Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus

Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus
Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus
Belajar manhaj salaf dari Dinosaurus?

Banyak orang berdecak kagum ketika menyaksikan replika atau cerita tentang dinosaurus.

Konon makhluq makhluq tersebut hidup ratusan jutaan tahun silam.

Konon tinggi makhluq tersebut ditaksir sekitar 7-12 meter.

Luar biasa buueeeeeesar bukan?

(Baca Juga : Adab Bermain Media Sosial Dalam Islam)

Namun coba baca dulu data sejarah yang pasti valide berikut ini.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا، ثُمَّ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ مِنْ الْمَلاَئِكَةِ، فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ. فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالُوا: السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَزَادُوهُ: وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ، فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الآنَ. 
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah menciptakan Adam alaihissalam dan tingginya enam puluh (60) hasta.

 Kemudian Dia berfirman: Pergilah kamu dan berilah salam kepada mereka para malaikat, maka dengarkanlah bagaimana mereka mengucapkan salam penghormatan kepadamu sebagai ucapan salammu dan juga salam penghormatan anak keturunanmu.

Maka nabi Adam alaihissalam mengucapkan salam: as-salaamu alaikum (salam sejahtera untuk kalian).

Mereka menjawab: as-salaamu alaika wa rahmatullah (salam sejahtera dan rahmat Allah untukmu)

Mereka menambahkan kalimat wa rahmatullah.

Setiap orang yang akan masuk surga sifatnya seperti Adam alaihissalam, dan manusia terus saja berkurang (tingginya) sampai sekarang. (Bukhari)

(Baca Juga : Kasih Sayang Rasulullah Kepada Umatnya)

Coba sekarang anda taksir, menurut hemat anda berapa kira kira tinggi beliau, kemudian anda pikirkan kembali hewan yang semula anda anggap luar biasa yaitu dinosaurus yang konon tingginya mencapai 10 meter.

Pelajaran manhaj dari kasus di atas:

Bila anda menilai suatu masalah dengan berbekalkan tolok ukur yang ada pada diri anda saat ini, padahal kasusnya terjadi ratusan juta tahun silam, maka hasil kajian anda bisa sesat dan tentu saja menyesatkan.

Namun coba bila anda berusaha mengadopsi atau meminjam tolok ukur yang dimiliki oleh orang orang yang hidup semasa dengan dinosaurus, niscaya anda bisa memahami dan mengerti tentang dinosaurus lebih mendekati fakta dan kebenaran.

Demikianlah kira kira manhaj salaf, salah besar bila anda berusaha memahami dalil Al Qur'an dan Al Hadits yang diturunkan sekitar 14 abad silam.

Namun bila anda menggunakan pola pikir dan metodologi para sahabat dan tabiin yang hidup pada masa diturunkan dalil dalil tersebut, bahkan banyak yang diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan mereka atau solusi bagi problema yang menimpa mereka, niscaya anda bisa mendapatkan pemahaman yang valide.

Itulah mengapa dalam urusan beragama kita harus berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits sesuai dengan pemahaman ulama' salaf, alias  salafy.

(Baca Juga : Orang Yang Dicintai Allah Menurut Al-Quran)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2264800136934480/

Syarat dan Ketentuan Berlaku

Syarat dan Ketentuan Berlaku
Syarat dan Ketentuan Berlaku
Syarat dan Ketentuan berlaku, bukan hanya di supermarket, namun juga di ....

Sekte khowarij tersesat karena mereka srampangan alias gegabah dalam menerapkan dalil dalil yang bermuatan ancaman (Al Wa'iidu), akibatnya mereka sesat, dan menyesatkan. Mereka ceroboh mengkafirkan dan mengusir pelaku dosa dari keluarga besar ummat Islam.

