Taubat Kunci Kemenangan

Taubat Kunci Kemenangan
Taubat Kunci Kemenangan
Di dunia ini manusia berebut untuk mencari kemenangan, menang dalam harta, politik, kekuasaan, kedudukan, ilmu dan sebagainya. Mereka berbangga dengan kemenangan yang telah diraih.
Akan tetapi kemenangan yang hakiki adalah diselamatkan dari neraka dan dimasukan kepada surga.
Kekalahan, kerugian, ataupun mushibah yang menimpa kepada seseorang kadang disebabkan akan dosa-dosanya, oleh sebab itu solusinya mendapat kemenangan adalah dengan bertaubat kepada Allah SWT, kemudian diikuti beriman dan beramal shalih

Allah berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl : 97)

Seseorang yang taubatnya diterima allah SWT kehidupannya menjadi bahagia, tenang, dan senantiasa mengingat Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar Ra’du : 28)
Manusia merupakan makhluk yang memiliki dosa, maka Allah sebagai kemurahanNya memberi kesempatan untuk bertaubat.

(Baca Juga : Balasan Keimanan dan Amal Sholih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat” (HR Ibnu Maajah no 4241, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Maka solusinya bertaubat, Karena dosa-dosa seoranglah yang membuatnya sengsara, dan gagal di dunia dan akhirat. Ibadah yang agung,  pasti ganjarannya sangat besar adalah ampunan dan surga seperti  :

1. Pahala haji yang tidak rofat, diampuni dosanya.

Rasulullaah SAW bersabda :

«مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ»

“Barangsiapa yangmengerjakan ibadah haji, dia tidak melakukan rofats dan tidak melakukan dosa, maka dia akan kembali dari dosanya seperti hari ketika dilahirkan dari ibunya”. (HR. Bukhari 1521)

2. Pahala Puasa,  Diampuni dosanya

Rasulullah SAW bersabda

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًاوَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan dasar keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Muttafaqun alaih)

3. Sholat lima waktu, Sholat jumat dan Puasa ramadhan,  diampuni dosa

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسَةُ, وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ, وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ, مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

“Shalat yang lima waktu, shalat jumat satu ke shalat jumat selanjutnya, dari satu ramadhan ke ramadhan berikutnya, semuanya adalah penghapus dosa-dosa yang ada di antara keduanya, jika dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim no.233)

Oleh sebab itu, Sebenarnya problem kita adalah masalah dosa, dan  solusinya dari berbagai problem yang dihadapi tersebut adalah beristighfar dan bertaubat. Nabi SAW beristighfar daan bertaubat setiap hari lebih dari 70 kali.

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً»

“Demi Allah sesungguhnya aku beristighfar setiap hari lebih dari tujuhpuluh kali”. (HR Bukhari 6307)

Dosa mudah dilakukan mulai yang kecil hingga besar :
1. Dari pandangan dan penglihatan yang haram, apalagi dari media social
2. Dari perkataan, dusta, ghibah, mencela, memfitnah…
3. Dari malasnya ibadah, bakhil, kurangnya amar ma’ruf, nahi mungkar, berbakti orangtua, kurang bersyukur,
4. Malas membaca Qurán, tidak memahami dan mengamalkan.
Sungguh Allah sangat gembira dengan bertaubatnya seorang hamba, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا، قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ

“Sungguh Allah lebih bergembira dengan taubat hambaNya tatkala bertaubat kepadaNya, daripada gembiranya salah seorang dari kalian yang bersama tunggangannya di padang pasir tiba-tiba tunggangannya tersebut hilang, padahal makanan dan minuman (perbekalan safarnya) berada di tunggangannya tersebut. Ia pun telah putus asa dari tunggangannya tersebut, lalu iapun mendatangi sebuah pohon lalu berbaring dibawah pohon tersebut (menunggu ajal menjemputnya-pen). Tatkala ia sedang demikian tiba-tiba tunggangannya muncul kembali dan masih ada perbekalannya, maka iapun segera memegang tali kekang tunggangannya, lalu ia berkata karena sangat gembiranya, “Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu”
Ia salah berucap karena sangat gembiranya” (HR Muslim 2747)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa memang diantara tujuan penciptaan manusia adalah Allah menjadikan mereka makhluk yg pasti berdosa agar mereka bertaubat, beliau berkata:

