Showing posts with label Pengetahuan Islam. Show all posts
Showing posts with label Pengetahuan Islam. Show all posts

8 Keutamaan Penghafal Al-Quran

8 Keutamaan Penghafal Al-Quran
8 Keutamaan Penghafal Al-Quran
AlQuranPedia.Org – Kita melihat saat ini banyak sekali para penghafal Al-Quran, baik itu dari negeri Arab maupun non Arab, baik itu laki-laki ataupun perempuan, baik itu anak muda, anak kecil ataupun orang dewasa, baik itu yang normal ataupun yang memiliki kekurangan. Al-Quran tidak dibatasi itu semua. Karena sesungguhnya Al-Quran itu mudah dan tidak diturunkan untuk menyusahkan kita. Mereka saja yang sudah tua bisa menghafal 30 juz Al-Quran, bahkan yang buta saja bisa fasih menghafal keseluruhan dari Al-Quran. Allahu Akbar.

Perlu diketahui bahwa menghafal Al-Quran bukanlah perkara ringan dan sepele, akan tetapi menghafal Al-Quran adalah ibadah yang mulia dan memiliki banyak keutamaan.

Bahkan, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata, yang ada di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Q.S. Al-'Ankabuut : 49)


Pada tulisan kali ini blog Al-Quran Pedia akan menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan para penghafal Al-Quran berdasarkan hadits-hadits shahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Para penghafal Al-Quran didahulukan untuk menjadi imam ketika shalat jama'ah

Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Yang paling berhak jadi imam adalah yang paling banyak hafalan Al-Quran-nya. Jika dalam hafalan Al-Quran mereka sama, maka didahulukan yang paling paham dengan sunnah… dan seseorang tidak boleh menjadi imam di wilayah orang lain. (HR. Muslim 1564 Ahmad 17526, dan yang lainnya)

Dari Ibnu 'Umar, beliau bercerita, "Ketika para muhajirin pertama tiba di Quba, sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi imam mereka shalat adalah Salim mantan budak Abu Hudzaifah. Dan beliau adalah orang paling banyak hafalan Al-Qurannya. (HR. Bukhari 660)

2. Ketika meninggal, para penghafal Al-Quran didahulukan

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bercerita, "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan dua jenazah uhud dalam satu kain kafan. Setiap hendak memakamkan, beliau tanya, “Siapa yang paling banyak hafalan qurannya?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memposisikan yang paling banyak hafalannya di posisi paling dekat dengan lahat. Lalu beliau bersabda, "Saya akan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari kiamat. (HR. Bukhari 1343 & Turmudzi 1053)

3. Para penghafal Al-Quran diutamakan untuk menjadi pemimpin jika dia mampu memegangnya

Ketika 'Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah.

Suatu ketika, 'Umar bertemu Nafi’ di daerah Asfan.

Siapa yang menggantikanmu di Mekah?” tanya 'Umar.

Ibnu Abza.” Jawab Nafi’.

Siapa Ibnu Abza?” tanya 'Umar.

“Salah satu mantan budak di Mekkah.” Jawab Nafi’.

“Mantan budak kamu jadikan sebagai pemimpin?” tanya 'Umar.

“Dia hafal Al-Quran, dan paham tentang ilmu faraid.” Jawab Nafi’.

Kemudian 'Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab ini (Al-Quran), dan Allah menghinakan kaum yang lain, juga karena Al-Quran.” (HR. Muslim 1934 dan Ahmad 237)


4. Kedudukan penghafal Al-Quran di surga sesuai dengan banyaknya ayat yang dia hafal

Dari 'Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ditawarkan kepada penghafal Al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan Al-Quran ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.” (HR. Abu Dawud 1466, Tirmidzi 3162 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

5. Para penghafal Al-Quran akan ditemani malaikat

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang membaca dan menghafal Al-Quran, dia bersama para malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al-Quran, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala." (HR. Bukhari 4937)

6. Para penghafal Al-Quran akan diberi mahkota dan pakaian kemuliaan di akhirat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Al-Quran akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz al-Quran mahkota kemuliaan. Al-Quran meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz quran, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca." (HR. Tirmidzi 3164 dan beliau mengatakan haditsnya hasan shahih)

7. Al-Quran akan memberi syafaat bagi para penghafal Al-Quran

Dari Abu UmamahAal-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Rajinlah membaca Al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat". (HR. Muslim 1910)

8. Kedua orangtua dari penghafal Al-Quran akan diberi mahkota cahaya kelak di akhirat

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang menghafal Al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al-Quran.” (HR. Al-Hakim 1/756 dan dihasankan Syaikh Al-Abani)

Di dalam riwayat lain disebutkan,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar Al-Quran.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath 6/51, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

Itulah berbagai keutamaan para penghafal Al-Quran. Semoga kita diberikan nikmat oleh Allah berupa hafalan Al-Quran yang banyak dan keluarga penghafal Al-Quran. Dan semoga kita menjadi ahli Quran, yang senantiasa bersama Al-Quran dan mengamalkan Al-Quran.



Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 28 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/9 September 2018 Masehi.

Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil

Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil
Fitnah Wanita Menghancurkan Bani Israil
AlQuranPedia.Org – Fitnah wanita adalah salah satu fitnah yang mengerikan. Fitnah wanita bisa menjadikan orang sholih menjadi futur. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang taat menjadi lupa kepada Allah. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang berbakti kepada kedua orangtua menjadi durhaka kepada orangtua. Fitnah wanita bisa menjadikan mereka yang fokus kepada akhirat menjadi fokus kepada dunia. Fitnah wanita juga bisa menjadikan mereka yang akur di dalam rumah tangga menjadi bercerai berai berantakan. Dan inilah realitanya. Tidak heran bila Allah Ta’ala meletakkan posisi wanita sebagai posisi pertama ketika menggambarkan urutan kecintaan manusia terhadap dunia.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali ‘Imran : 14)


Nabi Yusuf ‘alaihissalam saja terkena fitnah wanita, seorang wanita kerajaan kala itu menggoda Yusuf, kalau saja bukan karena rahmat dan pertolongan Allah, maka Nabi Yusuf ‘alaihissalam akan terjerumus ke dalam perbuatan keji (zina). Melalui kisah itu Allah Ta’ala mengabadikannya di dalam Al-Quran, agar jelas dan terang benderang bagi seluruh umat manusia, bahwa fitnah wanita adalah fitnah yang begitu besar dan berbahaya

Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu (wanita) adalah besar." (Q.S.Yusuf : 28)

Bahkan tipu daya wanita lebih mengerikan daripada tipu daya syaitan. Tipu daya syaitan itu sangat lemah, sementara tipu daya wanita sangatlah kuat dan mengerikan

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (Q.S. An-Nisaa’ : 76)

Karena tipu daya syaitan hanya melalui bisikan, syaitan makhluk ghaib, kasat mata, tidak kelihatan, mereka hanya bisa menggoda lewat bisikan. Tetapi kalau wanita, mereka makhluk nyata, mereka bisa menggoda dengan fisik dan paras mereka. Terlebih-lebih lagi di zaman teknologi saat ini, dengan kata-kata saja fitnah wanita bisa merajalela di mana-mana, belum lagi foto-foto dan video mereka. Na’udzubillah. Semoga Allah jauhkan kita dari fitnah wanita ini.