(Baca Juga : Rangkul Saudaramu Dalam Pelukan Sunnah)

Sekte Murji'ah kebalikan dari mereka, ceroboh dalam menerapkan dalil dalil yang bermuatan tentang kabar gembira (Al Wa'du), akibatnya mereka sesat dan menyesatkan. Mereka ceroboh membela orang orang yang sudah sepantasnya diusir dari keluarga besar ummat Islam.

Sedangkan ahlussunnah wa al jamaah selalu bersikap secara proporsional, atau moderat, kedua macam dalil di atas diterapkan secara tepat dan proporsional.

Setiap ancaman atau kabar gembira, pastilah dilengkapi dengan term of condition yang sesuai, alias ancaman demikian juga kabar gembira tersebut tidak sekonyong konyong bisa diterapkan, kecuali setelah terpenuhi berbagai persyaratan dan terlampaui seluruh penghalangnya.

Bila salah satu persyaratan atau penghalang, maka dalil dalil tersebut tidak dapat diaplikasikan, walaupun nuansa ancaman atau iming iming dan kabar gembira tetap relevan untuk disampaikan dalam rangkan memberikan peringatan atau motivasi.

(Baca Juga : 26 Ayat Tentang Sains di Al-Quran)

Sebagai contoh, pahala ibadah sholat, adalah satu kabar gembira, namun tidak semua yang sholat berhasil mendapatkannya karena ada persyaratan yang harus dipenuhi dan pantangan yang harus dihindari.

Apalah arti sholat anda bila anda sholat tanpa wudhu' atau tidak tuma'ninah?

Sebagaimana bisa jadi pelaku dosa mendapat ampunan, karena ia bertaubat secara sungguh sungguh sebelum ajal menjemputnya.

Kejelian dalam memenuhi seluruh term of condition setiap hukum seperti dicontohkan di atas, adalah salah satu karakteristik ahlussunnah wa al jama'ah.

Bila dalam menerapkan hukum agama, anda malas untuk mencermati term of conditionnya, niscaya anda salah, sebagaimana anda salah bila belanja lalu anda segera memenuhi keranjang belanjaan anda, karena termotovasi oleh tulisan BIG SALE, atau UP TO 70 %, namun anda ndak jeli mencermati * bintang kecil yang diikuti tulisan: sayarat dan ketentuan berlaku.

Semoga mencerahkan.

(Baca Juga : Inilah Lokasi Wafatnya Nabi Musa)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber; https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2267147453366415/

Perbedaan Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar

Perbedaan Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar
Perbedaan Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar
Beda Amar Ma'ruf dari Nahi Mungkar, (Belajar manhaj).

Mengamalkan yang ma'ruf harus dengan cara yang ma'ruf alias benar dan halal.

Mau punya anak ya nikah, mau sholat ya dengan cara yang benar, mau seddkah ya bekerja agar dapat penghasilan lalu sedekah.

Jangan sanpai mencuri untuk sedekah atau sholat dengan sesuka hati, dan punya anak dengan cara kumpul kebo.

(Baca Juga : 21 Ayat Al-Quran Tentang Islam)

Dalam urusan mendapatkan kebaikan, bila anda tidak kuasa mrlakukannya dengan cara yang baik alias benar, maka gugurlah kewajiban tersebut, alias anda tidak perlu melakukannya, walaupun kadang kala anda harus menggatinya di lain waktu, semisal orang yang tidak kuasa puasa di bulan Ramadhan.

Dalam urusan mencegah yang mungkar, di kondisi normal juga demikian, anda harus menggunakan cara yang benar alias baik.

Namun kadang kala anda berada dalam kondiai dilematis, sehingga anda tidak bisa menjauhi kemungkaran atau kerugian dengan cara yang baik.

Kadang kala anda terpaksa harus memilih satu dari dua kerugian atau kemungkaran.

Anda tersedak makanan dan yang ada hanya khamer maka anda boleh menyelamatkan jiwa anda dengan menenggak khomer agar anda bisa kembali bernafas.

