Perisai dari Fitnah Dajjal

Perisai dari Fitnah Dajjal
Perisai dari Fitnah Dajjal
1. Melazimi dan berpegang teguh dengan ajaran Islam kemudian mempelajari seluk beluk Dajjal, kapan dia muncul, di mana munculnya, apa cirinya, apa saja fitnahnya? Dan bagaimana cara menghindar darinya?.

Hal ini penting untuk diketahui, sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Arab, Abu Faras al-Hamdani,

عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّر … رِ لَكِنْ لِتَوَقِّيهِ

وَمَنْ لَا يَعْرِفِ الشَّرَّ … مِنَ النَّاسِ يَقَعْ فيهِ!

“Aku mengetahui keburukan bukan untuk berbuat keburukan… Akan tetapi agar aku mampu terhindar darinya…

Karena barang siapa dari manusia yang tidak mengetahui keburukan......Suatu saat akan terjerumus ke dalamnya!

(Jami’ Dawawin asy-Syi’r al-‘Arabi ‘ala Marr al-‘Ushur, 16/41. Maktabah Syamilah).

(Baca Juga : 24 Ayat Al-Quran Tentang Dunia)

Maka dari itulah Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي

“Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, sedangkan aku justru bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena aku takut keburukan itu akan menimpaku (HR. Bukhari: 3060, dan Muslim: 1847)

2.  Berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal, terkhusus dalam shalat setelah tasyahud akhir

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Jika salah seorang di antara kalian melakukan tasyahud, mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah Al Masih Ad Dajjal” (HR. Muslim no. 588).

(Baca Juga : Balasan Keimanan dan Amal Sholih)

3. Menghapal awal surat al-Kahfi

Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal” (HR. Muslim no. 809).

4. Jangan mendekati Dajjal

Dari ‘Imron bin Hushain, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهْوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَات

“Barangsiapa mendengar kemunculan Dajjal, maka menjauhlah darinya. Demi Allah, ada seseorang yang mendatangi Dajjal dan ia mengira bahwa ia punya iman (yang kokoh), malah ia yang menjadi pengikut Dajjal karena ia terkena syubhatnya ketika Dajjal itu muncul” (HR. Abu Daud no. 4319 dan Ahmad 4: 441).

Wallahu a'lam bish-showab

(Baca Juga : Jangan Pernah Mencabut Uban)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1350283095126968&id=100004358714062

Zhalim Dalam Berdoa

Zhalim Dalam Berdoa
Zhalim Dalam Berdoa
Termasuk kezhaliman adalah mendoakan orang yang berbuat zhalim dengan doa yang melampau batas....

Hanya karena masalah dunia, seseorang berseteru dengan saudara muslim lainnya... hingga terlontar kalimat2 mengerikan " qotalahumullah" (semoga Allah membunuhnya)
la'anahullah (semoga Allah melaknatnya).. akhzahullah (semoga Allah menghinakannya)
 dan kalimat semisalnya...

Apalagi jika doa itu hanya bersumber dari prasangka dan suudzhon kepada muslim lainya....na'udzu billah...

(Baca Juga : Keutamaan Bersalaman Ketika Bertemu Sesama Muslim)

Allah berfirman dalam surat Asy- Syura :

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖفَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚإِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. " (Asy-Syura : 40)"

Membalas kezhaliman itu ada 3:

1. Serupa
2. Memaafkan
3. Melampau batas (membalas kezhaliman dg kezhaliman yang lebih)

Berdoa pun bisa menyebabkan dosa... berhati2lah....

... semoga kita menjadi hamba2 Allah yang bersaudara....

(Baca Juga : Hukum Bercanda "Prank")

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1355958077892803&id=100004358714062

Sesungguhnya Ilmu Itu Muroja'ah

Sesungguhnya Ilmu Itu Muroja'ah
Sesungguhnya Ilmu Itu Muroja'ah
INNAMAL 'ILMU AL-MUROJA'AH

Sesungguhnya ilmu itu adalah muraja'ah (mengulang-ulang).

Salah seorang masyayikh kami pernah bercerita di hadapan kami:

Dahulu kami menghadiri majlisnya syaikh Bin Baz rahimahullah, beliau mempunyai dars (kajian) Fath al-bari yang dihadiri oleh banyak para penuntut ilmu, bahkan para dosen, para doktor  ikut menghadiri dars beliau. Dalam dars tersebut ada seorang Qori' yang bertugas untuk membaca kitab yang nantinya dijelaskan penjabarannya oleh syaikh.