Fitnah wanita ini pulalah yang menghancurkan Bani Israil. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti umatnya agar berhati-hati dan menjauhi fitnah wanita ini.

Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sesungguhnya fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita” (HR. Muslim 2742)


Bani Israil adalah umat yang begitu besar, begitu luar biasa dan dipuji Allah di dalam banyak ayat.

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (Q.S. Al-Baqarah : 47)

Tetapi ketika berhadapan dengan wanita, mereka lemah dan kalah. Mereka takluk dengan fitnah wanita. Wallahi. Tidak ada fitnah yang lebih mengerikan bagi laki-laki melebihi fitnah wanita. Fitnah wanita adalah fitnah terbesar bagi laki-laki

Dari Usamah Bin Zaid radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari 5096 dan Muslim 2740)

Jadi, hendaknyalah para lelaki berhati-hati terhadap fitnah wanita, baik bagi yang belum ataupun yang sudah menikah. Sementara bagi para wanita, hendaklah mereka sadar bahwa mereka adalah fitnah terbesar bagi para lelaki. Berhati-hatilah dalam tindakan dan perbuatan. Terlebih lagi di zaman sekarang ini, foto-foto wanita dengan mudahnya tersebar di mana-mana. Mereka mengupload foto-foto wajah mereka, tubuh mereka, tanpa memperdulikan resiko dan dampaknya. Jangankan yang membuka aurat, yang menutup aurat saja bahkan yang sudah berhijab dan bercadar, mereka memamerkan foto-foto mereka. Wahai muslimah! Di mana ‘izzah kalian? Di mana kemuliaan kalian? Bukankah Allah Ta’ala telah memuliakan kalian dengan memerintahkan kalian berhijab yang berfungsi menutupi diri kalian? Tetapi kenapa kalian memamerkan foto kalian? Itu sama saja kalian berhijab bukan karena Allah, tidak ikhlas sepenuhnya karena Allah, karena hakikat hijab adalah menutupi, bukan malah memamerkan dan menampakkannya. Semoga Alah memperbaiki niat kita.

Ketika ada laki-laki yang bernafsu kepada kalian maka kalian akan memarahinya, kalian menyalahkannya, kalian mengatakan mata-mata mereka jelalatan, tidak bisa menjaga pandangan. Wahai wanita! Kalianlah fitnah terbesar bagi lelaki, bantu para lelaki untuk menjaga pandangannya. Cukuplah fitnah bagi lelaki sangatlah banyak, dan janganlah kalian tambahkan lagi beban tersebut, terlebih lagi kalianlah fitnah terbesarnya.

Penulis pernah menjumpai kasus nyata, ada sebagian lelaki yang mengincar foto-foto wanita bercadar untuk kepuasan nafsu mereka. Dan ini nyata dan dirasakan oleh seorang akhwat yang menjadi korbannya. Akhwat tersebut terkejut, dan akhirnya hanya bisa menangis dan menyesal. Bayangkan wahai para wanita! Mereka yang sudah bercadar dan berhijab saja sekarang sudah menjadi incaran, apalagi yang tidak berhijab dan bercadar. Semua bermula dari foto-foto dan wajah-wajah para wanita yang tersebar di media sosial, di instagram, facebook dan lain-lain. Karena dengan akses tersebut, para lelaki yang tidak bertanggung jawab akan memanfaatkannya untuk memuaskan nafsu mereka. Relakah kalian wanita, foto-foto kalian digunakan untuk hal yang bukan-bukan, dinikmati oleh lelaki-lelaki berhidung belang, yang bukan suami kalian? Semoga Allah menjaga kita.

Maka dari itu jagalah diri kita. Cukuplah para wanita menjadi sebaik-baik perhiasan bagi suaminya, bagi keluarganya, yaitu menjadi wanita yang sholihah, yakni wanita yang taat kepada Allah, taat kepada suaminya, dan foto-fotonya tidak mudah dijumpai di manapun. Cukuplah suami saja yang menikmati kecantikan kalian, tidak perlu lelaki lain. Kepada para suami hendaknya mereka jangan menjadi suami yang dayyuts, yaitu suami yang tidak memiliki rasa cemburu ketika istrinya bermaksiat dan menjadi tontonan lelaki lain. Jadilah suami yang melindungi istri dan menjaganya. Dan kepada mereka yang belum menikah, baik laki-laki ataupun perempuan. Jagalah pandangan kita, jangan kotori mata-mata kita dengan melihat foto-foto yang sebenarnya tidak pantas kita lihat. Cukuplah mata kita melihat hal-hal yang baik dan melihat suami/istri kita kelak.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim 1467)


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 19 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/31 Agustus 2018 Masehi

Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna

Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna
Review Buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna
AlQuranPedia.Org – Beberapa waktu yang lalu, sekitar kurang lebih satu tahun yang lalu, penulis mendapatkan hadiah buku dari salah seorang teman. Mungkin teman penulis ini tahu kalau penulis sangat suka mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan agama. Buku yang diberikan adalah sebanyak dua buah, salah satunya berjudul, “Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna Solusi Segala Masalah” karya Sri Fauziah. Buku ini berukuran 13 x 19 dengan jumlah halaman sebanyak 192 halaman. Penerbitnya Shava Pustaka.


Pada tulisan kali ini Blog Al-Quran Pedia akan mereview dan akan menjelaskan sedikit tentang buku tersebut. Sebagaimana yang ditulis di buku ini, bahwa Sri Fauziah adalah “Guru lulusan IAIN Serang Banten. Beliau aktif menjadi penulis sejak masa remaja. Kini di luar kesibukannya sebagai guru, dia pun sudah berhasil menerbitkan beberapa buku berkisar agama ringan. Harapannya adalah, dengan karya-karya islaminya ini, bisa menjadi dakwah lewat tulisan. Puteri ketiga dari tujuh bersaudara ini memberikan pengajaran bahasa Arab di tingkat Sekolah Menengah Atas. Dia pun banyak membina siswa-siswi yang suka dan ingin mendalami pengetahuan khazanah keagamaannya lewat bimbingan Rohani Siswa”. -selesai kutipan-.