(Baca Juga : 13 Ayat Al-Quran Tentang Warna Putih)

Anda kadang terpaksa harus mengoprasi oerut istrii anda untuk mengeluarkan anak anda yang tidak lahir normal.

Imam Ibnu Taimiyah pernah melintasi beberapa pasukan Tartar yang sedang mabok mabok, maka beliau membiarkan mereka mabok, karena kalau mereka sadar akan membunuh ummat Islam atau memperkosa muslimah.

Kadang kala anda terpaksa naik angkot atau bis umum, KRL untuk bisa sampai ke tempat kerja, padahal penumpangnya campur baur, bisa jadi anda hanya mendapat tempat duduk di sisi gadis cantik jelita yang mengenakan celana pendek 1/3 pahanya.

Jadi manhaj salaf mengajarkan anda bijak dalam beramar ma'ruf dan bernahi mungkar, sehingga bisa membedakan antara keduanya.

Perbedaan antara kedua hal di atas adalah salah satu prinsip penting dalam manhaj salaf.

Bagi orang yang kurang jeli, apalagi malas berpikir maka keduanya bisa jadi dianggap sama, padahal tudak demikian.

Perbedaan ini dituangkan dalam kaedah ilmu fiqih:
لا واجب مع العجز ولا تحريم مع الضرورة
Tiada hukum wajib dalam kondisi tidak berdaya dan tiada hukum haram dalam kondisi darurat.

Semoga mencerdaskan.

(Baca Juga : Ayat Al-Quran dan Hadits Tentang Majusi)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2269695239778303/

Hukum Bercanda "Prank"

Hukum Bercanda "Prank"
Hukum Bercanda "Prank"
Bolehkah Canda Model "Prank" ?

Abu Ubaidah As Sidawi

Akhir-akhir ini sering kita saksikan guyonan dengan model prank yaitu bercanda untuk ngerjain orang sehingga bikin dia panik atau nangis. Bagaimana sebenarnya hukum prank dalam pandangan agama?

Bercanda dengan model prank hukumnya Tidak Boleh,  karena beberapa dalil berikut:

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

"Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakuti saudara muslim lainnya". (HR. Abu Dawud 5004 dan Ahmad 23064 dengan sanad shohih, dishahihkan al-Albani dalam Ghoyatul Marom 447).
Hadits ini menunjukkan tidak boleh membuat panik dan takut saudara kita sesama muslim.

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Janji)

Lebih tegas lagi, Nabi menjelaskan bahwa tidak boleh menakuti saudara kita walaupun hanya bercanda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا وَلاَ جَادًّا

“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.” (HR. Abu Dawud, dihasankan Al Albani)

Hadits ini menunjukkan bahwa tidak boleh membuat takut, panik serta sedih saudara kita dengan apapun bentuknya,  karena hal itu bisa jadi akan meretakkan hubungan sesama muslim dan menyakiti perasaannya, apalagi tidak semua orang mau untuk dikerjain.

Ingat, Islam sangat menekankan kepada kita untuk menjaga persaudaraan sesama muslim. Oleh karenanya,  segala bentuk sarana yang dapat merusak persaudaraan maka harus ditutup rapat-rapat.

Bercanda hukum asalnya boleh,  hanya saja ada aturan-aturan dan batasan-batasannya,  diantaranya:

1. Tidak boleh bercanda dalam urusan agama.
2. Tidak boleh bikin panik,  takut dan sedih orang lain.
3. Tidak boleh berlebihan.
4. Memperhatikan orang dan waktu yang pas.
5. Jujur tidak boleh bohong hanya demi membuat orang lain tertawa.

(Baca Juga : 11 Ayat Al-Quran Tentang 'Aisyah)

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=607038713033113&id=100011809698436

Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya

Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya
Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya

Abu Ubaidah As Sidawi

Saudaraku tercinta....
Saat ini rakyat Indonesia sedang menantikan keputusan Mahkamah Konstitusi yang akan memutuskan siapakah yang pantas untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan.

