkan oleh Ibnu Furak dalam kitabnya "At-Ta'wilaat" dan (takwil-takwil) yang disebutkan oleh Abu Abdillah Muhammad bin Umar Ar-Raziy dalam kitabnya "Ta'siisut-Taqdiis" dan takwil-takwil yang banyak tersebut yang juga ada pada Abu 'Ali Al-Jubba'iy, Abdul-Jabbar Al-Hamdaniy, Abul-Hasan Al-Bashriy, Abul-Wafa Ibnu Aqil (Al-Hanbaliy), Abu Hamid Al-Ghazaliy dan yang selain mereka PADA HAKIKATNYA ITU ADALAH TAKWIL-TAKWIL BISYR AL-MARISIY yang ia sebutkan dalam kitabnya. Walaupun nyatanya ada pada sebagian kalam ulama yang telah disebutkan tadi bantahan kepada takwil-takwil dan mereka (para ulama) masih memiliki kalam yang bagus pada ilmu-ilmu yang lain".


(Ar-Risalah Al-Hamawiyyah Al-Kubra: hal. 35, cet Darul-Atsar)


   Jadi alasannya adalah : Bantahan Imam Ad-Darimiy dalam "Naqdh" nya yang sebenarnya tertuju kepada takwilan-takwilan Bisyr Al-Marisiy Al-Jahmiy dan pengikutnya di zaman beliau (sekitar tahun 260-280 H) ternyata mengena juga kepada generasi setelah Imam Ad-Darimiy yang juga mengadopsi takwilan yang sama terhadap dalil-dalil Sifat Allah, seperti sebagian nama yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Wallahu a'lam.


  Sebenarnya alfaqir agak males ya bahas beginian dan sebetulnya lebih bermanfaat bagi yang Atsariyyah silakan pelajari kitab-kitab Aqidah Atsariyyah terutama yang genre "As-Sunnah" dan "Ar-Radd alal Jahmiyyah" namun hindari ucapan-ucapan mubalaghah yang itu tidak terkandung dalam atsar, seperti sebagian ungkapan Imam Ad-Darimiy atau ungkapan Imam Ibnu Khuzaimah ketika masuk tafshil Shawt (Suara) Allah bahkan tafsir Hadits penciptaan Nabi Adam عليه السلام.

  

(Baca Juga : Sekilas Mengenai Imam Abu Hanifah)


  Bagi yang Asya'irah hendaknya anda tidak perlu sensi ke Imam Ad-Darimiy, toh sebenarnya beliau sedang tidak bantah Asya'irah, namun ada baiknya coba silakan gali lagi kutub Asya'irah, kitab Imam Abul Hasan Al-Asy'ariy "Al-Ibanah" dan lainnya serta kitab "Al-Inshaf" Al-Baqillaniy apakah betul sama dengan versi "Ta'wil-Mukhtaliful-Hadits" nya Ibnu Furak lalu baca "Ar-Radd alal Jahmiyyah" Imam Ad-Darimiy dan "Naqdh" nya, apakah mengena ke Asya'irah era awal atau era mutaakhirin? Jika mengena kiranya mengapa demikian? Apakah karena Imam Ad-Darimiy yang sesat atau karena sebagian aqidah Asya'irah memang adopsi dari pemikiran Bisyr Al-Marisiy?


   Kalaulah Ad-Darimiy sesat, semestinya ada nukilan dari para Imam Salaf era tahun 260-280 H, mustahil ada orang sesat keliling ke majlis Imam Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in bahkan jadi rawi aqwalnya, Ishaq bin Rahawih dan para Imam Hadits besar lainnya, tapi tidak ada yang komen sesat satu pun dari Imam terdahulu, jika seperti ini maka ini adalah kelalaian yang parah dalam Ilmu Jarh wa Ta'dil yang dilakukan oleh para Imam Salaf terdahulu.


Tulisan Al-Ustadz Varian Ghani Hirma hafidzhahullah


Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1539579169585266&id=100005995935102