Penulis tidak mengenal siapa penulisnya. Tapi tampaknya memang beliau suka menulis. Baiklah langsung saja kita bahas bukunya. PERTAMA, buku tersebut memuat amalan-amalan menggunakan asmaul husna yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan-amalan tersebut juga tidak memiliki landasan baik itu ayat Al-Quran dan hadits-hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah seperti yang disebutkan pada hal 7, “Jika seorang muslim, mengamalkan atau membaca Ya Rahmaan setelah selesai menunaikan shalat fardhu, maka insya Allah atas rahmat dan izin-Nya, segala sifat lalai serta lupa akan dihilangkan dari dirinya. Selain itu juga, bilamana Ya Rahmaan dibaca sebanyak 500 kali setelah selesai menunaikan shalat lima waktu, insya Allah, Allah akan membuat hatinya tenang dan tenteram.” Amalan ini sama sekali tidak ada landasannya dari Nabi, dan amal apa saja yang tidak ada landasan dalil dan hujjahnya, maka amal tersebut tertolak.

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim no. 1718)

Bahkan kami katakan, seluruh amalan 99 asmaul husna pada buku ini adalah bid’ah, tidak ada asalnya, tidak ada contohnya dari Nabi dan tidak ada landasan dalilnya. Kalau pun ada maka hujjahnya lemah dan tidak bisa dipakai untuk amal.

Contoh lainnya adalah sebagaimana yang disebutkan pada hal 59, “Jika seorang muslim merasa berdosa oleh karenanya ia merasa berat di dalam hatinya, dengan membaca yaa Ghafuur sebanyak 100 kali setelah shalat jum’at, penderitaannya akan hilang dan jika Allah meizinkan, Dia akan mengampuni dosa itu. Jika seseorang sering mengamalkan Asma Allah ini maka marabahaya dan duka cita akan menjauh darinya, Insya Allah. Disamping itu Allah SWT akan memberikan keberkahan pada kekayaannya dan keturunannya. Orang yang menyebutnya sebanyak tiga kali yaa Rabb Aghfirli Al-Ghafuur ketika sujud maka Allah SWT akan mengampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.


Contoh lainnya lagi adalah sebagaimana yang tertulis pada hal 118, “Jika seorang yang membaca asma Allah ini dalam keadaan mempunyai wudhu sebanyak 19 kali setelah selesai mengerjakan shalat subuh, maka semua doanya akan dikabulkan, Insya Allah. Jika seseorang yang duduk sendirian ditempat yang sunyi dengan membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali, merenung artinya mencoba merasakan kesatuan pada wujudnya, beberapa hal mengenai inti batin dapat dimanifestasikan.

Dan lain-lainnya semua amal tersebut adalah batil dan bid’ah (tidak ada contohnya).

KEDUA, di setiap selesai satu asmaul husna maka akan diberikan satu hadits sebagai penutup. Contohnya adalah seperti yang disebutkan pada hal. 58, “Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudara sesama muslim. (HR. Muslim)”. Contoh lainnya seperti yang dimuat pada hal. 139, “Dari Ummu Farah ra, ia berkata Rasulullah SAW ditanya, “amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Shalat pada awal waktunya” (HR. Abu Dawud)”. Dan lain sebagainya.

Kami tidak memungkiri bahwa hadits-hadits yang dimuat tersebut banyak memuat hadits yang diterima, baik itu hadits shahih maupun hadits hasan. Jadi kami tidak menyalahkan hadits shahih yang dibawa pada buku tersebut, namun amal-amal yang tidak ada contohnya dan tidak ada dalilnya itulah yang dipermasalahkan. Karena perbuatan tersebut adalah perbuatan bid’ah, perbuatan yang dibenci Allah dan Rasul-Nya dan dapat memadamkan cahaya sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

KETIGA, di akhir buku dituliskan berbagai macam doa seperti doa sakaratul maut, doa melihat jenazah, doa bila ditimpa bermacam-macam kesusahan, doa menengok orang sakit, doa menghadapi orang yang sakit, doa mohon dijauhkan dari sakit mata dan lain sebagainya.

Doa-doa ini juga tidak ada dalilnya baik Al-Quran dan Sunnah yang shahih. Jadi tidak boleh mengamalkan doa-doa tersebut, terlebih lagi tidak ada dalilnya dan hujjahnya. Cukuplah bagi kita doa-doa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya melalui Al-Quran dan hadits-hadits yang shahih.

KESIMPULANNYA, dari pembahasan singkat kita, maka dapat kita simpulkan buku ini sangat-sangat tidak direkomendasikan. Alasannya adalah buku ini memuat amal-amal yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak adda dalilnya baik dari Al-Quran ataupun hadits. Amal-amal tersebut batil bahkan sangat batil.

Lalu bagaimana dengan hadits-hadits shahih yang terdapat di dalam buku tersebut? Kami katakan, bahwa betul ada terdapat hadits-hadits shahih di dalamnya, akan tetapi tidak boleh kita mencampurkan yang haq dan yang batil.

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 42)

Jadi meskipun di dalamnya terdapat kebenaran, namun di dalamnya juga terdapat banyak kebatilan dan kesesatan. Daripada kita mendapatkan ilmu tapi tercampur kejelekan lebih baik kita tidak mendapatkannya sama sekali. Kita takut ilmu kita tercampur hal-hal yang tidak baik dan mengandung kesesatan. Cukuplah bagi kita karya-karya para asatidz kita dan para ulama kita yang -insya Allah- penuh dengan ilmu dan dalil-dalil yang kuat.

Kalau buku yang berkaitan dengan Asmaul Husna ada karya Fiqih Asmaul Husna karangan Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzhahullah. Pada buku tersebut kita akan mengetahui amal-amal apa saja yang sesuai dengan sunnah Rasulullah berkaitan dengan asmaul husna. Di dalam buku tersebut juga dijelaskan berbagai penyimpangan orang yang mengamalkan asmaul husna seperti yang terdapat pada buku karangan Sri Fauziah ini.


Cukup sekian pembahasan singkat kita tentang buku Kedahsyatan Dzikir Langit Asmaul Husna. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.

Lebih Buruk Ahlul Bid’ah Atau Orang Kafir?

Lebih Buruk Ahlul Bid’ah Atau Orang Kafir?
Lebih Buruk Ahlul Bid’ah Atau Orang Kafir?
AlQuranPedia.Org – Ahlul Bid’ah adalah pengekor hawa nafsu. Ahlul bid’ah suka berbuat bid’ah, bangga akan kebid’ahannya dan tidak suka jika bid’ahnya diusik. Mereka lebih mendahulukan akal, hawa nafsu, dan kepentingan dunia lainnya daripada dalil-dalil yang shahih. Mereka banyak menentang ayat Al-Quran dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara mereka bahkan tidak segan-segan menentang dan menghalang-halangi dakwah salafiyyah yang mulia ini. Maka dari itu, mereka adalah sekelompok orang yang sangat berbahaya. Sampai-sampai Imam Ahmad saja menyuruh anaknya untuk tutup kuping ketika melewati pengajian Mu’tazilah. Hal itu dikarenakan syubhat dan pengaruhnya yang luar biasa.