(Baca Juga : Tanda Kuatnya Tauhid Seseorang)

Tentu,  semua kita sepakat agar keputusan tersebut adalah adil dan terbaik karena memang negara ini butuh kepada pemimpin terbaik untuk menjaga agama dan mengatur roda negara.

Namun,  satu hal yang harus kita ingat bahwa siapapun kelak yang diputuskan sebagai Presiden dan wakil Presiden negeri ini,  maka kewajiban kita sebagai rakyat adalah mendengar dan taat selama bukan dalam hal maksiat demi terjaganya stabilitas negara.

Yakinlah,  apapun keputusannya dan siapapun pemenangnya,  pasti ada hikmah Allah di balik itu semua, karena akal manusia terbatas sedangkan Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita.

Kita harus mengedepankan kemaslahatan umum daripada kemaslahatan pribadi & kelompok. Kita harus mengedepankan nash-nash syariat daripada hawa nafsu dan akal.

Inilah prinsip yang harus dipegang oleh setiap kita yang menginginkan kebaikan dunia dan akherat. Ibnu Umar berkata:

نحن مع من غلب

“Kami bersama orang yang menang dan berkuasa.” (al-Ahkam as-Sulthaniyyah, al-Farra’, hlm. 23)
Tentu saja ucapan Sahabat Ibnu Umar sebagai murid sekolah Nabi ini terambil dari wasiat-wasiat Nabi yang mutawatir yang menekankan mendengar dan taat kepada pemimpin serta tidak memberontak mereka walaupun mereka tak sesuai seperti harapan kita. Rasulullah juga bersabda:

عَلىَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

"Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan taat".  (HR. Bukhari 13/121, Muslim 3/1469).

(Baca Juga : Ukuran di Masa Nabi)

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Hadits ini menunjukkan wajibnya taat kepada penguasa, hal itu berlaku dalam perkara yang bukan maksiat. Hikmahnya taat kepada penguasa adalah agar menjaga persatuan kalimat, karena yang namanya perpecahan adalah kehancuran". (Fathul Bari 13/112).

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: Perintah pemerintah terbagi menjadi tiga macam:
1. Perintah yang sesuai dengan perintah Allah seperti sholat fardhu, maka wajib mentaatinya.
2. Perintah yang maksiat kepada Allah seperti cukur jenggot, maka tidak boleh mentaatinya.
3. Perintah yang bukan perintah Allah dan bukan juga maksiat kepada Allah seperti undang-undang lalu lintas, undang-undang pernikahan dan sebagainya yang tidak bertentangan dengan syari'at, maka majib ditaati juga, bila tidak mentaatinya maka dia berdosa dan berhak mendapatkan hukuman setimpal.

 Adapun anggapan bahwa tidak ada ketaatan kepada pemimpin kecuali apabila sesuai dengan perintah Allah saja, sedangkan peraturan-peraturan yang tidak ada dalam perintah syari'at maka tidak wajib mentaatinya, maka ini adalah pemikiran yang bathil dan bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah.  (Syarh Riyadhus Sholihin 3/652-656).

Wajibnya taat kepada penguasa bersifat umum, sama saja kepada penguasa yang baik atau yang zhalim, selama perintah mereka bukan kemaksiatan.

Wajib taat kepada penguasa selama mereka masih muslim, mengerjakan shalat, tidak boleh berontak sampai jelas kekafirannya dengan syarat-syarat yang ketat.

Inilah keyakinan ahlus sunnah wal jama'ah dari zaman ke zaman, mereka mendahulukan nas-nash syar`i bukan hawa nafsu.

Hal ini bertolak belakang dengan keyakinan sebagian kelompok islam yang membolehkan berontak apabila melihat penguasa yang zhalim!!, atau kelompok yang terlalu menganggap suci penguasa hingga maksum dan tidak perlu dinasehati!!. Allohu Musta'an.

