Ilmu Itu Rasa Takut

Ilmu Itu Rasa Takut
Ilmu Itu Rasa Takut

🍂 ILMU = RASA TAKUT 🍂
➖➖➖➖➖➖➖➖ ➖
Ilmu yang benar adalah yang menghadirkan rasa takut kepada Allah ﷻ,sehingga seseorang semakin bertambah ilmunya seharusnya mengantarkan dirinya semakin takut kepada Allah ﷻ, yang dengannya ia senantiasa beramal sholih dan berpaling dari segala bentuk kemaksiatan.....

Allah ﷻ berfirman :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”
 📖(QS. Fathir: 28).

(Baca Juga : Sahabat Nabi dan Para Ulama dari Yaman)

📜 Ibnu Katsir rahimahullah berkata ; “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.”
📚 (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).

Diantara ulama ada yang berkata ;

من كان بالله اعرف كان لله اخوف

“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah.”

Semakin seseorang berilmu, semakin ia memiliki rasa takut pada Allah. Rasa takut inilah yang membentengi seseorang dari maksiat. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu dalam mengenal Rabbnya.

📜 Berkata Asy Sya’bi rahimahullah ;

إنَّمَا الْعَالِمُ مَنْ يَخْشَى اللَّهَ

“Orang yang berilmu, itulah yang punya rasa takut pada Allah”.

📜 Ibnu Mas’ud pernah berkata ;

كَفَى بِخَشْيَةِ اللَّهِ عِلْمًا وَكَفَى بِالِاغْتِرَارِ بِاَللَّهِ جَهْلًا

“Cukup rasa takut pada Allah disebut ilmu dan cukup orang yang terbuai dengan karunia Allah disebut bodoh.”
📚 (Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 3: 333)

(Baca Juga : Semoga Kita Berjumpa di Telaga)

📜Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata ;

وَإِذَا كَانَ أَهْلُ الْخَشْيَةِ هُمْ الْعُلَمَاءُ الْمَمْدُوحُونَ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ لَمْ يَكُونُوا مُسْتَحِقِّينَ لِلذَّمِّ وَذَلِكَ لَا يَكُونُ إلَّا مَعَ فِعْلِ الْوَاجِبَاتِ

“Jika orang yang takut pada Allah adalah para ulama, lalu mereka inilah yang terpuji dalam Al Qur’an dan mereka pun tidak dicela, maka merekalah yang biasa menjalankan kewajiban.”
📚 (Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 21)

Semoga Allah ﷻ senantiasa meng'anugrahkan kepada kita sekalian ilmu yang bermanfaat.

📝 Akhukum fillah
Fajrin Abu Yahya وفقه الله
•┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈•

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2176479036014496&id=100009572618445

Bahaya Syirik dan Keutamaan Tauhid

Bahaya Syirik dan Keutamaan Tauhid
Bahaya Syirik dan Keutamaan Tauhid

🚫⚠️Bahaya Syirik Dan Keutamaan Tauhid☝️

Saudaraku Rahimaniyiallohu wa iyyakum...
Mengawali tulisan ini saya mengingatkan agar kiranya setiap kita hendaknya beriman dan senantiasa bertakwa kepada Allah di mana saja kita berada. Dan janganlah kita mati melainkan dalam keadaan ber_Islam.

Sebagaimana Firman Allah ﷻ :

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Demikian pula sebagaimana wasiat Nabi ﷺ yg diriwayatkan oleh Abu Dzar:
اتّق اللَّه حَيْثُماَكُنْتَ
Bertaqwalah kalian kpd Allah dimanapun kalian berada.
📚(HR.Tirmidzi)

(Baca Juga : Meluruskan Pemahaman)

Dan telah banyak penjelasan yang menerangkan tentang makna taqwa.
Di antaranya adalah pernyataan Thalq bin Habib رحمه الله :

إِذَا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ فَأَطْفِئُوهَا بِالْتَّقْوَى. قَالُوْا: وَما الْتَّقْوَى؟ قَالَ: أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَاللهِ تَرْجُو ثَوَابَ اللهِ وَأنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ.

“Apabila terjadi fitnah, maka padamkanlah dengan taqwa”. Mereka bertanya:
 “Apakah taqwa itu?” Beliau menjawab: “Hendak-nya engkau melaksanakan keta’atan kepada Allah, di atas cahaya Allah, (dengan) mengharap keridhaan-Nya; dan hendaknya engkau meninggalkan kemaksiatan terhadap Allah, di atas cahaya Allah, (karena) takut kepada siksaNya.

Dan Ketaatan terbesar yang wajib kita laksanakan adalah Mentauhidkan Allahﷻ, dan kemaksiatan terbesar yang mesti kita hindari adalah melakukan kesyirikan.

Tauhid adalah tujuan diciptakannya makhluk, tujuan diutusnya seluruh para rasul, tujuan diturunkannya kitab-kitab samawi, sekaligus juga merupakan pijakan pertama yang harus dilewati oleh orang yang berjalan menuju Rabbnya.