Bahaya ahlul bid’ah diterangkan oleh banyak ulama, sejak zaman sahabat, ulama tabi’in sampai ulama kontemporer. Hal itu tertuang di dalam kata-kata mereka. Simak penuturan beberapa perkataan ulama berikut ini.

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Hindarilah duduk bersama ahli bid’ah dan barangsiapa yang duduk bersama ahli bid’ah, maka ia tidak akan diberi hikmah. Aku suka jika di antara aku dan pelaku bid’ah ada benteng dari besi.” (Lihat al-Ibaanah (no. 470) oleh Ibnu Baththah al-‘Ukbari, Syarhus Sunnah (no. 170) oleh Imam al-Barbahari dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 1149) oleh al-Lalika-i)

Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata, “Jika engkau bertemu dengan pelaku bid’ah di jalan, maka ambillah jalan lain.” (Lihat Al-Bida’ wan Nahyu ‘anhaa (I/98-99, no. 124) oleh Ibnu Wadhdhah, tahqiq ‘Abdul Mun’im Salim, asy-Syarii’ah (I/458, no. 135) oleh al-Ajurri, al-Ibaanah (no. 390-392) oleh Ibnu Baththah al-‘Ukbari dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah no. 240)

Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Janganlah kalian duduk dengan pengikut hawa nafsu, janganlah berdebat dengan mereka dan janganlah mendengar perkataan mereka.” (HR. Ad-Darimi dalam Sunannya (I/110), Ibnu Baththah al-‘Ukbari dalam al-Ibaanah (no. 395, 458), dan lihat Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah no. 240)

Lihatlah bagaimana buruk dan mengerikannya ahlul bid’ah sampai-sampai para ulama saja sangat tegas dan keras terhadap mereka. Tak sedikit pula ulama yang mentahdzir dan menghajr (memboikot) sebagian ahlul bid’ah karena bahayanya mereka.


Akan tetapi kita dapati saat ini ada sebagian orang yang salah menempatkan permasalahan ahlul bid’ah ini. Ada orang yang membenci ahlul bid’ah dan mentahdzir ahlul bid’ah secara berlebihan, tidak lagi sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menjatuhi perkataan-perkataan yang sangat berat di sisi Allah. Sampai-sampai mereka meletakkan posisi ahlul bid’ah lebih buruk dan lebih jelek daripada orang kafir. Lantas benarkah hal ini? Benarkah ahlul bid’ah lebih buruk daripada orang kafir?

Kita jawab, betul sekali bahwa ahlul bid’ah adalah sekelompok orang yang buruk, berbahaya dan jelek. Karena mereka mempermainkan agama Allah, berbuat semena-mena terhadap agama Allah, melestarikan bid’ah yang tidak ada contohnya dari Rasul dan memadamkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi ahlul bid’ah masihlah muslim, dan siapapun dia selama dia masih muslim, bertauhid, maka dia tetaplah lebih baik dan lebih mulia daripada orang kafir. Karena tidak ada yang lebih buruk daripada orang kafir, orang kafir adalah sejelek-jelek makhluk.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Q.S. Al-Bayyinah : 6)

Sementara orang mukmin dan yang beramal sholih adala sebaik-baik makhluk

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (Q.S. Al-Bayyinah : 7)

Jadi orang kafir manapun dia, selama dia non-muslim, baik itu Yahudi, Nasrani, Majusi, Buddha, Hindu, Konghuchu, Ateis dan yang semacamnya, maka dia tetaplah seburuk-buruk makhluk. Orang Islam atau muslim tetaplah lebih baik dari mereka.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) serta orang-orang musyrik adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah. Jika mereka adalah sejelek-jelek makhluk, maka berarti dipastikan pada mereka kejelekan. Karena yang dimaksud kejelekan di sini adalah nampak pada mereka kejelekan yang tidak mungkin kita berhusnuzhon (berprasangka baik) pada mereka. Kecuali ada beberapa orang yang dipersaksikan langsung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di antara orang musyrik seperti ‘Abdullah bin Ariqoth. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyewanya untuk menunjukkan jalan ketika hijrah. Akan tetapi selain dia, yaitu mayoritas orang musyrik adalah tidak bisa kita menaruh percaya pada mereka. Karena mereka adalah sejelek-jeleknya makhluk.” (Tafsir Juz ‘Amma karya Syaikh 'Utsaimin, hal. 284)

Meskipun seorang muslim berbuat bid’ah yang paling parah, melakukan dosa yang sangat besar dan bermaksiat kepada Allah dengan maksiat yang luar biasa. Mereka tetap lebih baik di sisi Allah daripada orang kafir (non muslim) yang baik, baik itu mereka suka bersedekah, beramal, membantu kaum muslimin. Karena semua perbuatan mereka tidak berguna. Mereka melakukan perbuatan dosa yang sampai kapanpun Allah tidak pernah ampuni, yaitu syirik kepada Allah, mereka menyekutukan Allah. Amal-amal kaum kafir tidak akan diterima dan jika mereka mati dalam keadaan tidak bersyahadat, maka mereka akan masuk neraka Jahannam dan kekal di dalamnya.

Begitupula sebaliknya, kaum muslimin yang separah apapun perbuatan bid’ahnya, tetap tidak bisa kita sebut sejelek-jelek makhluk, kita tidak boleh memposisikan mereka lebih buruk daripada orang kafir. Apalagi sampai-sampai menghukumi mereka dengan neraka. Siapapun dia, selama muslim, selama bertauhid, maka tempatnya adalah di surga meskipun ada yang melalui neraka terlebih dahulu.

Jadi itulah pembahasan singkat kita mengenai kedudukan ahlul bid’ah dan orang kafir. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 19 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/31 Agustus 2018 Masehi.

Nama-Nama 8 Pintu Surga

Nama-Nama 8 Pintu Surga
Nama-Nama 8 Pintu Surga
AlQuranPedia.Org – Setiap orang mukmin pasti berkeinginan masuk surga. Karena di dalam surga diberikan segala kenikmatan yang luar biasa nikmatnya. Nikmat yang tidak ada bandingannya dibandingkan kenikmatan di dunia.

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (Q.S. Al-Hajj : 23)


Di dalam suatu hadits disebutkan,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia. Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (Q.S. As-Sajdah : 17)

Di dalam surga juga ada pintu-pintu yang berjumlah 8. Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits,

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari no. 3257)

Adapun mengenai nama-nama pintu surga tersebut dijelaskan beberapa hadits dan para ulama.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.