Para ulama telah bersepakat tentang prinsip ini tanpa ada perselisihan di antara mereka.  Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

قد أجمع الفقهاء على وجوب طاعة السلطان المتغلب والجهاد معه وأن طاعته خير من الخروج عليه لما في ذلك من حقن الدماء وتسكين الدهماء

“Para fuqaha telah sepakat atas wajibnya menaati penguasa yang menguasai keadaan dan berjihad bersamanya, dan bahwasanya ketaatan kepadanya lebih baik daripada memberontak kepadanya karena di dalam ketaatan tersebut akan menjaga tertumpahnya darah dan menenangkan keadaan.” (Fathul Bari 13/7)

(Baca Juga : Al-'Imran Atau Ali 'Imran?)

Tetap banyaklah berdoa dan jangan pernah menyerah atau putus asa,  semoga Allah menganugerahkan kepada kita pemimpin yang terbaik,  yang peduli kepada Islam dan kaum muslimin, yang amanah dan menegakkan keadilan dan mampu menjaga persatuan.

Selasa,  25 Juni 2019

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=608396269564024&id=100011809698436

Tantangan Dalam Berdakwah

Tantangan Dalam Berdakwah
Tantangan Dalam Berdakwah

✍🏽 *Abu Ubaidah As Sidawi*

Setiap orang yang mengajak manusia kepada al-Qur'an dan as-Sunnah sesuai pemahaman para Sahabat, pasti mendapatkan resiko dan tantangan dakwah. Alangkah bagusnya perkataan Waraqah bin Naufal kepada Nabi:

لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُوْدِيَ

“Tidak ada seorang pun yang datang dengan mengemban ajaranmu kecuali akan dimusuhi.”
(HR. Al-Bukhori (no. 7) dan Muslim (no. 160).

(Baca Juga : Hikmah Wafatnya Putra-Putra Rasulullah)

📌 Syaikh al-Albani berkata: “Ketika aku menggariskan manhaj (metode) ini pada diriku yaitu berpegang teguh dengan Sunnah ash-Shohihah dan aku realisasikan dalam kitab-kitabku yang akan tersebar pada manusia -insya Alloh-, aku sangat menyadari bahwa hal itu tidak akan menyenangkan sebagian kelompok dan madzhab, bahkan kemungkinan besar mereka akan meluncurkan dan melancarkan berbagai celaan padaku secara lisan dan tulisan.
Bagiku pribadi, semua itu tidak menjadi masalah karena memang keridhaan manusia adalah suatu tujuan yang sulit digapai dan sebagaimana sabda Nabi:

مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَّلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ

“Barangsiapa mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Alloh, niscaya Alloh akan menyerahkannya pada manusia.”(HR. Tirmidzi (II/67), al-Qudha'i (II/42), Ibnu Busyran dalam al-Amali (144-145) dan lain-lain dengan sanad Shohih. Lihat Silsilah ash-Shohihah (no. 2311) oleh al-Albani).

📌 Alangkah indahnya ucapan seorang penyair:

وَلَسْتُ بِنَاجٍ مِنْ مَقَالَةِ طَاعِنٍ
 وَلَوْ كُنْتُ فِيْ غَارٍ عَلَى جَبَلٍ وَعْرِ
وَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْجُوْ مِنَ النَّاسِ سَالِمًا
 وَلَوْ غَابَ عَنْهُمْ بَيْنَ خَافِيَتَيْ نَسْرِ

Aku tidak akan pernah selamat dari celaan orang
 Sekalipun aku bersembunyi di gua atau gunung yang sulit didaki
Siapakah orangnya yang bakal selamat dari manusia
 Walau dia telah bersembunyi di antara dua sayap burung. (Muqaddimah Shifat Sholat Nabi (hal. 44-45).

(Baca Juga : 15 Ayat Al-Quran Tentang Al-Quran)

📌 Tetapi percaya atau tidak, semua celaan dan tuduhan dusta tersebut tidaklah membahayakan dan menggoyang kursi kedudukan para penyeru al haq, bahkan sebalik-nya, sangat membahayakan nasib para pencela beliau sendiri.