Allah ﷻ berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah (hanya) kepadaKu.”
📖(Adz-Dzaariyaat: 56)

Dan Allah ﷻ juga berfirman :

وَلَـقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ ۚ

"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut.
📖(QS. An-Nahl 16: Ayat 36)

Juga firmanNya:

وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْۤ اِلَيْهِ اَنَّهٗ  لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنَاۡ فَاعْبُدُوْنِ
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku maka sembahlah Aku."
📖(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 25)

Allah ﷻ juga berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Ketahuilah, bahwasanya tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagimu dan bagi kaum Mukminin (laki-laki dan wanita).”
📖(QS Muhammad ayat 19)

Saudaraku sekalian rahimakumullah...
Telah kita pahami bahwa kedudukan tauhid begitu tinggi dan pentingnya di dalam agama ini, maka pantaslah jika keutamaannya juga demikian besar.

Sebagaimana apa yang dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya :

 مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ النَّارَ.

 “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah (niscaya) Allah mengharamkan Neraka atasnya (untuk menjilatnya).”
📚 (HR. Muslim No. 29)

(Baca Juga : Pembelaan Untuk Syaikhul Islam)

Hadits lain, dari Utsman bin Affan Radhiallaahu anhu , bahwasanya Rasulullah ﷺ  bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلاَّ الله دَخَلَ الْجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang meninggal dunia, sedangkan dia menge-tahui bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Dia (Allah) niscaya akan masuk Jannah.”
(HR. Muslim No. 25)

Demikian juga sabdan Rasulullah ﷺ yg lainnya, yg kami ambil sebagiannya saja:

وَمَنْ لَقِيَنِيْ بِقُرِابِ الأَرْضِ خَطَايًا لاَ يُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لَقَيْتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً.

“Dan barangsiapa yang menemuiKu dengan (membawa) dosa sepenuh bumi sekalipun, namun dia tidak menye-kutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan menemuinya dengan membawa ampunan yang semisal itu.”
📚 (HR. Muslim No. 2687)

Demikian sebaliknya, yaitu syirik(lawan dari tauhid) juga memiliki banyak bahaya yang sangat mengerikan, dimana sudah seharusnya setiap kita benar-benar merasa takut terhadapnya, senantiasa berdoa dan mempelajarinya, agar terhindar dari kesyirikan tersebut.
Diantara bahaya syirik itu adalah sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Jabir, bliau berkata:

 جَاء أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْمُوْجِبَتَانِ ؟ فَقَالَ: مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ.

“Seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah ﷺ  , lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang pasti itu?” Beliau menjawab:
“Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, niscaya dia akan masuk Jannah. Dan barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan masuk Neraka”.
 📚(HR. Muslim)

Dan Allah ﷻ mengancam pelaku kesyirkan dengan Firman_Nya:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰ لِكَ لِمَنْ يَّشَآءُ  ۚ  وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَـرٰۤى اِثْمًا عَظِيْمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki”.
📖 (An-Nisa: ayat 48 dan ayat 116)

Allah ﷻ juga berfirman:

  وَلَوْ اَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Dan seandainya mereka berbuat syirik, pastilah gugur amal perbuatan yang telah mereka kerjakan.”
📖(Al-An’am: 88).

(Baca Juga : Sampaikan Salamku Kepada Ahlussunnah)

Maka sungguh merupakan musibah jika seseorang jahil (bodoh) terhadap perkara tauhid dan perkara syirik, dan musibah lebih besar dari itu adalah, jika seseorang telah mengetahui perkara syirik namun dia tetap melakukannya.
Dengan inilah hendaklah kita terpacu untuk menambah/menuntut ilmu sehingga kita bisa menjadi Ahluttauhid(orang orang yg melaksanakan tauhid)dan menjauhi segala bentuk kesyirikan dan Pelakunya.
Tentunya semua hal tersebut dapat kita raih dengan pertolongan,taufik dan hidayah dari Allah ﷻ...

Semoga bermanfaat,

وَ نَسْأَلُ الله أَنْ يَرْزُقَنَا عِلْمًانَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىآلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Jum'at 9 Jumadil ula 1439 H
             26 januari 2018 M
___________________________
📝Fajrin Abu Yahya حفظه الله
(Pembina & Pengajar Rumah Qur'an As-Sunnah)
🌐https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/1991277107606965/posts/2089549054446436/

Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu

Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu
Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu

⛔❌ JANGAN SIA-SIAKAN MASA MUDAMU
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Ikhwanifillah rahimakumulloh,..
Umur merupakan kumpulan dari waktu-waktu yang dilalui oleh seorang manusia. Sedangkan masa muda merupakan salah satu fase yang akan dilalui oleh setiap kita. Masa muda merupakan masa keemasan yang dimiliki oleh seseorang, karena saat itulah pertumbuhan fisiknya telah sempurna dan ia mempunyai kesempatan serta kekuatan yang besar. Hal ini merupakan salah satu nikmat dari Allah ﷻ yang patut untuk kita syukuri karena tidak semua orang memperoleh kenikmatan ini. Pertanyaannya,sudahkah kita mensyukuri masa muda yang Allah berikan kepada kita ini?...