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah akan mendatangkan suatu kaum yg mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka” (HR Muslim no 7141)

(Baca Juga : Tawakkal Dengan Rezeki Allah)

Karenanya tidaklah mengherankan jika seorang hamba berdosa, akan tetapi jika ia tidak bertaubat maka itulah yang membuatnya tercela dan terpuruk. Namun jika ia kemudian bertaubat dan beristighfar maka mulialah dia….
Berikut ini diantara keutamaan dan faedah bertaubat dan beristighfar:

(1) Orang yg bertaubat meraih kecintaan Allah.
Allah berfirman

 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS Albaqoroh : 222)

(2) Orang yang bertaubat didoakan oleh para malaikat agar diampuni, dilindungi dari adzab neraka dan dimasukan ke dalam surga. Allah berfirman :

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,

(3) Orang yg bertaubat ditambah rizkinya oleh Allah. Allah berfirman tentang perkataan Nabi Nuuh ‘alaihis salam kepada kaumnya:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا

“Aku (Nuuh) katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS Nuuh : 10-12)
“Ibnu Shubayh berkata :

شَكَا رَجُلٌ إِلَى الْحَسَنِ الْجُدُوبَةَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا آخَرُ إِلَيْهِ  الْفَقْرَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَقَالَ لَهُ آخَرُ. ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَرْزُقَنِي وَلَدًا، فَقَالَ  لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا إِلَيْهِ آخَرُ جَفَافَ بُسْتَانِهِ، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. فَقُلْنَا لَهُ فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئًا، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي سُورَةِ” نُوحٍ”: اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُممْ إِنَّهُ كانَ غَفَّاراً. يُرْسِلِ السَّماءَ عَلَيْكُمْ مِدْراراً.

“Ada seorang lelaki mengeluhkan kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang musim kering, maka Al-Hasan berkata kepadanya, “Beristighfarlah !”. Lalu ada lelaki yang lain mengeluhkan kepadanya tentang kemiskinannya. Maka Al-Hasan berkata, “Beristighfarlah !”. Lalu datang lelaki yang lain seraya berkata, “Doakanlah untukku agar Allah menganugerahkan bagiku anak”. Maka Al-Hasan berkata kepadanya, “Beristighfarlah !”. Lalu datang lelaki yang lain yang mengeluhkan akan kebunnya yang kering. Maka Al-Hasan berkata kepadanya. “Beristighfarlah !”.
Kamipun berkata kepadanya tentang jawabannya tersebut, maka Al-Hasan berkata, “Aku sama sekali tidak berpendapat dengan pendapat pribadi, sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Nuh :
‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (Kisah ini disebutkan oleh AL-Qurthubi dalam tafsirnya pada tafsir surat Nuh, demikian juga An-Nasafi dan Fakhrurroozi dalam tafsir mereka)

(4) Orang yang bertaubat dari kemaksiatan yang dia lakukan maka keburukan-keburukannya akan dirubah oleh Allah menjadi kebaikan dan memperberat timbangan kebaikannya pada hari kiamat kelak. Allah berfirman :

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71)

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (QS Al-Furqoon : 70)

(Baca Juga : Islam Teroris, Al-Quran Berbahaya)

(5) Taubat bukan hanya menghapuskan dosa-dosa, bahkan merupakan sebab masuk surga

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Tahriim : 8)

(6) Taubat merupakan sebab datangnya kemenangan. Allah berfirman :

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur : 31)

(7) Bertaubat menyebabkan terhalangnya adzab. Allah berfirman

وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS Al-Anfaal : 33)

(Rangkuman Tabligh Akbar Masjid Al Muqarabin Cawas, Klaten, 27 Juni 2019, Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA)

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=10156401874464646&id=553739645

Doakan Anakmu yang Menuntut Ilmu

Doakan Anakmu yang Menuntut Ilmu
Doakan Anakmu yang Menuntut Ilmu
Lentera Da'wah:

Wahai Orang Tua,  Doakan Anakmu Yang Sedang Menuntut Ilmu

Hari2 ini, banyak orang tua mengantar anak2 mereka ke sekolah atau pesantren. Semoga sebagaimana sekarang kita bisa bergandengan tangan menuju taman surga dunia guna menimba ilmu agama,  kitapun kelak bisa bergandengan tangan menuju surga sesungguhnya.