يَا نَاطِحَ الْجَبَلِ الْعَالِيْ لِيَكْلِمَهُ
 أَشْفِقْ عَلَى الرَّأْسِ لاَ تُشْفِقْ عَلَى الْجَبَلِ

Hai orang yang akan menabrak gunung tinggi untuk menghancurkannya
 Kasihanilah kepala anda, jangan kasihan pada gunungnya. (Jami Bayanil Ilmi wa Fadhlihi Ibnu Abdil Barr 2/310)

📌 Bahkan kita optimis bahwa semua tantangan itu akan menambah tinggi kedudukan dan keutamaan para pendakwah,  sebagaimana kata penyair:

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ نَشْرَ فَضِيْلَةٍ
 طُوِيَتْ أَتَاحَ لَهَا لِسَانَ حَسُوْدِ

Bila Alloh berkehendak menyebarkan keutamaan yang rahasia .  Maka, Dia memberi kesempatan lidah pendengki untuk menebarkannya.
 (Diwan Abu Tammam (45).

➖➖➖➖➖➖➖➖
Repost
MT AL HIJRAH, GRESIK
Shahabat Sunnah Gresik

*🌐 Official Website*

alhijrah.id

*_WA Group Ikhwan_*
bit.ly/AlHijrahIkhwan
*_WA Group Akhwat_*
bit.ly/AlHijrahAkhwat
*_Facebook_*
bit.ly/FanePageAlHijrah
*_Instagram_*
bit.ly/IGAlHijrah
*_Youtube_*
bit.ly/YTalhijrahgresik

(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Arsitektur)

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=609024972834487&id=100011809698436

Kepemimpinan Seorang Istri Akan Ditanya

Kepemimpinan Seorang Istri Akan Ditanya
Kepemimpinan Seorang Istri Akan Ditanya
⚠️🌹🌺 *SEORANG ISTRI AKAN DITANYA TENTANG RA'IYAH DI RUMAH SUAMINYA*

📋 Rasulullah ﷺ bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah ra’in(pemimpin) dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya(apa yang ia pimpin) ”
📚 (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin ‘Umar رضي الله عنهما)

(Baca Juga : 18 Ayat Al-Quran Tentang Ketakutan)

📜Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin رحمه الله berkata menjelaskan hadits ini :

كذلك المرأة راعية في بيت زوجها ومسؤولة عن رعيتها يجب عليها أن تنصح في البيت في الطبخ في القهوة في الشاي في الفرش لا تطبخ أكثر من اللازم ولا تجهز الشاي أكثر مما يحتاج إليه يجب عليها أن تكون امرأة مقتصدة فإن الاقتصاد نصف المعيشة غير مفرطة فيما ينبغي مسؤولة أيضا عن أولادها في إصلاحهم وإصلاح أحوالهم وشؤونهم كإلباسهم الثياب وخلع الثياب غير النظيفة وتغيير فراشهم الذي ينامون عليه وتغطيتهم في الشتاء وهكذا مسؤولة عن كل هذا مسؤولة عن الطبخ وإحسانه ونضجه وهكذا مسؤولة عن كل ما في البيت“

"Demikian pula seorang istri merupakan ra’iyah (pemimpin/penjaga amanah) di rumah suaminya dan akan ditanya tentang urusannya.

Maka wajib baginya untuk mengurusi rumah dengan baik, dalam memasak, dalam menyiapkan kopi, teh,dan dalam menyiapkan tempat tidur.

Janganlah ia memasak lebih dari yang semestinya. Jangan ia membuat teh lebih dari yang dibutuhkan.

Ia harus menjadi seorang wanita yang bersikap pertengahan, tidak mengurangi-ngurangi dan tidak berlebih-lebihan, karena sikap pertengahan adalah separuh dari penghidupan. Tidak melampaui batas dalam apa yang tidak sepantasnya.