*Hidup di Dunia Hanyalah Sementara*

Ikhwani fiddin rahimaniyyallohuwa iyyakum,...
Seorang pemuda yang sadar bahwa suatu saat ia akan meninggalkan masa muda dan kehidupan dunianya, pasti akan senantiasa berfikir untuk masa depannya kelak di akhirat. Dia tentunya tidak akan menyia-nyiakan masa mudanya tersebut hanya untuk berfoya-foya tanpa melakukan amal perbuatan yang bermanfaat bagi akhiratnya. Dia juga akan senantiasa memanfaatkan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah dan mengisi hari-harinya dengan perbuatan yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.

(Baca Juga : Benarkah Allah Mempunyai Kaki?)

Dan bukankah tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ?
Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan kita bukan tanpa adanya tujuan. Bukan pula memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia yaitu beribadah kepada _Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
📖(Adz Dzariyat: 56)

Maka Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.

Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya. Yaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ala dan hendaknya ibadah itu berkesesuaian dengan apa yg dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam

Jangan beribadah karena terpaksa, atau karena gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah orang-orang shalih atau bentuk pujian dan sanjungan orang lain,jangan pula beribadah tanpa ada contoh dari nabi shallallohu alaihi wassalam.

Umurmu Tidak Akan Lama Lagi Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi teman mereka di An Nar (neraka). Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala, berapa lama lagi kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
📖(Luqman: 34)

Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan menyesakkan.
Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya).”
📚(Muttafaqun ‘Alaihi)

Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wata’ala. Sudah siapkah kalian dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti. Sudah cukupkah amal yang kalian lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan. Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ala:
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُه() فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ() وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ() فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ() وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ() نَارٌ حَامِيَةٌ()
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.”
📖 (Al Qari’ah: 6-11)

Ikhwanifillah rahimaniyyallohu wa iyyakum
Bersegeralah dalam Beramal Wahai , bersegeralah untuk beramal kebajikan,...

Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam senantiasa menasihatkan kepada para pemuda untuk benar-benar memanfaatkan hidupnya di dunia ini untuk memperbanyak bekal akhiratnya. Karena sejatinya, seorang yang hidup di dunia ini adalah ibarat seorang pengembara yang beristirahat di suatu tempat dan suatu saat akan meninggalkannya. Dahulu ketika Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma masih remaja(dalam atsar disebutkan bliau saat itu berumur 12 Th) , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah menasihatinya dengan sabdanya:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Jadilah engkau di dunia ini sebagai orang yang asing atau seorang pengembara”.
📚 (HR. Bukhari no. 6416)

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

”Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku hidup di dunia ini melainkan seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu pengembara tersebut pergi meninggalkannya.”
📚 (HR. at-Tirmidzi no. 2377)

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu juga memberi petuah kepada kita,

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ

“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.”
📚(HR. Bukhari secara mu’allaq-)

Ikhwanifillah rahimaniyyallohu wa iyyakum,..
Manfaatkanlah Waktu Muda kita , Sebelum Datang Waktu Tua

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :

[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
📚(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, maksudnya: “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.” Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, maksudnya: “Beramallah di waktu sehat, sebelum datang waktu yang menghalangi untuk beramal seperti di waktu sakit.” Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, maksudnya: “Manfaatklah kesempatan (waktu luangmu) di dunia ini sebelum datang waktu sibukmu di akhirat nanti. Dan awal kehidupan akhirat adalah di alam kubur.” Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, maksudnya: ”Bersedekahlah dengan kelebihan hartamu sebelum datang bencana yang dapat merusak harta tersebut, sehingga akhirnya engkau menjadi fakir di dunia maupun akhirat.” Hidupmu sebelum datang kematianmu, maksudnya: “Lakukanlah sesuatu yang manfaat untuk kehidupan sesudah matimu, karena siapa pun yang mati, maka akan terputus amalannya.”

Al Munawi mengatakan,

فَهِذِهِ الخَمْسَةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلاَّ بَعْدَ زَوَالِهَا

“Lima hal ini (waktu muda, masa sehat masa luang, masa kaya dan waktu ketika hidup) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut hilang.”
📚(At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 1/356)

Benarlah kata Al Munawi. Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat sehat, ketika dia merasakan sakit. Dia baru ingat diberi kekayaan, setelah jatuh miskin. Dan dia baru ingat memiliki waktu semangat untuk beramal di masa muda, setelah dia nanti berada di usia senja yang sulit beramal. Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati masa tersebut dengan sia-sia.

(Baca Juga : 4 Ayat Al-Quran Tentang Asmaul Husna)

Siapa saja yang Beramal Di Waktu Muda Akan Bermanfaat Untuk Waktu Tuanya.

Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi yaitu [1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun –tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam-, [2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, [3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
📖 (QS. At Tiin [95] : 4-6)

An Nakho’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda.

Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah (yang artinya), “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.”
📚 (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)

Begitu juga kita dapat melihat penjelasan dalam masalah ini di surat Ar Ruum ayat 54.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
📚(QS. Ar Ruum: 54)

Ibnu Katsir mengatakan, “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala menceritakan mengenai fase kehidupan, tahap demi tahap. Awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke fase nutfah, beralih ke fase ‘alaqoh (segumpal darah), lalu ke fase mudh-goh (segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang yang dibalut daging. Setelah itu ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil dan tidak begitu kuat. Kemudian si mungil tadi berkembang perlahan-lahan hingga menjadi seorang bocah kecil. Lalu berkembang lagi menjadi seorang pemuda, remaja. Inilah fase kekuatan setelah sebelumnya berada dalam keadaan lemah. Lalu setelah itu, dia menginjak fase dewasa (usia 30-50 tahun). Setelah itu dia akan melewati fase usia senja, dalam keadaan penuh uban. Inilah fase lemah setelah sebelumnya berada pada fase kuat. Pada fase inilah berkurangnya semangat dan kekuatan. Juga pada fase ini berkurang sifat lahiriyah maupun batin. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban”.”
📚 (Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada surat Ar Ruum ayat 54)

Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal.
Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.

Ingatlah wahai para pemuda,..rahimakumulloh...
Bahwa Allah Senantiasa Mengawasi Setiap Perbuatan kita

Seseorang yang mempunyai keimanan terhadap kehidupan akhirat tentunya akan benar-benar memanfaatkan umur dan masa muda yang diberikan oleh Allah kepadanya dengan sebaik mungkin. Dia akan mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Disaat dia lalai dan berbuat salah kepada Allah, ia pun akan segera bertaubat kepadaNya. Karena dia tidak mau mengahadap Allah Ta’ala dengan membawa dosa yang justru akan mendatangkan murka Allah Ta’ala.

Berbeda dengan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat dan cenderung tidak merasa takut terhadap balasan Allah Ta’ala. Maka mereka pun akan menghabiskan masa mudanya di dunia ini dengan bermaksiat kepada Allah dan melakukan hal-hal yang disukainya saja tanpa memperhatikan apakah hal itu dilarang oleh Allah atau tidak. Mereka seakan-akan tidak merasa takut dengan apa yang dilakukannya. Padahal mereka tidak akan pernah lepas dari pengawasan Allah Ta’ala walaupun sedetik saja. Dan akan selalu ada malaikat di sampingnya yang akan mencatat segala apa yang ia lakukan dan apa yang ia ucapkan. Allah Ta’ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
📖(QS. Qaaf [50]: 18)

Dan ingatlah,.
Masa Muda Seseorang, Akan Ditanyakan di Hari Kiamat, maka persiapkanlah jawaban yang kelak bisa menyelamatkan kita dari azab Allah ﷻ

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalambersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya.”
📚(HR. ath-Thirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 hadits no. 9772 dan hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Ashahihah no. 946)

Umur adalah masa umum
Dan masa muda adalah masa yang khusus yang kelak akan ditanya, dihabiskan dan digunakan untuk apa?

Bahkan pendengaran, penglihatan dan apa-apa yang tersimpan di dalam hatinya pun akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di hari kiamat . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.”
📖(QS. al-Isra [17]: 36)

Setelah mengetahui bahwa segala macam perbuatan yang kita lakukan itu akan dimintai pertanggungjawabannya, maka sudah selayaknya kita harus lebih berhati-hati dalam setiap tindak tanduk kita. Dan berusahalah untuk senantiasa menghindari keburukan-keburukan yang bisa saja kita lakukan dengan anggota badan maupun dengan pendengaran, penglihatan dan hati kita.

Wahai saudaraku para pemuda rahimakumulloh,...
Jadilah Pemuda yang Dicintai Oleh Allah

Dan menjadi seorang pemuda yang dicintai oleh Allah hendaknya menjadi impian setiap insan yang beriman.
Karena jika Allah telah mencintai seorang hamba, maka keberkahan dan kebaikanlah yang kan ia dapatkan.

Dan di akhirat kelak, ia akan mendapatkan perlindungan dan naungan dari-Nya, dimana pada hari itu tidak akan ada naungan (sama sekali) kecuali naungan dari-Nya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ…… وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah, di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (diantaranya adalah): …….Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.”
📚 (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”
📚(HR Ahmad 2/263, dishahihkan leh syaikh Al-Albani dalam “ash-Shahiihah” no. 2843)

Maksud “shabwah” adalah pemuda yang tidak mengikuti hawa nafsunya, dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