(Baca Juga : Siapapun Presidennya, Inilah Prinsipnya)

Dalam prakteknya sang qori' membaca hingga berbaris2 bahkan berhalaman2, tapi syaikh Bin Baz hanya menjelaskan sedikit sekali dari isi kitab tersebut, seakan2 yang berperan justru si Qori' saja. Hingga kenyataan tersebut membuat malal (kebosanan) dan kejenuhan bagi kami para doktor dan dosen2 yang hadir,  kami merasa metode seperti itu sangat mudah kita lakukan sendiri di rumah2 kami tanpa menghadiri darsnya syaikh.

Hingga sampai beliau wafat,..dan ketika beliau wafat baru kami sadari betapa mahalnya darsnya syaikh Bin Baz, dengannya kami bisa memurajaah kembali apa yg dulu kita pelajari..dan setelah  wafatnya beliau kami kesulitan memurajaah kitab itu lagi...rahimahullah.

Benarlah orang yang berkata: majlisnya ulama itu membawa keberkahan.

(Baca Juga : 6 Ayat Al-Quran Tentang Salib)

Senada dengan cerita di atas, ketika di kota Riyadh kami pernah berkesempatan hadir di majlisnya syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah, kami melihat yang hadir dihadapan beliau adalah para profesor dan  guru besar universitas, mereka sabar dan telaten mendengarkan apa yang disampaikan syaikh fauzan, padahal kami yakin para guru besar itu sudah paham apa yg disampaikan syaikh fauzan...bahkan dari segi gelar akademik mereka lebih tinggi levelnya dari syaikh fauzan...tapi itulah penuntut ilmu sejati mereka duduk tawadhu dihadapan para ulama.

Cerita di atas mengajarkan kepada kita bahwa ilmu yang sesungguhnya adalah dg muroja'ah (mengulang-ulang) apa yang pernah kita dapat.

Jangan pernah bosan jika kita menjumpai materi yang sama yang sudah pernah kita dengar...karena hal itu, menajamkan hapalan, melengkapi apa yg dulu kelewatan, dan membetulkan kekeliruan.

Yuk ...mari muraja'ah !!!!

@fadlanfahamsyah

(Baca Juga : Rambut Peninggalan Rasulullah, Benarkah?)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1089304867891460&id=100004358714062

Problem Da'i

Problem Da'i
Problem Da'i
Problematika yang harus dihadapi da’i  itu banyak dan beragam,bagaikan krikil yang menperlambat dakwahnya atau mengelincirkannya dalam jalan dakwah.

Bisa jadi sumber masalah da’i datang dari fitnah wanita dan segala pernak-perniknya, membuat da’i jatuh tersungkur bahkan ada yang tak bangun lagi selamanya untuk berdakwah.

(Baca Juga : 17 Ayat Al-Quran Tentang Lauh Mahfudzh)

Terkadang sumber petaka datang dari godaan harta, fulus, dinar dan dirham, membuat da’i lupa diri dan tenggelam dalam genangan harta yang melalaikannya dari dakwah. Kadang harta yang membuat da’i hilang sifat amanahnya, tak sanggup melihat uang banyak, yang terkadang milik ummat dia anggap halal-halal saja dia “tilep” dan manfaatkan untuk kebutuhan pribadinya.

Terkadang godaan itu bisa berasal dari hasrat dai akan ketenaran dan popularitas, sehingga ia lakukan segala cara untuk membangun ketenaran diri, meski dengan menjatuhkan kawan-kawan seprofesinya.

Penyakit “ gila tenar” ini adalah alat pembunuh dahsyat tanpa pisau yang akan menghancurkan jati diri da’i kelak.

Hendaklah dai senantiasa mencari Ridho Allah bukan ridho manusia, mencari apa yang disenangi Allah bukan kesenangan manusia. Biarlah dirimu tak tenar dikalangan makhluk, asal dikenal oleh Sang Khaliq pencipta Alam semesta.

(Baca Juga : 16 Ayat Al-Quran Tentang Jahannam)

Hakikatnya da’i harus meyakini bahwa kemulian itu ditangan Allah, Dia yang akan mengangkat derajat seseorang atau menghinakannya, Dialah pemilik hati-hati hamba yang menaklukkannya untuk mencintai seseorang atau membencinya. Sehebat apapun da’i bersembunyi dari ketenaran, dan Allah ingin membuat dia tenar, pasti keharuman namanya kan tetap tersebar luas-mau tidak mau, suka tidak suka- tercium oleh manusia.