Terkadang ada perasaan berat dan setengah tega meninggalkan anak untuk berada di penjara suci, karena mereka tidak bisa bebas seperti anak2 lain seusianya.

Tapi tak perlu kau tangisi mereka karena mereka bukan dalam musibah yg perlu kau tangisi. Justru yang perlu kau tangisi jika anakmu tak ngerti ilmu agama. Kita mestinya senang tatkala putra putri kita berada di jalan mulia dan jauh dari pergaulan yg hina.

(Baca Juga : Kepemimpinan Seorang Istri Akan Ditanya)

Yakinlah wahai orang tua bahwa perjuanganmu adalah untuk masa depan anak2 mu agar menjadi penyejuk hatimu di dunia dan bisa berkumpul kelak di surga bersama mereka.

Biarlah engkau dan mereka bersedih menahan kerinduan sementara agar mereka belajar kemandirian,  kedewasaan,  persahabatan dan menjadi manusia yg berilmu agama agar lurus agama dan berakhlak mulia.

Ibu dan ayah...

Jangan lupakan untuk menyelipkan untaian doa buat anakmu yg sedang berjuang mengejar surga dg ilmu agama.
Berikanlah motivasi dan dukunganmu untuk mereka, karena ketulusan tutur katamu begitu membekas memasuki relung hati mereka.

Imam Dzahabi menceritakan dalam biografi Imam Sulaim bin Ayyub ar-Razi, bahwa ketika masih kecil sekitar umur sepuluh tahun, dia belajar mengaji kepada sebagian ustadz di kampungnya.

(Baca Juga : Biografi Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)

Sang ustadz mengatakan, “Maju dan cobalah membaca al-Qur’an.”

Dia (Sulaim bin Ayyub) pun berusaha semaksimal mungkin untuk membaca al-Fātihah, tetapi tidak bisa karena ada sesuatu pada lidahnya.

Sang ustadz lalu bertanya, “Apakah engkau punya seorang ibu?”

“Ya,” jawab Sulaim.

“Kalau begitu, mintalah kepada ibumu agar dia berdo’a supaya Allah memudahkan engkau untuk bisa membaca al-Qur’an dan meraih ilmu agama,” tutur sang ustadz selanjutnya.

Sulaim menjawab, “Ya, akan saya sampaikan pada ibuku.”

Maka setelah pulang ke rumah, dia menyampaikannya kepada ibunya, dan sang ibu lalu bermunajat dan berdo’a kepada Allah. Setelah itu, Sulaim menginjak masa dewasa dan berkelana ke Baghdad untuk menuntut ilmu bahasa Arab, fiqih, dan lain-lain.

Ketika dia pulang kembali ke kampungnya di Ray sedang menyalin kitab Mukhtashar al-Muzani di sebuah masjid, ternyata ustadznya yang dahulu datang seraya mengucapkan salam kepadanya. Namun, sang ustadz sudah tidak mengenal Sulaim lagi. Tatkala ustadznya mendengar salinan kitab tersebut dan dia tidak paham apa yang sedang dibaca, dia berkomentar, “Kapankah ilmu seperti ini bisa dipelajari?” Kata Sulaim, “Ingin sekali rasanya saya mengatakan padanya: ‘Jika Anda punya seorang ibu maka mintalah kepada ibu Anda agar mendoakan untuk Anda’, tetapi saya malu mengatakan hal itu.” (Siyar A’lāmin Nubalā’ 34/156–157 oleh adz-Dzahabi)

Kisah ini memberikan faedah bahwa doa orang tua—terutama seorang ibu—adalah mustajab (pasti terkabul).

Sebab itu, wahai saudaraku penuntut ilmu, janganlah pernah engkau hanya bergantung pada dirimu. Tetaplah engkau memohon pertolongan kepada Allah dan mintalah kepada orang tuamu agar mendo’akan untukmu.

Dan engkau wahai orang tua,  jangan lupa mendoakan anak2 mu agar betah di pondok dan dimudahkan memahami ilmu agama sehingga kelak menjadi anak-anak yg shalih dan shalihah.

Semoga Allah menganugerahkan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin.

(Baca Juga : Benarkah Allah Memiliki Sifat Lupa?)

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=611575475912770&id=100011809698436

Manusia Disandera Jin?