Hendaknya para pemuda mengisi waktu mereka dengan kegiatan positif atau mencari-cari kegiatan positif. Misalnya menghadiri majelis ilmu, menghapalkan Al-Quran dan sunnah, membuat kegiatan sosial dan lain-lainya. Tidak lupa juga segera mencari teman yang baik, teman bergaul yang baik dalam melaksanakan kegiatan tesebut agar bisa saling menopang dan saling menasehati. Pemuda masih sangat labil serta mudah terpengaruh dan terhasut oleh lingkungan dan pertemanan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل

“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya”
📚(HR Abu Dawud no. 4833,dihasankan oleh syaikh Al-Albani)

Jika kita lihat pemuda di zaman sekarang, banyak banyak hal-hal aneh yang mereka lakukan. Misalnya saja sekelompok anak “punk”, memakai “tepong” cincin di hidung, lidah dan pusar, mewarnai rambut dan mengolah rambut dengan bentuk yang sangat aneh. Melakukan aksi kebut-kebutan di jalan dengan berbonceng empat, atau melakukan berbagai kegiatan aneh lainnya yang intinya adalah mencari perhatian dan mengisi waktu mereka sebagai dorongan hasrat jiwa muda mereka.

Salah satu penyebab kerusakan pemuda adalah kekosongan waktu alias tidak ada kegiatan yang bernilai positif. Jika tidak diisi dengan kegiatan positif, maka akan diisi dengan kegiatan negatif.

Ketika pemuda mengalami kekosongan waktu (kosong dari kegiatan positif), maka mereka mulai mulai mencari-cari kegiatan atau mengisinya dengan kegiatan yang paling minimal sia-sia dan kurang bermanfaat seperti nongkrong-nongkrong tidak jelas. Belum lagi ada yang merasa kurang perhatian baik dari keluarga dan temannya, maka ia akan melakukan hal-hal yang aneh, ajaib bahkan vulgar agar tetap eksis. Misalnya balap-balapan di jalan raya, membuat kerusuhan di sekolah bersama gengnya bahkan membuat video tidak layak dengan geng atau pasangan tidak halalnya.

(Baca Juga : Jangan Pernah Mencabut Uban)

Sungguh benar adanya, apa yang telah dikatakan oleh al imam
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah ,

وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ

“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”
📚(Al Jawabul Kaafi hal 156)

Inilah kaidah kehidupan, bahwa jika kita tidak mengisi kehidupan kita dengan kegiatan positif, kita tidak mencari kegiatan positif, maka pasti kita isi dengan kegiatan yang negatif atau minimal sia-sia dan kurang bermanfaat. Apalagi bagi seorang pemuda yang jiwanya masih bergelora.

Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan kepada kita sekalian taufiq dan hidayah-Nya untuk beramal sholih dan menetapkan kita sekalian kepada perkara yang dicintai dan diridhoi_Nya serta menjaga kita dari ragam fitnah baik di dunia maupun di akhirat kelak...

📝Penulis :
Al faqir ila maghfirati rabbih
Fajrin Abu Yahya  حفظه الله تعالى
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Rumah Qur'an As-Sunnah Pinrang
Jum'at sore, 3 Syawal 1440 H / 7 Juni 2019 M.
Materi Tabligh akbar "Kemuliaan Pemuda Hijrah Dalam Islam"

https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www..facebook.com/story.php?story_fbid=2298883163513023&id=1991277107606965

Banyak Berdoa di Masa Fitnah

Banyak Berdoa di Masa Fitnah
Banyak Berdoa di Masa Fitnah

✅🤲 *ANJURAN BANYAK BERDO'A DI MASA FITNAH DAN DI SAAT MEREBAKNYA PERSELISIHAN*

Saudaraku Rahimaniyiallohu wa iyyakum,...
Sesungguhnya diantara rambu-rambu terbesar (yang harus diperhatikan) di masa fitnah, hendaknya pertamakali yang dilakukan oleh seorang hamba adalah:

☑ BERDO'A kepada Robb-Nya dan selalu menghiba kepada-Nya,
☑ memohon petunjuk dalam menghadapi situasi yang membingungkannya,
☑ dan menempuh jalan orang-orang yang dibimbing oleh kebenaran.

(Baca Juga : Benarkah Salafi-Wahabi Sesat?)

Adalah Nabi ﷺ dalam keadaan beliau telah mencapai kedudukan yang mulia dan martabat yang tinggi, beliau masih memohon dengan sangat kepada Robb-nya agar menunjukkan kebenaran yang sedang diperselisihkan.

📜 Dari 'Aisyah رضي الله عنها , sesungguhnya Rasulullah ﷺ ketika sholat malam, beliau membuka sholatnya dengan (do'a iftitah)

" اللَّهُمَّ
رَبَّ جَبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ
فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ،
عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ
فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ،
اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ
بِإِذْنِكَ ؛
إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ
إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ".

"Ya Alloh, Tuhannya Jibril, Mikail dan Isrofil, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui perkara yang tersembunyi dan yang nampak.

Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-hamba-Mu perkara yang mereka perselisihkan.
Tunjukkanlah al-haq kepadaku dalam perkara yang diperselisihkan, dengan seizin-Mu.