Terkadang penyakit serius yang dihadapi da’i -sebagian mereka tidak menyadarinya- adalah penyakit iri,dengki, hasad jika melihat ada orang lain yang dianggap sebagai pesaingnya dalam dakwah. Ia kan berusaha sekuat tenanganya untuk membunuh karakter sang da’i yang menjadi pesaingnya dengan ghibah, fitnah dst, dengan tujuan agar hanya bendera dirinya yang berkibar dalam dakwah, semua bendera lain harus jatuh dan tumbang tak boleh tegak.

Penyakit serius lainnya adalah perasaan da’i hanya dia seoranglah penyelamat Islam, penegak pilarnya, tanpa dirinya cahaya Islam kan redup, syiar Islam melemah, padahal kejayaan Islam takkan pernah rela dilekatkan dengan seseorang. Tanpa dirimu wahai da’i Islam kan berkibar sepanjang masa. Islam tak butuh dirimu,justru engkaulah yang membutuhkan Islam.

*percikan dari nasehat berharga Syeikh Ziyad Al-Abbadi.

(Baca Juga : 21 Ayat Al-Quran Tentang Kurma)

Batu, Malang 22 Syawwal 1440/25Juni 2019

Tulisan Al-Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1361994057289205&id=100004358714062

Pelajaran yang Berkesan

Pelajaran yang Berkesan
Pelajaran yang Berkesan
Pelajaran paling berharga setelah mempelajari ilmu “jarh dan ta’dil” yang intinya  adalah...bagaimana para perawi hadis terdahulu ada yang mendapatkan pujian ulama setinggi langit semisal”tisqah, tsabt, hujjah, amirul mukminin fil hadis dan semacamnya...

Sebaliknya ada pula para perawi hadis yang mendapatkan celaan jelek direndahkan dengan serendah-rendahnya, seperti lafaz” dhaif, kazzab(pendusta) dajjal...dan semacamnya..

Maka ambillah pelajaran untuk dirimu kelak, apakah ketika hidup dan setelah wafat, dirimu kan menuai pujian manusia dengan kebaikanmu, dan kontribusimu untuk manusia dan orang banyak, dengan sebutan” orang jujur, dermawan, pahawan, orang alim, orang zuhud dan ahli ibadah, pemurah dan rela berkorban” dan semacamnya..

(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Jihad)

Atau dikalungkan dilehermu rantai celaan dan umpatan manusia dikala kau hidup atau setelah matimu dengan  ucapan mereka” pendusta bin penipu, perampok bin pencuri, pecundag bin pengkhiat, koruptor bin manipulator, pengkhianat...dan semacamnya.

Zaman tak kan pernah basa-basi terhadapmu, ia kan menilaimu apa adanya, ukirlah sejarahmu di prasasti emas yang bernilai, bukan dalam lembaran hitam yang dicampakkan sejarah dalam kumuhnya lubang sampah dan tempat pembuangan.

 Hilangkan segala tendensi dan kepentingan dirimu, tak perlu mencari tenar dan populer, sebarkan kebaikan meski dirimu tak dikenal, cintai Allah segenap kemampuanmu, bila Allah mencintaimu...pastikan bahwa manusia kan memberikan cintanya yang tulus padamu...

*nasehat yang sangat berkesan dari Syeikh Ziyad Al Abbadi-hafizahullah-“

(Baca Juga : Tawakkal Dengan Rezeki Allah)

Batu, Malang 24 Syawwal 1440/28 Juni 2019

Tulisan Al-Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA hafidzhahullah

Sumber:https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1363794283775849&id=100004358714062

Jika Kita Bersama Allah

Jika Kita Bersama Allah
Jika Kita Bersama Allah
Tidak memadharatkanmu kelemahanmu dan tak membahayakanmu kekuatan musuhmu jika engkau bersama Allah.

Lihatlah sejarah:

Perang Badr tiga ratus sekian belas tentara Islam mampu mengalahkan 1000 tentara musuh

(Baca Juga : Penjelasan Makna Iman Kepada Qadar)

Perang Ahzab, kaum muslimin yang kelaparan, kedinginan dikepung 10 ribu pasukan sekutu....tapi Allah menolong yg sedikit lagi lemah dan mengalahkan yang banyak lagi kuat

Perang Yarmuk, jumlah tentara Islam 27 ribu, memporak-porandakan 120 ribu tentara salib Romawi...

Perang Qadisiyah, pasukan Islam yang 4 ribu mengalahkan 80 ribu tentara Persia.

Perang melawan kaum Barbar (Afrika utara), kaum muslimin berjumlah 20  ribu menghancurkan 200 ribu pasukan barbar dan JARJIR raja Barbar tewas dibunuh Abdullah bin Zubair bin Awwam.

Perang Ainun Jalut, sultan Qutus berhasil menghantam gelombang tsunami bangsa tatar mongol.