Manusia Disandera Jin?
Manusia Disandera Jin?
Alkisah, dahulu ada seorang sahabat Anshar pergi untuk shalat Isya' lalu disandera oleh jin sehingga tidak diketahui kabarnya. Kemudian istrinya datang kepada Umar bin Khaththab seraya menceritakan kejadiannya. Umar lalu keluar bertanya kepada kaumnya dan mereka menjawab, “Benar, dia keluar untuk shalat Isya' kemudian menghilang.” Umar kemudian memerintahkan kepada sang istri agar menunggu selama empat tahun. Tatkala empat tahun telah berlalu, si istri datang kepada Umar lagi, lalu Umar membolehkannya untuk menikah dengan lelaki lain setelah menjalani masa ’iddah.

Setelah menikah dengan pria lain, suami pertamanya datang dan menuntut Umar, maka Umar mengatakan kepadanya, “Seorang di antara kalian pergi menghilang dalam waktu yang sangat lama sehingga istrinya tidak tahu apakah dia masih hidup ataukah tidak.” Pria itu menjawab, “Saya memiliki udzur, wahai Amirulmukminin.” Umar a\ bertanya, “Lantas apa udzurmu?” Dia menjawab, “Ketika saya keluar rumah untuk menunaikan shalat Isya', tiba-tiba para jin menyandera saya sehingga saya pun tinggal bersama mereka, kemudian mereka diserang oleh para jin muslim dan menawan beberapa tawanan termasuk saya, lalu mereka mengatakan, ‘Kami melihatmu adalah seorang muslim sehingga tidak boleh bagi kami untuk menawanmu.’ Lalu mereka memberi saya pilihan antara tetap tinggal di sana atau pulang ke keluarga saya, saya pun memilih pulang ke keluarga saya di Madinah dan tadi pagi saya telah sampai di kota ini. Begitu ceritanya.”

(Baca Juga : Kebijakan Saudi yang Dimaki)

Setelah mendengarkan kisahnya maka Umar memberikan pilihan kepadanya antara kembali kepada istrinya lagi dan antara mengambil maharnya. Pria itu mengatakan, “Saya tidak butuh lagi kepada istri saya karena dia sekarang sudah hamil dari suaminya.”
(Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Sunan Kubra 7/445, Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf 7/86 dan Abdullah bin Ahmad dalam Masā'il-nya no. 346. Atsar ini dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwā'ul Ghalīl 6/150. Lihat pula Fathul Mannan hlm. 312 oleh Syaikh Masyhur Hasan dan Mā Shahha min Atsar Shahābah 3/1078 oleh Zakaria al-Bakistani).

Di antara fiqih (pemahaman) atsar ini adalah bahwa jika ada seorang istri ditinggal pergi oleh suaminya sehingga tidak ada berita tentangnya—apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia—maka dia menunggu selama empat tahun kemudian memulai masa ’iddah empat bulan sepuluh hari, lalu boleh setelah itu untuk menikah dengan pria lain.

(Baca Juga : Membuat Orang Lain Bahagia)

Dan ada pendapat lain yang cukup kuat bahwa masa menunggu wanita yang ditinggal hilang suaminya diserahkan kepada keputusan pemimpin (baca: pengadilan agama) dan ini yang dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam asy-Syarh al-Mumti’ 13/373–374.

Tulisan Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=612431725827145&id=100011809698436

Poin Penting Dalam Berdakwah

Poin Penting Dalam Berdakwah
Poin Penting Dalam Berdakwah

#RINGKASAN
#Kitab_الدعوة_إلى_الله_وأخلاق_الدعاة

الحَمدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ وَعلَى آلهِ وَصَحْبهِ وَمَن تَبِعَهُم بِإِحسَانٍ إلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعدُ :

As-Syaikh Al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu Ta’ala menjelaskan beberapa point penting untuk para da'i dan thalibul ilmi dalam berdakwah, yaitu :

1.     Hukum berdakwah
2.     Keutamaan berdakwah
3.     Cara menyampaikan dakwah
4.     Tujuan berdakwah
5.     Akhlaq dan sifat seorang da’i

(Baca Juga : Cara Mudah Agar Allah Mencintai Kita)

Pertama. hukum berdakwah adalah wajib, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Ali Imran : 104)