Sesungguhnya Engkaulah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus kepada siapa saja yang Engkau kehendaki."
📚 HR. Muslim, nomor: 770

(Baca Juga : 22 Hadits Tentang Adzan)

*BERSEGERA BERAMAL SHALIH BENTENG UTAMA DARI FITNAH YANG MELANDA*

📜 Rasulullah ﷺ bersabda:

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا .

"Bergegaslah kalian untuk beramal shalih, akan bermunculan berbagai fitnah yang seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Di pagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan di sore harinya dalam keadaan kafir. Di sore hari dalam keadaan beriman dan keesokan harinya dalam keadaan kafir. Dia menjual agamanya dengan sesuatu yang sedikit dari dunia ini."
📚 (HR. Muslim no. 118)

Semoga Allah ﷻ menuntun kita ke jalan yang lurus dan menjauhkan kita sekalian dari segala bentuk keburukan dan fitnah.

(Baca Juga : Benarkah Allah Mempunyai Tangan?)

📝 Akhukum fillah
Fajrin Abu Yahya وفقه الله
➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2212966949032371&id=100009572618445

Wajibnya Mengenal Aqidah Islam

Wajibnya Mengenal Aqidah Islam
Wajibnya Mengenal Aqidah Islam
✅☝️ *WAJIBNYA MENGENAL AQIDAH ISLAM*

📜 Berkata asy-Syaikh Shalih al-Fauzan حفظه الله تعالى :

اعلموا وفقني الله وإياكم أنه يجب على كل مسلم أن يتعلم العقيدة الإسلامية؛ ليعرف معناها وما تقوم عليه، ثم يعرف ما يضادها ويبطلها أو ينقصها من الشرك الأكبر والأصغر

"Ketahuilah semoga Allah memberikan taufiq kepadaku dan kalian bahwasannya wajib atas setiap muslim untuk mempelajari aqidah Islam, agar dia mengerti makna dan prinsip-prinsipnya yang aqidah ini tegak diatasnya, kemudian mengenal apa saja yang berlawanan dengannya dan yang dapat membatalkannya atau mengurangi (kesempurnaannya) yaitu berupa kesyirikan yang besar ataupun yang kecilnya.

(Baca Juga : Ternyata Ini Sebab Manusia Pelupa)

Allah ta'ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِك

"Maka ketahuilah, bahwasannya tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu."
📖 (QS. Muhammad: 19)

📜 Berkata al-Imam al-Bukhari  رحمه الله :

 باب العلم قبل القول والعمل

"Bab berilmu sebelum berucap dan beramal."

ومن هنا اتجهت همم أهل العلم إلى تعلم أحكام العقيدة وتعليمها، واعتبروا ذلك من أوليات العلوم، وألفوا فيها مؤلفات خاصة.

Maka dari sinilah perhatian para ulama terfokus untuk mempelajari hukum-hukum (ilmu-ilmu) tentang aqidah dan mengajarkannya, dan mereka menilai (menjadikan) ilmu aqidah ini sebagai ilmu-ilmu yang mendasar dan prioritas, dan mereka telah menulis karya-karya khusus (yang membahas) tentangnya.

(لا إله إلا الله)، ليست مجرد كلمة تقال باللسان، بل لها مدلول ومعنى ومقتضى، تجب معرفتها كلها، والعمل بها ظاهراً وباطناً، ولها مناقشات ومنقصات، ولا يتضح ذلك إلا بالتعلم.

Kalimat "Laa Ilaaha Illallah" bukan hanya diucapkan di lisan semata, namun kalimat ini mempunyai kandungan, makna dan konsekuensi yang wajib untuk diketahui seluruhnya dan diamalkan baik secara lahir maupun bathin. Dan kalimat ini (juga) mempunyai pembatal-pembatalnya dan hal-hal yang akan menguranginya dan hal itu tidak akan jelas kecuali dengan mempelajarinya."

📚 (Diringkas dari kitab al-Irsyad ila Shahihil I'tiqad karya Syaikh Shalih al-Fauzan حفظه الله halaman 13)

(Baca Juga : 22 Ayat Al-Quran Tentang Dosa)

➖➖➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2212258832436516&id=100009572618445

Jadilah Orangtua yang Sukses

Jadilah Orangtua yang Sukses
Jadilah Orangtua yang Sukses
🍃 *Jadilah orang tua yang SUKSES* 🍃

"Jadilah orang tua sukses dengan mengajarkan Tauhid sejak dini kepada anak.
Karna suksesnya orang tua adalah jika ia mampu  mendidik dan menanamkan nilai nilai Tauhid kepada anaknya, lalu si anak menerapkan dalam kehidupannya dan tetap demikian sampai ajal menjemputnya"

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
📚 (HR. Muslim no. 1631)

(Baca Juga : Ini Dia Sebenarnya Wali Allah)

📝 Faedah dari hadits di atas:

Pertama:
Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua:
Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah diantara karunia Allah atas hamba_Nya.