Sedangkan pintu kelima adalah pintu Al-Ayman. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dalam hadits tentang syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan, “Wahai Muhammad, suruhlah umatmu (yaitu) orang-orang yang tidak dihisab untuk masuk ke dalam surga melalui pintu Al-Ayman yang merupakan di antara pintu-pintu surga. Sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang.” (HR. Bukhari no. 3340, 3361, 4712 dan Muslim no. 194)

Nama pintu keenam adalah Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas (mudah menahan amarah dan memaafkan orang lain) terdapat dalam hadits dari Rawh bin ‘Ubadah, dari Asy’ats, dari Al-Hasan Al-Bashri secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.” (HR. Ahmad. Lihat Fath Al-Bari, 7: 28)


Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Al-Qadhi berkata, pintu-pintu surga lainnya disebutkan dalam hadits lain yaitu pintu taubat, pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas, Pintu Ridha. Inilah jadinya ada tujuh pintu yang ada dalam berbagai hadits. Sedangkan 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab akan masuk melalui pintu Al-Ayman. Itulah pintu kedelapan.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 106-107)

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan, “Dalam hadits disebutkan ada empat pintu surga. Di awal-awal bab jihad sudah diterangkan pula bahwa pintu surga itu ada delapan. Rukun Islam yang tersisa adalah haji, tentu ada pintu khusus untuk orang yang berhaji. Itulah pintu kelima. Adapun tiga pintu lainnya, ada di situ pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, dari Rawh bin ‘Ubadah dari Asy’ats, dari Al-Hasan Al-Bashri secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.”

Ada juga pintu Al-Ayman (pintu ketujuh), yaitu pintu orang yang bertawakkal pada Allah yang masuk dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Adapun pintu kedelapan adalah Pintu Dzikir sebagaimana yang diisyaratkan dalam riwayat Tirmidzi. Bisa jadi pula adalah Pintu Ilmu. Wallahu a’lam.” (Fath Al-Bari, 7: 28)

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan, “Dalam hadits disebutkan ada empat pintu surga. Di awal-awal bab jihad sudah diterangkan pula bahwa pintu surga itu ada delapan. Rukun Islam yang tersisa adalah haji, tentu ada pintu khusus untuk orang yang berhaji. Itulah pintu kelima. Adapun tiga pintu lainnya, ada di situ pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, dari Rawh bin ‘Ubadah dari Asy’ats, dari Al-Hasan Al-Bashri secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.”

Ibnu Hajar melanjutkan, “Ada juga pintu Al-Ayman (pintu ketujuh), yaitu pintu orang yang bertawakkal pada Allah yang masuk dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Adapun pintu kedelapan adalah Pintu Dzikir sebagaimana yang diisyaratkan dalam riwayat Tirmidzi. Bisa jadi pula adalah Pintu Ilmu. Wallahu a’lam.” (Fath Al-Bari, 7: 28)

Berdasarkan dalil-dalil hadits, maka ada 6 pintu surga yang sudah jelas namanya, yaitu:

Pintu 1 : Pintu Sholat
Pintu 2 : Pintu Jihad
Pintu 3 : Pintu Puasa (Pintu Ar-Rayyan)
Pintu 4 : Pintu Sedekah
Pintu 5 : Pintu Orang Yang Tidak Dihisab (Pintu Al-Ayman)
Pintu 6 : Pintu Orang Yang Mudah Menahan Amarah dan Memaafkan (Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas)

Adapun nama 2 pintu lainnya para ulama berselisih, setidaknya ada 5 nama lainnya.

Pintu Taubat, Pintu Haji, Pintu Dzikir, Pintu Ridha, dan Pintu Ilmu.

Wallahu a’lam. Hal terpenting adalah di dalam surga ada 8 pintu, mengenai namanya kita serahkan kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala. Dan hal yang terpenting lagi dari itu semua adalah bagaimana kita bisa masuk surga kelak.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.

Lambang Yahudi, Nasrani dan Majusi

Lambang Yahudi, Nasrani dan Majusi
Lambang Yahudi, Nasrani dan Majusi
AlQuranPedia.Org – Di dalam Al-Quran Allah Ta’ala beberapa kali menyebut Yahudi dan Nasrani, serta menyebut sekali Majusi. Orang Yahudi beragama mengikuti Taurat nabi Musa dan Talmud. Mereka menyembah YHWH (Yahweh). Orang Nasrani (sekarang) mengikuti Alkitab yang berisi Perjanjian Lama (di antara isinya Taurat dan Mazmur) dan Perjanjian Baru (di antara isinya Injil). Kaum Nasrani/Kristen menyembah Trinitas yaitu Allah tapi tiga dan tiga tapi satu (Bapa, Yesus dan Roh Kudus). Sementara kaum Majusi pendirinya adalah Zoroaster, kaum penyembah api.


Adapun beberapa penyebutan Yahudi, Nasrani dan Majusi di dalam Al-Quran adalah sebagai berikut.

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al-Baqarah : 62)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabiin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (Q.S. Al-Hajj : 17)

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Q.S. Al-Baqarah : 120)

Adapun lambang dari agama Yahudi adalah terompet. Lambang agama Nasrani/Kristen adalah lonceng. Dan lambang dari agama Majusi adalah api.

Kaum muslimin, dahulu ketika datang ke Madinah berkumpul, lalu memperkirakan waktu shalat, tanpa ada yang menyerunya. (Hingga) pada suatu hari, mereka berbincang-bincang tentang hal itu. Sebagian mereka berkata “gunakan saja lonceng seperti lonceng Nashara”. Dan sebagian menyatakan “gunakan saja terompet seperti terompet Yahudi”. Maka Umar berkata: “Tidakkah kalian mengangkat seseorang untuk menyeru shalat?” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Wahai, Bilal. Bangun dan serulah untuk shalat.” (HR. Bukhari)


Bagi orang-orang Persia (sekarang Iran) yang beragama Majusi (penyembah api), tanggal 1 Januari dijadikan hari raya mereka yang dikenal dengan sebutan Nairuz atau Nurus. Kaum Majusi meyakini bahwa pada tahun baru itulah Tuhan menciptakan cahaya sehingga memiliki kedudukan tinggi. (Kitab Nihaayatul ‘Arab, karya Imam An-Nawawi)

Jadi, dalam perayaan Nairuz tersebut, kaum Majusi menyalakan api  dan mengagungkannya. Kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka bercampur antara pria dan wanita, saling mengguyur antara mereka dengan air dan khamr (minuman keras). Mereka berteriak dan menari-nari sepanjang malam. Orang-orang yang tidak turut serta dalam perayaan Nairuz ini disiram dengan air bercampur kotoran.

Kita melihat lambang-lambang tersebut terlihat ketika ada perayaan besar mereka. Contohnya adalah Kristen/Nasrani, di dalam gereja mereka biasanya ada lonceng sebagai salah satu bentuk syi’ar ibadah mereka. Begitu pula Yahudi yang menggunakan terompet sebagai syi’ar mereka. Majusi pun begitu, simbol api sangat terlihat ketika hari besar mereka.

Jadi kalau ada kaum muslimin yang meniru-niru agama lain, seperti main terompet ataupun alat musik lainnya, maka berhati-hatilah

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Dawud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)

Adapun Islam tidak mengenal lambang-lambang seperti terompet, lonceng, ataupun benda-benda lain. Sama halnya dengan lambang bulan sabit dan bintang yang ada di masjid-masjid, itu sejatinya bukanlah dari Islam. Dan Islam tidak meniru-niru agama lain dalam hal agama dan syariat lainnya. Lambang Islam adalah ketauhidan. Sementara perwujudannya adalah melalui amal dan ketaatan.