Dan firman Allah Ta’ala :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. An Nahl : 125)

Kedua. Keutamaan berdakwah, terdapat banyak keutamaan bedakwah sebagaimana dalam Al-Quran dan Hadits- hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Diantaranya :

Firman Allah Ta’ala :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?.”(Qs. Fusshilat : 33)

Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala semisal dengan orang yang melakukannya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang diperoleh orang yang melakukan tersebut, dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa yang semisal dengan orang yang melakukan dosa tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa yang diperoleh orang yang melakukan tersebut”. (HR. Muslim no. 2674 dari Abu Hurairah radiyallahu anhu)

(Baca Juga : 24 Ayat Al-Quran Tentang Bertaubat)

ketiga. Cara menyampaikan dakwah, disebutkan oleh Allah dalam Al Quran, diantaranya adalah :

firmanNya :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. An Nahl : 125)

Dan firman Allah Ta’ala :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Qs. Ali Imran : 159)

Keempat. Tujuan dakwah, Syaikh menyebutkan tujuan berdakwah, diantaranya yaitu :

1. Mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik menuju cahaya islam dan sunnah.
2. Membimbing manusia menuju Al Haq.
3. Menyelamatkan manusia dari api neraka.
4. Mengeluarkan manusia dari kebodohan menuju ilmu pengetahuan.
5. Mengajak manusia untuk ta’at kepada Rabbnya dan mengikuti Nabinya shallallahu alaihi wasallam.

Firman Allah Ta’ala :

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّور

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)”. (Qs. Al Baqarah : 257)

Kelima. Sifat dan akhlaq yang harus dimiliki seorang da’i, diakhir pembahasan kitab Syaikh yang mulia menyebutkan tentang akhlaq dan sifat seorang da’i, diantaranya :

1. Harus ikhlas dalam berdakwah.
2. Jelas yang akan didakwahkan berdasarkan ilmu.
3. Lemah lembut dalam berdakwah.
4. Sabar dalam berdakwah dan menghadapi rintangan di medan dakwah.
5. Harus mengamalkan apa yang dia dakwahkan.
6. Mendoakan orang-orang yang didakwahi agar mereka mendapatkan hidayah dan istiqamah diatasnya.

ini merupakan ringkasan dari kitab “ad-da’wah ila Allah wa akhlaqu ad du’at”.

(Baca Juga : 27 Ayat Al-Quran Tentang Orang Kafir)

Semoga bermanfaat bagi penulis, pembaca dan para da’i serta kaum muslimin. waAllahu a'lam

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

#Semoga_Allah_merahmati_Syaikh_Bin_Baz
📝@/Solo/03/03/2017 M

Tulisan Al-Ustadz Muhammad Alif, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=456450028257998&id=100016790144202

Demo Bukan Termasuk Pemberontakan?

Demo Bukan Termasuk Pemberontakan?
Demo Bukan Termasuk Pemberontakan?

#Syubhat_harokiyin
#Dai_yang_menyesatkan_umat
#Demo_bukan_dari_Islam

📣Ada seorang dai di sebuah stasiun TV yang berfatwa bahwa (disebut) keluar memberontak kepada hakim (penguasa muslim) adalah jika dengan senjata saja, bukan dengan demo, apakah benar perkataan ini?

As Syaikh DR. Shaleh Al Fauzan حفظه الله beliau menjawab syubhat ini :
"Orang ini berbicara tanpa ilmu, jika ia tersesat maka kita berharap kepada Allah semoga diberikan petunjuk dan bisa kembali kepada kebenaran. tapi jika ia memiliki kebencian kepada pemimpin (ulil amri) maka kita berharap kepada Allah semoga diberi balasan yang setimpal, serta kaum muslimin dijaga oleh Allah dari keburukan dan kejahatannya.
karena keluar (memberontak) kepada penguasa tidak harus dengan senjata bahkan dengan ucapan (buruk) kepada ulil amri, mencela penguasa adalah termasuk memberontak kepadanya dan memprovokasi untuk melawannya. ini merupakan sebab fitnah dan keburukan, karena ucapan itu berbahaya bahkan bahayanya tidak jauh dari senjata (hampir sama).