,=======

Bahkan sebelum itu semua,

Allah menyelamatkan Musa mungil nan lemah dari arus sungai dan dari kejahatan fir'aun, tapi di sisi lain Allah membinasakan fir'aun di atas kedigjayaannya.

(Baca Juga : Kaum Muallaf Tanggung Jawab Kita Semua)

Allah menolong pasukan Dawud yang kecil dan mengalahkan pasukan Jalut yang banyak lagi perkasa.

Benarlah firman Allah

كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ

Berapa banyak kelompok yang sedikit mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah. (QS. Al-Baqarah: 249).

======

So...Masalah kita bukan ada pada kekuatan musuh kita, masalah kita adalah ketika kita tdk bersama Allah...

Lihatlah perang Uhud, ketika sebagian sahabat bermaksiat Maka Allah pun mengalahkan mereka...Allah tidak bersama mereka.

Inilah hikmah dari  ayat al-Qur'an:

 لا تحزن إن الله معنا

Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita

(Baca Juga : Tawadhu'nya Syaikh Muhammad Al-Imam)

Selama engkau bersama Allah...kau takkan pernah bersedih.

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1403633956458548&id=100004358714062

Man Salafuka? Siapa Salafmu?

Man Salafuka? Siapa Salafmu?
Man Salafuka? Siapa Salafmu?
Janganlah kita berbicara tentang agama yang tidak ada salaf pendahulunya, karena konsekwensi dari hal itu adalah lenyapnya kebenaran dari ummat ini sebelum datang pendapat kita..dan itu mustahil karena kebenaran akan tetap ada pembawanya dari zaman ke zaman.

(Baca Juga : 8 Keutamaan Penghafal Al-Quran)

Rasulullah bersabda

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

Akan senantiasa ada sekelompok orang di antara umatku yang menang di atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang lain yang menyia-nyiakan mereka hingga datang ketetapan Allah sementara mereka senantiasa berada dalam keadaan demikian.” (HR. Muslim no. 1920)

Maka dari itulah jika para sahabat berselisih dalam sebuah permasalahan menjadi 2 pendapat atau 3 pendapat, maka tak boleh generasi berikutnya membuat pendapat baru, karena konsekwensinya adalah lenyapnya kebenaran di zaman sahabat.

Pentingnya ucapan "man salafuka" (siapa pendahulumu dalam masalah ini).

Agar tidak semua orang berbicara dan berpendapat semaunya sendiri.

(Baca Juga : Demonstrasi dan Darah Kaum Muslimin)

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, MHI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1406263252862285&id=100004358714062

Menimbang Kesalahan Muslim dan Kejahatan Orang Kafir

Menimbang Kesalahan Muslim dan Kejahatan Orang Kafir
Menimbang Kesalahan Muslim dan Kejahatan Orang Kafir
Rasulullah pernah memerintahkan Abdullah bin Jahsy radhiyallahu anhu bersama beberapa sahabat untuk mencari kabar tentang kafilah Quraisy di daerah Nakhlah, (antara Tho’if dan Makkah).  Kafilah Quraisy melintasi kawasan tersebut di akhir bulan Rajab (bulan haram dalam islam), kalau dibiarkan sampai selesai Rajab maka mereka akan telah masuk Mekah. Maka para sahabat menyerang mereka membunuh satu orang dan menawan sebagian yang lain lalu dibawa menuju kota madinah.

Rasulullah mengingkari keras apa yang mereka lakukan, karena beliau hanya memerintahkan mencari berita bukan untuk berperang di bulan haram.

(Baca Juga : Bolehkah Bekerja Sebagai Pengacara)

Orang-orang kafirpun menggunakan peristiwa  ini untuk menjatuhkan kedudukan kaum muslimin. Mereka mengatakan bahwa kaum muslimin telah menodai kemuliaan dan melanggar kehormatan bulan haram.

Maka Allah ta'ala membela para sahabat nabi Abdullah bin Jahsy dkk radhiyallahu 'anhum, meskipun mereka salah..akan tetapi kejahatan orang kafir, menyekutukan Allah, menghalangi orang ibadah dan menistakan agama ...itu semua jauh lebih dahsyat dosanya.

Allah pun menurunkan wahyunya:

 “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi masuk Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar dosanya di sisi Allah” (QS Al Baqarah: 217).

Maka Akhirnya rasulullah menebus diyat orang kafir yang terbunuh tadi.

(Baca Juga : 24 Ayat Al-Quran Tentang Bertaubat)

So. Jangan hinakan saudaramu di depan orang kafir, tetapi tetap sampaikan kesalahannya jika dia memang salah.

Tulisan Al-Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.HI hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1406285362860074&id=100004358714062