Itulah pembahasan singkat kita mengenai lambang Yahudi, Nasrani dan Majusi. Semoga menambah ilmu dan wawasan agama kita.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 19 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/31 Agustus 2018 Masehi.

Ini Dia Suara Yang Paling Jelek

Ini Dia Suara Yang Paling Jelek
Ini Dia Suara Yang Paling Jelek
AlQuranPedia.Org – Kalau kita membaca surah Luqman maka kita akan disuguhkan kisah Luqman dan anaknya. Luqman adalah salah seorang yang shalih dan taat kepada Allah. Sampai-sampai Allah mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat di Al-Quran, yaitu surat Luqman, surat ke-31. Adapun kisah Luqman dengan anaknya berisi tentang nasehat-nasehat penting dan berharga dari Luqman terhadap anaknya tersebut.


Luqman mengawali nasehatnya dengan tauhid, pentingnya tauhid dan bahayanya syirik. Ini wajib dijadikan contoh bagi para orang-orangtua

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Q.S. Luqman : 13)

Nasehat Luqman kepada anaknya ini tercantum di dalam Surah Luqman ayat 13 sampai ayat 19. Di antara ayat tersebut diselingi ayat tentang orangtua. Adapun nasehat terakhir dari Luqman adalah tentang adab dan akhlak, yakni sederhana dalam berjalan dan melunakkan suara. Nasehat tersebut diakhiri dengan keterangan bahwa sejelek-jelek suara adalah suara keledai.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Q.S. Luqman : 19)


Jadi suara yang paling jelek di sisi Allah adalah suara keledai. Di dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan ketika mengutip pernyataan Imam Mujahid dan lainnya, bahwa sesungguhnya suara yang paling buruk/jelek adalah suara keledai, maknanya suara yang keras berlebihan itu diserupakan dengan suara keledai dalam hal keras dan nada tingginya, selain itu suara tersebut tidak disukai oleh Allah. Adanya penyerupaan dengan suara keledai ini menunjukkan bahwa hal tersebut diharamkan dan sangat dicela. Kemudian Ibnu Katsir membawakan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tiada pada kita suatu perumpamaan buruk terhadap orang yang mengambil kembali hibahnya (melaikan) seperti anjing yang muntah, lalu ia memakan lagi muntahannya.” (HR. Bukhari) - (Tafsir Al-Quran Al-‘Adzhim, 10: 58)

Kalau kita belum pernah mendengar suara keledai, kita bisa cari di internet dan di youtube. Di sana kita bisa mendengarnya dengan jelas.

Syaikh 'Abdurrahman As-Sa’di mengatakan, “Seandainya mengeraskan suara dianggap ada faedah dan manfaat, tentu tidak dinyatakan secara khusus dengan suara keledai yang sudah diketahui jelek dan menunjukkan kelakuan orang bodoh.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 648)

Mengenai suara keledai ini, disebutkan di dalam sebuah hadits bahwa siapa yang mendengar ringkikan keledai pada malam hari, hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, karena keledai tersebut telah melihat setan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersaba, “Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok di waktu malam, maka mintalah anugrah kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat. Namun apabila engkau mendengar keledai meringkik di waktu malam, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan, karena sesungguhnya ia telah melihat syaithan.” (HR. Bukhari no. 3303 dan Muslim no. 2729)

Jadi itulah bahasan singkat kita mengenai suara yang paling jelek. Semoga menambah ilmu dan wawasan kita semua.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.

Mereka Akan Dibangkitkan Seperti Orang Gila

Mereka Akan Dibangkitkan Seperti Orang Gila
Mereka Akan Dibangkitkan Seperti Orang Gila
AlQuranPedia.Org – Di antara dosa-dosa besar yang sangat besar adalah melakukan praktek riba. Riba meskipun itu sedikit, meskipun hanya 1 rupiah, tetapi dosanya sangatlah besar. Dosanya bahkan lebih besar daripada berzina.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al-Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Riba itu ada 73 pintu, dan dosa yang paling ringan itu seperti menzinahi ibu kandung sendiri.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya)

Maka jangan sekali-kali kita sepele terhadap riba ini. Bahkan di antara dosa-dosa besar yang membinasakan adalah memakan riba.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah tujuh dosa besar yang akan menjerumuskan pelakunya dalam neraka.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa-dosa tersebut?” Beliau mengatakan, “[1] Menyekutukan Allah, [2] Sihir, [3] Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, [4] Memakan harta anak yatim, [5] memakan riba, [6] melarikan diri dari medan peperangan, [7] menuduh wanita yang menjaga kehormatannya lagi (bahwa ia dituduh berzina).” (HR. Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)

Allah tidak tanggung-tanggung dengan hal tersebut. Pada hari Kiamat kelak Allah akan membangkitkan mereka para pelaku riba seperti orang gila.

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah : 275)


Lihatlah begitu hinanya para pelaku riba di sisi Allah. Di dunia mereka dihinakan, di hari Kiamat mereka dihinakan dan di neraka pun mereka akan dihinakan. Jikalau ada suatu perbuatan dosa yang disebutkan besarnya dosa tersebut, disebutkan ancaman di dalamnya dan ancaman tersebut sangatlah mengerikan, maka dapat dipastikan dosa tersebut sangatlah dosa besar. Dan riba termasuk di dalamnya.

Apakah kita mau memberi makan keluarga kita, anak kita, istri kita, dengan hasil riba? Sungguh benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini.

“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram.” (HR. Bukhari no. 2083)

Mereka sudah tidak perduli dengan harta darimana mereka dapatkan. Mereka sudah dibutakan dengan dunia dan dunia. Mereka tidak tahu bahwa adzab yang pedih sudah disediakan Allah Jalla Jalaluh.

Apakah mereka para pelaku riba pernah berfikir keberkahan dari rezekinya? Mereka mungkin berfikir kalau harta hasil riba akan cepat kaya, caranya mudah dan tidak butuh waktu lama. Mereka lupa ayat-ayat Allah dan peringatan Allah

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (Q.S. Al-Baqarah : 276)

Lebih baik sedikit tetapi berkah, daripada melimpah ruah tetapi tidak ada keberkahan sama sekali. Sesungguhnya setiap rupiah, setiap sen, dan setiap dari harta kita kelak akan ditanya. Dan itu sangat berat ikhwah sekalian. Mari kita bertaubat sebelum terlambat.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.