(Baca Juga : Mereka Akan Dibangkitkan Seperti Orang Gila)

sebagaimana perkataan penyair :

فَإِنَّ النَّارَ بِالعُودَينِ تُذكَى  ***  وَإِنَّ الْحَرْبَ أَوَّلُهُ كَلَامُ

{Sesungguhnga api berkobar (sangat panas sengatannya) karena dua batang kayu *** dan sesungguhnya peperangan awalnya dimulai dari ucapan}.

kadang satu kalimat (ucapan) dapat menjadi sebab peperangan yang hebat lagi membinasakan, maka memberontak kepada penguasa bisa dengan senjata, bisa dengan ucapan dan keyakinan, seperti jika berkeyakinan bolehnya memberontak kepada ulil amri (penguasa)".
📚al ijabaat al faashilah hal. 39 - 40.

🔰Ada orang yang mengajak untuk keluar memberontak (kepada penguasa) sambil mengatakan : sesungguhnya demonstrasi dan mengapresiasikan pendapat (di tempat umum) bukanlah bentuk pemberontakan kepada jamaah kaum muslimin (pemerintah), tapi keluar memberontak yang dilarang jika membawa/mengangkat senjata. bagaimana ini?

(Baca Juga : Semoga Kita Berjumpa di Telaga)

As Syaikh DR. Shaleh Al Fauzan حفظه الله beliau menjawab :
"Keluar memberontak penguasa bermacam-macam :
Keluar dari ketaatan pemimpin bisa dengan ucapan, seperti mengajak masyarakat dan memprovokasi rakyat untuk memberontak, meski tanpa senjata, bahkan bisa jadi ini lebih berbahaya dari pada yang membawa senjata.
Siapa saja yang menyebarkan pemikiran khawarij dan mengajak kepada pemberontakan maka lebih berbahaya dari yang membawa senjata.

Keluar dari ketaatan kepada pemimpin bisa juga dengan hati apabila dia tidak meyakini kepemimpinannya dan apa yg diwajibkan kepadanya, serta ia membenci pemimpinnya.

Maka keluar dari ketaatan kepada pemimpin bisa dengan hati dan niat, dengan perkataan dan dengan mengangkat senjata.

Demonstrasi sebagai bentuk ajakan untuk keluar dari ketaatan kepada pemimpin, sedangkan menuntut hak kepada pemimpin ada cara-cara yang disyariatkan, jika tidak mendapatkan hak dengan cara yang syar'i maka wajib untuk bersabar dan menerima.  karena untuk mencegah dari bahaya dan kerusakan yang lebih besar (akibat dari pemberontakan kepada penguasa)".
📚al ijabaat al faashilah hal. 57.

📝Wa'Allahu A'lam
Solo/03/03/2019 M.

(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Tauhid)

Tulisan Al-Ustadz Muhammad Alif, Lc hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=405379886698346&id=100016790144202

Kebijakan Saudi yang Dimaki

Kebijakan Saudi yang Dimaki
Kebijakan Saudi yang Dimaki

Kebijakan saudi yang dimaki !

Padahal kebanyakan manusia yang memaki tidak tahu hikmah dibalik kebijakan Raja Saudi :

3 kecerdasan dan hikmah kebijakan RAJA SAUDI

1. Raja Saudi tidaklah membombardir 2 aliran menyimpang di Yaman kecuali setelah atas permintaan Presiden Yaman.

(Baca Juga : 22 Ayat Al-Quran Tentang Hukum)

Dua aliran tersebut :

A. Aliran Syi'ah Rafidhoh yang mencela Para Shahabat, Istri2 Rasulullah, tidak mengimani Al Quran yang ada sekarang, menganggap Ali sebagai Nabi dan bahkan sebagai Allah, mengkafirkan Sunniy (yaitu julukan bagi semua orang selain mereka syiah) dst.

B. Aliran Khawarij Teroris yang menghalalkan darah dan harta kaum muslimin (alias mengkafirkan selain mereka).

Kedua aliran ini ternyata punya relasi yang sangat kuat dan kembali kepada satu akar yaitu tokoh yahudi yang pura-pura masuk islam Abdullah Bin Saba'.

Yang menyebabkan manusia keluar dari ketaatan utsman sebagai khalifah waktu itu dan sebab terbunuhnya utsman adalah abdullah bin saba' yang membikin stemple palsu atas nama utsman dst (lihat flash back terbunuhnya utsman)

Dan di saat khalifah ali pun abdullah bin saba memunculkan aliran baru syi'ah yang menjadikan ali sebagai nabi setelah nabi muhammad shallallahu alaihu wasallam, bahkan mengatakan ali sebagai Tuhan Ilaah.