Seorang istri bertanggung jawab pula terhadap anak-anaknya dalam perbaikan mereka dan perbaikan keadaan serta urusan mereka, seperti dalam hal memakaikan pakaian kepada mereka, melepaskan pakaian yang tidak bersih dari tubuh mereka, merapikan tempat tidur mereka, memerhatikan penutup tubuh mereka di musim dingin.

Demikian pula , ia akan ditanya tentang semua itu. Sebagaimana ia akan ditanya tentang memasaknya untuk keluarganya, baiknya dalam penyiapan dan pengolahannya. Demikianlah ia akan ditanya tentang seluruh apa yang ada di dalam rumahnya.”

📚(Syarhu Riyadhis Shalihin 3/150)

(Baca Juga : Upah Mengajar Agama)

📝Akhukum fillah
Fajrin Abu Yahya وفقه الله
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2252420688420330&id=100009572618445

Balasan Keimanan dan Amal Sholih

Balasan Keimanan dan Amal Sholih
Balasan Keimanan dan Amal Sholih
☑️ *BALASAN ATAS KEIMANAN,AMAL SHOLIH,KESABARAN DAN TAWAKKAL*

Allah ﷻ berfirman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya Kami akan tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.
📖(Al-’Ankabut: 58)

(Baca Juga : Fiqih Sunnah Dalam Beridul Adha)

Dalam ayat ini Allah ﷻ benar-benar akan menempatkan mereka (yang beriman & beramal sholih) di tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, dimana di bawahnya mengalir sungai-sungai yang beraneka ragam rasanya, ada sungai air, ada sungai khamr, sungai madu dan sungai susu, serta mereka dapat membelokkan alirannya menurut yang mereka kehendaki.

Lalu Allah ﷻ berfirman :
خَالِدِينَ فِيهَا

mereka kekal di dalamnya.

Yakni, mereka tinggal di dalamnya (syurga dengan kenikmatannya) selama-lamanya tanpa menginginkan pindah darinya.

نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal.

Sungguh betapa menyenangkannya berada di syurga dengan penuh kenikmatan tersebut sebagai pembalasan bagi amal-amal orang-orang yang beriman.

(Baca Juga : Benarkah Setiap Pendapat Ulama Dibangun Atas Dalil?)

Dan diantara golongan manusia yang mendapatkan kenikmatan itu adalah,yang senantiasa bersabar dan bertawakkal.
Sebagaimana firman Allah ﷻ di ayat selanjutnya :

الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

yaitu orang-orang yang bersabar dan bertawakkal kepada Rabbnya
📖(Al-'Ankabut: 59)

Yakni bersabar dalam mempertahankan agamanya, berhijrah kepada Allah ﷻ serta memisahkan diri dari musuh-musuh Allah, rela berpisah dengan keluarga dan kaum kerabat demi Allah dan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya serta percaya kepada apa yang dijanjikan oleh-Nya.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ:  أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ: أَنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفا يُرى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أعدَّها اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَبَاحَ الصِّيَامَ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan,  bahwa Abu Malik Al-Asy'ari pernah bercerita kepadanya; Rasulullah ﷺ pernah bercerita kepadanya bahwa :
"Sesungguhnya di dalam surga terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya"
📚(Tafsir Ibnu katsir)

Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan kepada kita sekalian taufiq untuk beramal sholih,bersabar menjalani perintah, menjauhi larangan dan bersabar menjalani ujian dan cobaan_Nya, serta bertawakkal hanya kepada_Nya dan semoga Allah ﷻ mewafatkan kita diatas keimanan.

(Baca Juga : Biografi Syaikh Nu'man Al-Watr dan Syaikh Taufiq Al-Ba'dani)

📝Akhukum fillah
Fajrin Abu Yahya وفقه الله
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/1991277107606965/posts/2310048355729837/