Ini Dia Sebenarnya Wali Allah

Ini Dia Sebenarnya Wali Allah
Ini Dia Sebenarnya Wali Allah
AlQuranPedia.Org – Kita mengetahui bahwa wali-wali Allah adalah orang-orang yang sangat mulia. Mereka memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah. Ini disebutkan dalam ayat Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah hadits berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Siapa yang memusuhi wali-Ku maka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan dan jika dia meminta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.’” (HR. Bukhari)


Namun di zaman sekarang ini banyak sekali khurafat-khurafat atau dongeng-dongeng yang coba dikembangkan oleh sebagian orang. Orang-orang tersebut mengatakan bahwa ada namanya wali majdub, wali-wali Allah, yang mana mereka bertingkah aneh dan berprilaku seperti orang gila. Mereka mengatakan bahwa wali-wali Allah tersebut ada yang sudah tidak sholat lagi, ada yang bertingkah sangat aneh dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sebenarnya itu melanggar syariat Islam. Mereka menganggap bahwa “wali Allah” tersebut sudah berbeda derajatnya, tingkatannya sudah berbeda, tindakan-tindakan aneh tersebut dianggap sebagai bentuk kewaliannya. Sebagian orang yang -diwalikan- tersebut ada yang suka corat-coret, ada yang merokok, memakan makanan aneh-aneh, berpenampilan seperti orang gila, tidak menutup aurat, katanya ada yang pernah memukul bokong wanita tanpa nafsu sehingga wanita tersebut hamil, katanya ada orang yang pernah melihat Ka’bah di ketiaknya, dan lain sebagainya.

Lantas benarkah ini? Benarkah ini disebut wali Allah? Jawabannya adalah SALAH. Allah Ta’ala sudah memberikan 2 kriteria saja siapa itu wali-wali-Nya

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (Q.S. Yunus : 62-63)

Jadi wali-wali Allah itu adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Siapa saja yang mengaku wali Allah tetapi tidak sholat lagi karena menganggap derajatnya sudah tinggi maka dia bukan wali Allah. Siapa saja yang mengaku wali Allah tetapi perbuatan-perbuatannya melanggar syariat Allah maka dia bukan wali Allah. Mereka para wali Allah adalah yang beriman dan bertaqwa, termasuklah di dalamnya mereka yang menegakkan tauhid, melakukan amal-amal sholih yang sesuai dengan tuntunan, mendakwahkan kebenaran, melestarikan sunnah, menentang syirik dan bid’ah dan yang semisalnya. Dan jaminan Allah bagi para wali-Nya tidaklah tanggung-tanggung.

Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Q.S. Yunus : 64)


Yunus bin ‘Abdil A’la Ash-Shadafi rahimahullah pernah menyatakan: “Aku pernah berkata kepada Al-Imam Asy-Syafi’i: ‘Aku mendengar Sahabat kita al-Laits bin Sa’ad menyatakan bahwa apabila kita melihat seseorang yang bisa berjalan di atas air, janganlah kita langsung menganggapnya sebagai wali Allah sebelum kita mengukur amalannya dengan Al-Quran dan As-Sunnah.’ Imam Asy-Syafi’i menanggapi: ‘Ucapannya itu kurang.’ (Lalu beliau menambahkan): ‘Bahkan jika kalian menyaksikan seseorang dapat berjalan di atas air, atau terbang di udara sekalipun, janganlah kalian menganggapnya sebagai wali, sebelum kalian mengukur amalannya dengan Al-Quran dan As-Sunnah.’” (Lihat Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 769) takhrij dan ta’liq Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin at-Turki, dan Tafsiir Ibni Katsiir (II/286-287) tahqiq Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy)

Jadi Imam Syafi’i sudah menerangkan bahwasannya siapa saja yang mengaku wali Allah, dia berjalan di atas air, terbang di udara, tetapi kalau amalannya tidak sesuai Al-Quran dan Sunnah maka dia bukanlah wali Allah. Karena seperti yang sudah disebutkan tadi bahwa wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Terlebih lagi kalau seseorang yang -diwalikan- tersebut melakukan tingkah-tingkah aneh di atas ambang kewajaran sampai-sampai melanggar syari’at Allah. Nabi saja masih sholat, Nabi saja seperti manusia biasa yang tidak bisa terbang dan tidak bisa berjalan di atas air, Nabi saja tidak pernah menyentuh yang bukan mahramnya, tidak pernah menyentuh perempuan. Lantas mereka-mereka itu apakah lebih baik daripada Nabi? Padahal para Nabi itu adalah wali-wali Allah yang sebenarnya karena mereka adalah orang-orang yang jelas keimanan dan ketaqwaannya.

Dan kita juga tidak bisa menilai seseorang itu wali atau bukan, cukuplah Allah yang menilai. Karena keimanan dan ketaqwaan seseorang hanya Allah yang tahu. Jangan hanya karena ada orang yang bersorban, memakai peci kemana-mana, memakai sarung kemana-mana, berpakaian putih bersih, berdakwah di mana-mana, lantas kita menyebutnya sebagai wali. Tidak bisa. Sebagaimana kata Imam Syafi’i bahwa kita harus menimbang amalannya dengan Al-Quran dan Sunnah, sesuai tidak dengan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jadi kalau kita mau melihat wali, maka lihatlah para nabi, Rasulullah, para sahabatnya, dan orang-orang sholih yang bersama mereka. Itulah wali Allah yang sesungguhnya. Jelas iman dan taqwa mereka. Maka dari itu kita contoh mereka, kita cintai mereka, agar kita termasuk di antara wali-wali Allah Jalla Jalaluh. Semoga kita dapat mencontoh mereka dan semoga kita dikumpulkan bersama mereka kelak di surga.

Itulah pembahasan singkat kita mengenai wali Allah. Semoga menambah ilmu dan wawasan agama kita.


Semoga bermanfaat.


Diselesaikan pada 20 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/1 September 2018 Masehi.

Syubhat Bilal bin Rabah Berbuat Bid’ah

Syubhat Bilal bin Rabah Berbuat Bid’ah
Syubhat Bilal bin Rabah Berbuat Bid’ah

AlQuranPedia.Org – Ada satu syubhat yang coba dilontarkan oleh sebagian orang bahwa, “Bilal bin Rabah itu berbuat bid’ah, dia setiap selesai wudhu’ dia selalu sholat”. Itulah kira-kira yang diucapkan sebagian orang tadi demi melegalkan bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Mereka berdalih dengan hadits berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal bin Rabah setelah menunaikan shalat Subuh, ‘Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di surga.’ Bilal radhiyallahu 'anhu menjawab, ‘Tidak ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harapanku terhadap) perbuatanku yang senantiasa melakukan shalat (sunat) yang mampu aku lakukan setiap selesai bersuci dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.’” (HR. Muslim)


Lantas bagaimana kita menjawab syubhat ini?

Pertama, kami katakan sekali lagi bahwa semua bid’ah adalah sesat. Dan ini bukan kami yang katakan, bukanlah ulama yang mengatakan, tetapi Rasul sendiri yang berkata.