(Baca Juga : 21 Ayat Al-Quran Tentang Sihir)

2. Inilah strategi Raja Saudi, seandaikan dia langsung membombardir syi'ah dan teroris yaman maka kesempatan bagi negara kafir untuk menyerbu arab saudi dengan dalih bahwa negera arab saudi telah melanggar HAM dan NEGARA ARAB SAUDI ADALAH TERORIS.
Satu momen tuduhan juga dari kaum muslim sendiri bahwa arab saudi membiarkan suria tanpa bantuan militernya.
Padahal sudah pernah dengan kekuatan militernya yang sudah di TURKI untuk melancarkan serangan ke BASYAR AL ASAD di suria !

Tapi bantuan serangan militer digagalkan! Kenapa!

Karena serangan ini yang seandainya terjadi sudah ditunggu negara-negara kafir, yaitu agar saudi campur tangan sehingga jadi dalih saudi adalah negara teroris, saudi melanggar HAM dst. Sehingga kesempatan mereka untuk menghancurkan arab saudi.

Kenapa demikian!

Beda kasus dengan yaman yang presidennya memang meminta bantuan, sedangkan suria ! Mana mungkin Presiden Suria Basyar Al Asad Syi'ah minta bantuan ke Raja Saudi Sunniy ! Karena Basyar syi'ah ini memang membantai kaum sunniy.

3. Raja Saudi serius menyerang Syi'ah di Yaman karena Rudal Syi'ah Iran sudah masuk ke yaman untuk menghancurkan Al Haramain (Bisa anda simak video rudalnya syi'ah di youtube).
Karena seandainya Rudal diluncurkan dari Iran maka tidaklah bisa jarak itu menjangkaunya.
Sehingga mereka syi'ah Iran masuk melalui saudara syi'ah mereka di yaman.

Alhamdulillah.

(Baca Juga : Meninggalkan Pendapat Ulama yang Menyelisihi Dalil)

By : Abdurrahman Dani Ar Ramadhany

Tulisan Al-Ustadz Abdurrahman Dani hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2270583296371091&id=100002583282547

Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus

Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus
Belajar Manhaj Salaf dari Dinosaurus
Belajar manhaj salaf dari Dinosaurus?

Banyak orang berdecak kagum ketika menyaksikan replika atau cerita tentang dinosaurus.

Konon makhluq makhluq tersebut hidup ratusan jutaan tahun silam.

Konon tinggi makhluq tersebut ditaksir sekitar 7-12 meter.

Luar biasa buueeeeeesar bukan?

(Baca Juga : Adab Bermain Media Sosial Dalam Islam)

Namun coba baca dulu data sejarah yang pasti valide berikut ini.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا، ثُمَّ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ مِنْ الْمَلاَئِكَةِ، فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ. فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالُوا: السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَزَادُوهُ: وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ، فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الآنَ. 
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah menciptakan Adam alaihissalam dan tingginya enam puluh (60) hasta.

 Kemudian Dia berfirman: Pergilah kamu dan berilah salam kepada mereka para malaikat, maka dengarkanlah bagaimana mereka mengucapkan salam penghormatan kepadamu sebagai ucapan salammu dan juga salam penghormatan anak keturunanmu.

Maka nabi Adam alaihissalam mengucapkan salam: as-salaamu alaikum (salam sejahtera untuk kalian).

Mereka menjawab: as-salaamu alaika wa rahmatullah (salam sejahtera dan rahmat Allah untukmu)

Mereka menambahkan kalimat wa rahmatullah.

Setiap orang yang akan masuk surga sifatnya seperti Adam alaihissalam, dan manusia terus saja berkurang (tingginya) sampai sekarang. (Bukhari)

(Baca Juga : Kasih Sayang Rasulullah Kepada Umatnya)

Coba sekarang anda taksir, menurut hemat anda berapa kira kira tinggi beliau, kemudian anda pikirkan kembali hewan yang semula anda anggap luar biasa yaitu dinosaurus yang konon tingginya mencapai 10 meter.