Ketiga:
Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun kita telah meninggal dunia, di antaranya:

a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah, dll.

b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia, dll.

c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.
Dan anak serta amalan dikatakan soleh jika ia tumbuh dan dibangun diatas Tauhid.

(Baca Juga : 20 Ayat Al-Quran Tentang Anak-Anak)

Ditulis oleh Hamba yang sangat membutuhkan ampunan Allah ﷻ.
Fajrin Abu Yahya..✍️

https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/1991277107606965/posts/2177666788967995/

Bersabar Dalam Dakwah

Bersabar Dalam Dakwah
Bersabar Dalam Dakwah
🍃 BERSABAR DALAM DAKWAH 🍃

Hendaklah  bagi  setiap  da’i bersabar  dan  tetap  terus  berdakwah  sampai  Allah ﷻ membukakan (kemenangan)  baginya, walaupun itu tidak harus.

Yang  penting  adalah  dakwahnya  tetap  langgeng  di  tengah-tengah  manusia,.
Tidaklah  penting"FIGUR"tersebut  namun  yang  penting  adalah "DAKWAHNYA",  apabila dakwahnya  tetap  langgeng  bahkan  setelah  ia  matipun, maka sesungguhnya  ia  tetap  hidup.

(Baca Juga : 11 Ayat Motivasi di Al-Quran)

 Allah ﷻ berfirman  :

(أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)

”Dan  apakah  orang  yang  sudah  mati,  kemudian  dia  kami hidupkan  dan  kami  berikan  kepadanya  cahaya  yang  terang, yang  dengan  cahaya  itu  dia  dapat  berjalan  di  tengah-tengah masyarakat  manusia,  serupa  dengan  orang  yang  keadaannya berada  dalam  gelap  gulita  yang  sekali-kali  tidak  dapat  keluar dari  padanya?  Demikianlah  kami  jadikan  orang  yang  kafir  itu memandang  baik  apa  yang  Telah  mereka  kerjakan.”
📖 (QS  al An’aam  :  122)

Pada  hakikatnya,  kehidupan  seorang  da’i  tidaklah  berarti  ruhnya tetap  berada  di  dalam  jasadnya  saja, namun  ucapannya  senantiasa hidup  di  tengah-tengah  manusia.

Oleh  karena  itu,  hendaklah  setiap  da’i  itu  bersabar  yang dengannya ia  akan mendapatkan  kesudahan  yang  baik  selama  rentang  hidupnya dan  setelah  matinya,  apabila  ia  jujur  kepada  Allah ﷻ.

Allah ta'ala berfirman :

(إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ)

”Sesungguhnya  bumi  (ini)  kepunyaan  Allah,  dipusakakan-Nya kepada  siapa  yang  dihendaki-Nya  dari  hamba-hamba-Nya.  dan kesudahan  yang  baik  adalah  bagi  orang-orang  yang  bertakwa.”
📖(QS  al-A’raaf  :  128)

Dan  firman-Nya  :

( ۖ إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ)

”Sesungguhnya  barang  siapa  yang  bertakwa  dan  bersabar,  Maka Sesungguhnya  Allah  tidak  menyia-nyiakan  pahala  orang-orang yang  berbuat  baik.”
📖(QS  Yusuf  :  90)

📝 (Disalin dari kitab Bekal para Dai dalam berdakwah,oleh al-Imam al-’Allamah Muhammad  bin  Shalih  al-’Utsaimin  rahimahullah)

(Baca Juga : Singa Negeri Mesir)

Al faqir ila maghfirati rabbih
Fajrin Abu Yahya وفقه الله..✍️
➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖
🌐https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=2203480599981006&id=100009572618445

Pemimpin Baik Buah dari Masyarakat Bertauhid

Pemimpin Baik Buah dari Masyarakat Bertauhid
Pemimpin Baik Buah dari Masyarakat Bertauhid
☑️☝️ *Pemimpin yang baik adalah buah dari masyarakat yang bertauhid*

Saudaraku...
Rahimaniyiallohu wa iyyakum...
Dengan Bertauhid_lah, umat Islam ini akan kembali menemukan kejayaannya sebagaimana yang pernah diraih oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya dulu.

Allah ﷻ telah berjanji kepada hamba-Nya, bahwa Allah akan memberikan kejayaan kepada ahlut tauhid.

(Baca Juga : 12 Ayat Al-Quran Tentang Ka'bah)

Allah ﷻ menjelaskan hal tersebut dalam firman-Nya ;

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa.Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka. Dan Dia akan benar-benar menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.”
📖 (QS. An-Nuur ayat ke 55).

Di dalam ayat ini terdapat sesuatu yang dijanjikan, serta orang yang mendapat janji, dan kondisi (ada syarat) dimana janji tersebut dipenuhi.

Adapun orang yang mendapat janji, mereka adalah orang-orang yang beriman.

Allah ﷻ  berfirman ;
(”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih”)
mereka adalah orang-orang yang mendapat janji.

Adapun sesuatu yang dijanjikan ada tiga hal:

1)“Sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”.