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan.(HR. Muslim no. 867)

Dan hal itu diperkuat lagi dengan ucapan seorang sahabat mulia, yakni Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (Lihat Al-Banah Al-Kubro li Ibni Baththoh, 1/219, Asy-Syamilah)

Jadi meskipun ada yang menganggap ada bid’ah hasanah, maka ini batil.

Kedua, amalan sholat sunnah setelah wudhu’ bukanlah bid’ah, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan amal tersebut.

Dari Humran bekas budak ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu minta diambilkan air wudhu lalu berwudhu. Dia basuh kedua telapak tangannya tiga kali. Kemudian berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung lalu mengeluarkannya. Lalu membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya hingga ke siku tiga kali, begitupula dengan tangan kirinya. Setelah itu, ia usap kepalanya lantas membasuh kaki kanannya hingga ke mata kaki tiga kali, begitupula dengan kaki kirinya. Dia kemudian berkata, ‘Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu sebagaimana wudhuku ini, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian shalat dua raka’at dan tidak berkata-kata dalam hati dalam kedua raka’at tadi, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.’” (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya)


Ketiga, katakanlah Rasulullah tidak pernah mengerjakannya dan menganjurkannya (meskipun ini tidak tepat), akan tetapi setiap perbuatan yang mendapat persetujuan dari nabi ini sah menjadi syari’at, itulah yang kita kenal dengan sunnah taqririyah, yakni sunnah yang mendapatkan persetujuan dan pembenaran dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasul tidak melarangnya dan membolehkannya. Hal ini pun harus kita rincikan maksud dari nabi tersebut.

Pertama: Sholat sunnah wudhu itu memang ada perintah dari Nabi sehingga Bilal mengerjakannya rutin kemudian mendapatkan keutamaan suara terompahnya di surga

Kedua: Hal tersebut tidak ada dalil sebelumnya namun menjadi hujjah karena taqririyah dari nabi. Dikarenakan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengomentari amal Bilal dan tidak melarangnya. Pembiaran dari nabi, diamnya nabi, sudah menjadi ma’ruf di kalangan ulama bahwa itu menunjukkan bolehnya sesuatu hal tersebut.

Keempat, Karena hal itu adalah sunnah taqririyah, diizinkan oleh nabi, maka ini bisa diamalkan. Terlebih lagi memang sholat sunnah wudhu’ ini betul-betul ada dalilnya sebagaimana hadits ‘Utsman mempraktekkan wudhu nabi. Lantas kalau sunnah taqririyah dijadikan dalih adanya bid’ah hasanah, maka siapa yang menjamin kita? Kalau Bilal bin Rabah jelas yang menjamin amal tersebut adalah Rasulullah. Nah kalau kita? Siapa yang menjamin amal bid’ah kita itu boleh dan diterima? Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Maka dari itu jelaslah bahwa perbuatan Bilal ini tidak bisa dijadikan hujjah untuk bolehnya bid’ah hasanah. Cukuplah pesan Ibnu Mas’ud berikut ini sebagai renungan bagi kita.

“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), janganlah membuat bid’ah. Karena (ajaran Nabi) itu sudah cukup bagi kalian. Semua amalan yang tanpa tuntunan Nabi (bid’ah) adalah sesat .” (HR. Thobroni dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 8770. Al-Haitsami mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shahih)

Semoga tulisan ini menambah wawasan, ilmu dan pengetahuan kita. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya selalu kepada kita semua.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 4 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/15 Agustus 2018 Masehi.

Ternyata Ini Sebab Manusia Pelupa

Ternyata Ini Sebab Manusia Pelupa
Ternyata Ini Sebab Manusia Pelupa

AlQuranPedia.Org – Umat manusia memiliki daya yang berbeda, ada yang kuat, ada yang lemah, ada yang kadang-kadang kuat kadang-kadang lemah. Tetapi bisa dikatakan seluruh manusia pasti pernah lupa, baik itu perkara kecil maupun perkara besar. Nah tahukah Anda kenapa manusia menjadi pelupa? Itu ada disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengisahkan nabi Adam ‘alaihissalam yang memberikan umurnya kepada nabi Dawud ‘alaihissalam. Berikut kisahnya:


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Setelah Allah menciptakan Adam, Dia mengusap punggung Adam, maka bertaburanlah semua ruh yang Allah ciptakan sampai hari kiamat. Kemudian Dia letakkan di antara kedua mata masing-masing mereka itu seberkas cahaya, lalu Dia tunjukkan kepada Adam.

Adam pun bertanya, “Duhai Rabbku, siapakah mereka ini?”

Kata Allah, “Mereka ini adalah anak cucumu.”

Lalu dia melihat salah seorang dari mereka yang cahaya orang itu menakjubkannya, katanya, “Duhai Rabbku, siapakah dia ini?”

Kata Allah, “Dia salah seorang anak cucumu di kalangan umat belakangan, namanya Dawud.”

“Duhai Rabbku, berapakah panjang umurnya?”

“Enam puluh tahun.”

“Tambahkanlah untuk dia dari umurku sebanyak empat puluh tahun.”

“Kalau begitu, akan ditulis dan ditetapkan serta tidak akan diubah lagi.”

Ketika habis usia Adam, datanglah Malaikat Maut. Beliau pun berkata, “Bukankah masih tersisa usiaku ini empat puluh tahun?”

“Bukankah telah engkau berikan untuk putramu Dawud?” jawab Malaikat Maut.

Adam mengingkari, anak cucunya juga demikian. Adam lupa, maka lupa pula anak cucunya. Adam bersalah, maka anak cucunya juga bersalah." (HR. Tirmidzi dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5208)

Jadi umat manusia banyak pelupa dikarenakan nabi Adam 'alaihissalam dulu lupa. Beliau lupa telah memberikan umurnya kepada nabi Dawud 'alaihissalam.


Adapun sifat lupa itu datangnya dari syetan

Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." (Q.S. Al-Kahf : 63)

Lantas bagaimana solusinya kalau kita lupa? Allah sudah menjawabnya pada surah yang sama.

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini." (Q.S. Al-Kahf : 23-24)

Ternyata solusi ketika kita lupa adalah mengingat Allah, dzikrullah, ini adalah obatnya.

Adapun di antara cara untuk mengurangi sifat pelupa kita adalah dengan menghindari maksiat dan memperbanyak beramal sholih.

Imam Syafi’i mengatakan di dalam baitnya yang terkenal:
Aku mengadukan kepada Waki’ (guru beliau) tentang jeleknya hafalanku
Maka beliau membimbingku untuk meninggalkan perbuatan maksiat
Dan berkata, ‘Ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat’

Hal itu juga mampu mendorong kita agar hafalan kita kuat dan terjaga sehingga meminimalisir kelupaan.

Itulah pembahasan singkat kita mengenai sebab manusia menjadi pelupa. Semoga tulisan ini menambah ilmu dan wawasan agama kita.


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 3 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/15 Agustus 2018 Masehi.