Pelajaran manhaj dari kasus di atas:

Bila anda menilai suatu masalah dengan berbekalkan tolok ukur yang ada pada diri anda saat ini, padahal kasusnya terjadi ratusan juta tahun silam, maka hasil kajian anda bisa sesat dan tentu saja menyesatkan.

Namun coba bila anda berusaha mengadopsi atau meminjam tolok ukur yang dimiliki oleh orang orang yang hidup semasa dengan dinosaurus, niscaya anda bisa memahami dan mengerti tentang dinosaurus lebih mendekati fakta dan kebenaran.

Demikianlah kira kira manhaj salaf, salah besar bila anda berusaha memahami dalil Al Qur'an dan Al Hadits yang diturunkan sekitar 14 abad silam.

Namun bila anda menggunakan pola pikir dan metodologi para sahabat dan tabiin yang hidup pada masa diturunkan dalil dalil tersebut, bahkan banyak yang diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan mereka atau solusi bagi problema yang menimpa mereka, niscaya anda bisa mendapatkan pemahaman yang valide.

Itulah mengapa dalam urusan beragama kita harus berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits sesuai dengan pemahaman ulama' salaf, alias  salafy.

(Baca Juga : Orang Yang Dicintai Allah Menurut Al-Quran)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2264800136934480/

Syarat dan Ketentuan Berlaku

Syarat dan Ketentuan Berlaku
Syarat dan Ketentuan Berlaku
Syarat dan Ketentuan berlaku, bukan hanya di supermarket, namun juga di ....

Sekte khowarij tersesat karena mereka srampangan alias gegabah dalam menerapkan dalil dalil yang bermuatan ancaman (Al Wa'iidu), akibatnya mereka sesat, dan menyesatkan. Mereka ceroboh mengkafirkan dan mengusir pelaku dosa dari keluarga besar ummat Islam.

(Baca Juga : Rangkul Saudaramu Dalam Pelukan Sunnah)

Sekte Murji'ah kebalikan dari mereka, ceroboh dalam menerapkan dalil dalil yang bermuatan tentang kabar gembira (Al Wa'du), akibatnya mereka sesat dan menyesatkan. Mereka ceroboh membela orang orang yang sudah sepantasnya diusir dari keluarga besar ummat Islam.

Sedangkan ahlussunnah wa al jamaah selalu bersikap secara proporsional, atau moderat, kedua macam dalil di atas diterapkan secara tepat dan proporsional.

Setiap ancaman atau kabar gembira, pastilah dilengkapi dengan term of condition yang sesuai, alias ancaman demikian juga kabar gembira tersebut tidak sekonyong konyong bisa diterapkan, kecuali setelah terpenuhi berbagai persyaratan dan terlampaui seluruh penghalangnya.

Bila salah satu persyaratan atau penghalang, maka dalil dalil tersebut tidak dapat diaplikasikan, walaupun nuansa ancaman atau iming iming dan kabar gembira tetap relevan untuk disampaikan dalam rangkan memberikan peringatan atau motivasi.

(Baca Juga : 26 Ayat Tentang Sains di Al-Quran)

Sebagai contoh, pahala ibadah sholat, adalah satu kabar gembira, namun tidak semua yang sholat berhasil mendapatkannya karena ada persyaratan yang harus dipenuhi dan pantangan yang harus dihindari.

Apalah arti sholat anda bila anda sholat tanpa wudhu' atau tidak tuma'ninah?

Sebagaimana bisa jadi pelaku dosa mendapat ampunan, karena ia bertaubat secara sungguh sungguh sebelum ajal menjemputnya.

Kejelian dalam memenuhi seluruh term of condition setiap hukum seperti dicontohkan di atas, adalah salah satu karakteristik ahlussunnah wa al jama'ah.

Bila dalam menerapkan hukum agama, anda malas untuk mencermati term of conditionnya, niscaya anda salah, sebagaimana anda salah bila belanja lalu anda segera memenuhi keranjang belanjaan anda, karena termotovasi oleh tulisan BIG SALE, atau UP TO 70 %, namun anda ndak jeli mencermati * bintang kecil yang diikuti tulisan: sayarat dan ketentuan berlaku.

Semoga mencerahkan.

(Baca Juga : Inilah Lokasi Wafatnya Nabi Musa)

Tulisan Al-Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA hafidzhahullah

Sumber; https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2267147453366415/