Maksudnya, jika mereka tidak memiliki kekuasaan, maka dalam jangka waktu yang panjang atau pendek, Allah ﷻ akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Allah Ta’ala telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa.

2)Kemudian Allah ta'ala berfirman tentang janji yg kedua yaitu,
(“Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka”)

Masalah terbesar yang diusahakan dan diinginkan oleh orang-orang yang beriman adalah mereka dapat beribadah kepada Allah ﷻ dengan penuh keteguhan dan keamanan . Sehingga tidak ada rasa takut dan tidak merasa lemah di dalam melaksanakan syariat islam.
Bahkan mereka (orang yang beriman dan beramal sholih) adalah orang-orang yang dihormati. Itu semua sesuai dengan janji Allah ﷻ.

(Baca Juga : Penuntut Ilmu Adalah Tamu Rasulullah)

3)Adapun janji yang ketiga adalah,
(“Dan Dia akan benar-benar menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa”)

Yaitu Setelah mereka merasakan sedikit ketakutan serta setelah Allah memenangkan dan meneguhkan agama mereka, maka setelah adanya ketakutan itu mereka menjadi aman sentosa. Mereka merasa aman terkait diri mereka sendiri, agamanya, anak-anak mereka, kehormatan mereka, dan terkait harta-harta mereka semua. Semua ini adalah karunia dan janji dari Allah ﷻ.

Adapun kondisi (syarat) orang yang mendapat janji itu, adalah sebagaimana dijelaskan oleh kalimat berikutnya dalam firma_Nya
(”Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku”)

Maksudnya, Allah menjadikan mereka berkuasa di bumi(menjadi pemimpin) , meneguhkan bagi mereka agama mereka, dan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa,.
Yaitu tatkala mereka senantiasa menyembah Allah dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun selain_Nya.

Demikian pengaruh tauhid yang terbesar bagi manusia dalam konteks masyarakat dan negara. Yaitu kalau mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, meyakini kebenaran tauhid dan menjauhi kesyirikan, maka mereka dijanjikan dengan ketiga hal ini.

Demikian pula, akan dibukakan berkah untuk mereka dari langit dan dari bumi. Allah pun akan meluaskan rizki mereka. Sehingga mereka berada dalam kehidupan yang baik dan damai.

Ayat ini hendaknya menjadi renungan bagi setiap kita(ummat islam/hamba Allah) , bahwa kejayaan Islam dan pemimpin yg baik, yang sama sama kita idam idamkan itu dapat diraih,.
Yaitu jika kaum muslimin mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Sementara kondisi kaum muslimin yang seperti itu(Bertauhid), tidaklah mungkin dapat diraih kecuali dengan memberikan perhatian serius terhadap dakwah Tauhid itu sendiri ,mempelajarinya, membina kaum muslimin dengan aqidah yang benar, serta membentengi dan mengingatkan umat ini dari segala hal yang menjadi lawan dari tauhid tersebut(yaitu kesyirikan) .

Saudaraku..
Rahimaniyiallohu wa iyyakum...
Sekarang, marilah kita melihat kondisi sebagian kaum muslimin saat ini, dimana mereka meninggalkan ajaran agama mereka, dan yang paling merusak adalah mereka enggan dan meninggalkan ajaran Tauhid,. Akhirnya sebagian kaum muslimin saat ini menjadi kaum yang terhinakan, harta-harta mereka dirampas, nyawa mereka seolah tidak ada harganya, martabat mereka diinjak-injak, dan kehinaan demi kehinaan lain yang terus menimpa,dan masuk didalamnya pemimpin yang dzolim.

Hal tersebut terjadi akibat dari berpalingnya mereka dari ajaran tauhid dan tersebarnya berbagai bentuk kesyirikan dan terang-terangan berbuat dosa & kemaksiatan, wal iyyadzubillah.

Sungguh kehinaan ini tidak akan Allah cabut sampai kaum muslimin kembali kepada agama Allah ﷻ
 Rasulullah ﷺ bersabda ;

« إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ »

“Jika Engkau melakukan jual beli dengan sistem ‘inah (sejenis riba, ) , Engkau memegangi ekor-ekor sapi, Engkau merasa puas terhadap pertanian, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian.
Allah tidak akan mencabut kehinaan itu sampai kalian kembali kepada agama kalian.”

📚 (HR. Abu Dawud. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah)

Semoga bermanfaat, dan Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan taufik dan Hidayah_Nya kepada kita sekalian, serta senantiasa menetapkan kita kepada perkara yang dicintai dan diridhoi_Nya...

(Baca Juga : Karena Kita Masih Pelajar)

Al faqir ila Maghfirati Rabbih
📝 Fajrin Abu Yahya وفقه الله
➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖
https://www.facebook.com/Abuyahyafajrin/

Tulisan Al-Ustadz Fajrin Abu Yahya hafidzhahullah

Sumber: https://www.facebook.com/1991277107606965/posts/2214106721990668/